Shella memandang makam ibundanya. Beberapa kali ia melirik nanar sang adik, Skala yang menangis sambil memeluk batu nisan mendiang sang ibu.
"Mama gaboleh tinggalin Skala! Gaboleh!" Skala kecil tetap menangis. Sementara Shella menolehkan pandangannya pada Sabella yang sudah terbangun dari pingsannya. Tantenya, Ressa hanya memeluk Sabella yang masih sesenggukan.
Shella menghela nafas dalam. "Maaf, Ma. Maaf. Shella belum bisa jadi anak yang baik. Belum bisa jagain Skala sama Sabella. Maaf sekali lagi, Ma. Maaf" lirih Shella.
Shella masih menatap nanar adik bungsunya, Skala yang masih berusia senbilan tahun. Walaupun Skala masih terbilang usia yang muda, Skala sudah mengerti apa itu kematian. Apalagi Sabella yang usianya empat tahun lebih tua. Shella yang berumur tujuh belas tahun itu merasa gagal menjaga adik-adiknya.
"Shella, Sabella, Skala. Kita pulang yuk. Hari udah gelap, sayang" Ressa menghampiri Sabella dan Skala yang masih duduk sambil memeluk batu nisan mendiang ibunya.
"Gamau! Skala mau disini! Skala mau nemenin Mama tidur!" Gertak Skala kecil.
"Mama udah tenang disana. Yuk, dek, pulang" ajak Ressa.
"Skala mau nemenin mama tidur! Kasian mama sendirian! Nanti siapa yang bakal masakin buat Skala? Siapa yang bakal jagain Skala kalo sakit?!"
"Jangan gitu yuk sayang. Bentar lagi hujan" Ressa tetap membujuk keponakan kecilnya.
"Skala gamau!!" Tangis Skala makin kencang. Imam, om Skala segera menggendong gadis kecil itu yang masih terpaku. Tangis Skala makin mengeras yang semakin membuat Shella meringis. Ia melihat Sabella sudah digandeng Ressa.
Shella menghela nafas lagi, mengapus air matanya yang terus bercucuran. "Mama istirahat yang tenang yaa." Ucapnya pelan sambil mengelus nisan tersebut. "Shella janji bakal ngejaga Skala sama Sabella"
"Shella! Ayo kita pulang! Udah mau magrib" panggil Ressa yang sudah berjalan ke arah mobil suaminya.
Shella bangkit. Masih menatap nisan ibunya. Lalu meninggalkan makam ibunya dengan perasaan yang campur aduk saat ini
*****
Dimobil, Shella hanya terdiam. Sementara Skala sudah tertidur. Mungkin lelah karena menangis yang keras menghabiskan tenaganya. Dia tertidur di pangkuan Ressa."Ayah kok gaada niatan ke makam Mama, ya, Tan?" Tanya Sabella, yang duduk di sebelah Shella.
"Mungkin ayah sibuk, Bel" jawab Ressa.
"Sesibuk-sibuknya Ayah, harusnya bisa sempetin waktunya dong. Emang dari dasarnya kelakuan iblis kali ya" ucap Sabella polos.
"Eh gaboleh gitu, Bel. Gitu-gitu dia juga ayah kamu" tegur Ressa, lagi.
"Bella gapernah mau nganggep dia Ayah, Tan. Bella udah gapunya siapa-siapa sekarang."
"Kamu masih ada Om sama Tante, Bel. Kamu, Shella, sama Skala tinggal dirumah Om mulai sekarang" kata Imam.
"Maaf ya, Tan" ucap Shella pelan.
"Loh? Kenapa minta maaf, Shel?" Ressa heran dengan sifat keponakannya itu.
"Maaf Shella gabisa jagain Skala sama Bella. Maaf ya tan. Shella jadi ngerepotin Tante sama om" ujar Shella.
"Tante sama Om samasekali ga keberatan, Shel" .
"Makasih, Tan" ucap Shella yang hanya dibalas oleh tantenya dengan senyuman.
Hallo semua!
Kalau mau lanjut, jangan lupa vote sama comment dlu ya! Follow juga akun wattpad author, @blueberry90s dan jangan lupa untuk terus Support. Makasiih!!!💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-La
Teen FictionSkala Allisia Zhavirani dan Jonathan Revanza Addison. sama-sama terperangkap dalam masa lalu mereka. Satu masa lalu yang membuat mereka trauma untuk merasakan yang namanya "cinta". Hal itu yang membuat Skala menjuteki Revan habis-habisan, dan Revan...