Kelas XI IPA 2 sangat serius hari ini. Bu Freska, guru kimia mereka sedang menuliskan rumus-rumus Kimia di papan tulis.
Semua anak khidmat mencatat, karena jika Bu Freska sudah marah, akan panjang urusannya. Apalagi Bu Freska adalah wali kelas mereka.
Tok...tok..tok
Semua murid menoleh ke pintu.
"Maaf bu menganggu sebentar" kata Bu Anin. "Ayo sini masuk buruan"
Cewek-cewek kelas XI IPA 2 histeris melihat siapa yang masuk ke kelas mereka. Revan, Eric, dan Dio.
"Anak-anak kelas XI IPA 2 dan Bu Freska. Ini ada tiga kakak kelas kalian yang tidak mengerjakan tugas dari ibu. Jadi mereka akan menyanyi untuk kalian" kata Bu Anin, guru geografi.
Skala menghentikan menulisnya. Ia mendelik malas saat mengetahui siapa cowok di depannya.
"Silahkan nyanyi buat adek-adek kelas kalian" kata Bu Anin mempersilahkan.
"Saya gabisa nyanyi, bu" kata Dio.
"Saya tau kamu bisa nyanyi, Ardio! Ayo Revanza, Emric, Ardio. Karena kalian tidak mengerjakan tugas saya"
Skala menatap Revan. Begitupun Revan yang langsung menatap Skala. Skala langsung memalingkan wajahnya. Malas.
"Ayo nyanyi. Satu dua tiga" kata Revan memberi aba-aba.
"Satu satu, aku sayang ibu. Dua-dua juga sayang bapak. Tiga-tiga juga sayang Makan. Satu dua tiga sayang kalian semua" ucap mereka bertiga kompak.
"Nah ini pelajaran untuk kelas 11 IPA 2 agar selalu rajin mengumpulkan tugas, ya. Terimakasih bu Freska waktunya" Bu Anin lalu keluar dari kelasnya. Begitupula Revan, Eric, dan Dio.
Sakura yang berada di depan Skala dan Ayyesha langsung membalikan tubuhnya.
"Lu liat ga, sih? Kak Revan ngelirik Skala" kata Sakura dengan cekikikan.
"Najis" jawab Skala cepat.
"Iya anjir. Tadi gua juga liat" kata Violet, ikut-ikutan.
"Lagi kenapa lu ga suka sama Kak Revan, sih, Skal? Kurang apa lagi dia? Ganteng udah. Tajir udah. Famous udah. Bisa maen gitar udah. Jago basket udah. Atlet karate Vilton lagi. Kurang apa lagi dia, Skal sebagai cowok?" Tanya Ayyesha.
"Kurang attitude. Cowok itu gapunya etika sama sekali" tegas Skala.
"Sakura, Vio, Ayyesha, Skala, kalau ingin masih mengobrol silahkan diluar" kata Bu Freska yang tersadar dari menulisnya.
Skala menyadari kata-kata Ayyesha tadi. Revan atlet karate? Ah habis sudah jika itu benar.
Niatnya Skala ingin menghindar, malah begini. Skala makin bertekad, kalau nanti Revan benar seeskul dengannya, ia akan benar-benar menjaga jarak.
***
Koridor sekolah tampak ramai. Skala, Sakura, Violeta, dan Ayyesha tampak melihat kerumunan di dekat kelas 10.
Begitu Skala menajamkan matanya, ternyata Revan yang sedang meninju habis-habisan cowok di depannya.
"LU TAU APA TENTANG VELLA, HAH BANGSAT!" Revan memaki.
"Bang udah" kata Bagas berusaha melerai.
Skala mengernyitkan kening. Siapa cewek bernama Vella itu yang membuat Revan marah besar?
"GA SEPANTESNYA LU JELEKIN VELLA! APALAGI LU GATAU VELLA GIMANA BAJINGAN!"
"Ampun, Bang. Gua ga bermaksud buat jelekin tapi itu faktanya"
"SETAN EMANG LU!"
Skala segera menuju kerumunan.
"Skal lu mau kemana?" Tanya Sakura. Skala tidak menjawab.
Skala melemparkan botol minumnya yang sudah kosong, hingga mengenai kepala Revan.
"LU BISA BERHENTI GA SIH? ANAK ORANG BISA MATI!" gertak Skala. As you know, Skala memang tidak suka keributan.
Revan menoleh ke Skala, "Gausah ikut campur ya, lu! Bahkan lu gaada sangkut pautnya sama masalah gua!"
"Ini sekolah. Lu mau jadi jagoan, hah? Karena lu ketua Gangster lu jadi seenaknya? Harusnya lu sekolah disini tau aturan!" Maki Skala.
Revan menggeram. Ia melepaskan cengkramannya dengan anak kelas 10 tadi. Ia berjalan mendekati Skala.
"Lu gausah ngatur hidup gua" kata Revan, kesal.
"Kenapa? Oh iya. Orang kaya lu kan gapunya aturan" kata Skala enteng.
"Bangsat lu!" Revan hendak melayangkan tamparannya pada Skala. Tapi ia mengurungkannya.
"Kenapa gajadi nampar gua? Sekarang ada kesetaraan gender. Tampar aja gua!" Tantang Skala.
Skala dan Revan sekarang menjadi pusat perhatian di koridor.
"Skal, udah balik yuk" ajak Sakura.
"Awas lu ya ikut campur masalah gua lagi" dengus Revan.
"Gua tetep ikut campur selagi lu masih bersikap seenaknya kayak tadi!" Tekan Skala.
"Skal, udah yuk?" Sakura lalu menarik tangan Skala, menjauhi kerumunan.
"Cewek gila!" Maki Revan.
Sakura segera membawa Skala ke kantin. Yang namanya Skala, memang tidak pernah suka pada hal yang berlaku seenaknya.
Hal itu membuat Skala teringat kembali dengan Ayahnya.
"Lu mau minum apa, Skal? Gua beliin ya" kata Ayyesha, langsung menuju stand minuman.
"Duh, Skal. Mendingan saran gua jangan ikut campur masalah Revan" kata Violet.
"Gua gasuka orang berlaku seenaknya" jawab Skala. "Gua udah bilang, gua gamandang siapapun dia. Kalo dia berlaku seenaknya ya gua bakal perlakuin kayak Revan tadi"
"Lu bisa dalem bahaya sekarang, Skal" tambah Violet.
"Bahaya kenapa sih? Gua gapernah peduli resiko"
"Lu bisa tambah diamuk Rora!" Kata Sakura.
"Bukan cuma Rora tapi satu fans fanatiknya Kak Revan" Violet menambahi.
"Bodoamat. Gua bisa atasin masalah ini sendiri" jawab
Skala.Ayyesha langsung membawa sebotol minuman isotonik untuk Skala. Skala langsung membuka dan meninumnya.
Benar-benar kesal dengan kelakuan Revan. Cowok tersongong yang ia pernah kenal. Selalu mencari keributan, berlaku seenaknya.
Benar-benar mengingatkan Skala pada seorang ayahnya. Sikap Revan sama persis, seperti ayahnya
VOTEMENT DULU YUK SEBELUM AKU UP NEXT CHAPTER.SPAM COMMENT JUGA GAPAPA BIAR AKU SEMANGAT NULISNYA!!
LAVYU READERS
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-La
Teen FictionSkala Allisia Zhavirani dan Jonathan Revanza Addison. sama-sama terperangkap dalam masa lalu mereka. Satu masa lalu yang membuat mereka trauma untuk merasakan yang namanya "cinta". Hal itu yang membuat Skala menjuteki Revan habis-habisan, dan Revan...