TIGA

18 7 0
                                    

Kelas hari ini kosong. Pak Hendry tidak masuk kelas karena anaknya masuk rumah sakit. Jadi, anak XI IPA 2 sudah berpencar kesana kemari. Skala, Ayyesha, Sakura dan Violet duduk di koridor dekat lapangan. Violet dan Sakura sedang mengamati Ibram dan Bagas yang sedang bermain basket, Ayyesha sedang membaca novelnya, dan Skala mengemut permennya. Dia bosan. Teman-temannya begitu asyik sendiri.

"Eh itu Kak Revan, Dio, sama Eric ngapain dah keluar kelas?" Tanya Violet. Skala langsung mencari cowok yang dimaksud, Revan.

"Palingan dihukum. Atoga freeclas" jawab Ayyesha, tidak menoleh dari bukunya.

"Cha, Cha! Itu liat Cha! Kak Dio, Kak Eric, Kak Revan, Bagas, sama Ibram! Itu dia mau tanding basket" kata Sakura dengan mata berbinar . Bagaimana tidak? Pasukan inti Vilkezter bergabung dalam satu tim, melawan Ricky, teman sekelas Revan yang bergabung dengan beberapa teman sekelas Bagas.

"Ah gila my prince. Sayang semangat yeyyy!" Teriak Violet. Ibram melihat, lalu melambaikan tangannya dan Violet membalas lambaian tangannya.

"Cha, lu bosen ga disini?" Tanya Skala. Ayyesha menggeleng.

"Yaiyalah. Echa mau liat Kak Dio" Violet menjawab dengan cekikikan.

"Apaasih lu?" Kata Ayyesha.

"Eh udah mulai udah mulai! Ayo Vi kasih semangat!" kata Sakura dengan semangat empat lima.

"VILKEZTER SEMANGAT!" teriak Violet dan Sakura. Kedua teman-temannya memang memiliki kelakuan nyentrik.

"Cha, kelas aja yuk" ajak Skala. Benar-benar bosan.

"Sebentar, Skal. Gua udah pewe banget nih" kata Ayyesha. Skala mendecih.

"AWAS BOLA!" teriak laki-laki di lapangan.

DUGH! Bola basket tersebut mendarat mulus di kepala Skala.

"SKALA?!" pekik Ayyesha, Violet, dan Sakura.

Pandangan Skala kabur. Tidak lama, semuanya terasa pingsan.

"Tolongin! Skala pingsan!"

Permainan basket di lapangan terhenti sejenak. Revan langsung berlari ke koridor, menggendong Skala dan membuat cewek-cewek disana menjerit.

*****

Perlahan, Skala mencium aroma obat di ruangan tersebut. Ia lalu membuka matanya.

"SKALA! YAAMPUN AKHIRNYA LU SADAR JUGA! ECHAA! SAKURA! SKALA UDAH SADAR!" teriak Violet. Ayyesha dan Sakura langsung menghampiri Skala.

"Kok gua bisa disini?" Tanya Skala.

"Tadi lu kena bola yang ga sengaja dioper Kak Revan. Terus lu pingsan dan Kak Revan yang bawa lu kesini" terang Ayyesha.

Sakura lalu menduduki tubuhnya. Kepalanya masih terasa pusing.

"Udah sadar?" Tanya Revan di ambang pintu.

"Iya, Kak. Baru aja sadar" jawab Violet.

Revan lalu memasuki ruangan tersebut. "Sorry gua gasengaja. Abisnya lu dideket lapangan sih"

Skala mendelik. Cowok ini sudah salah malah menyalahkan dirinya. Skala tak merespons ucapan Revan.

Revan memberikan sekantung nasi goreng. "Sebagai perminta maafan gua" kata Revan.

Skala masih diam. Mematung. Tak memberikan respon apa-apa.

"Lemparan bola tadi keras banget ya sampe lu ga respon omongan gua" sindir Revan.

"Gua denger. Makasih" jawab Skala malas.

"Kalo lu denger kenapa ga lu jawab? Lu ga suka nasi gorengnya?" Tanya Revan. "Apa lu belum maafin gua? Lu mau apaan sih biar lu maafin gua?" Nada Revan naik satu oktaf.

"Lu niat minta maap ga, sih? Kalo ganiat minta maap mending lu keluar aja! Daripada lu berisik disini ganggu tau ga?" Ketus Skala.

Revan tidak berbicara apa-apa, lalu keluar. Sementara Ayyesha, Violet, dan Sakura tercengang.

"Gila, lu berani banget sama Kak Revan" lirih Ayyesha.

"Kenapa lu takut sama bocah songong kayak dia, sih? Karena dia ketua Vilkez jadi dia seenaknya?" Tanya Skala, kesal.

"Lu gatakut sama dia?" Kali ini Violet membuka suara.

"Ngapain takut. Gua sama dia sama-sama makan nasi"

"Tapi dia ketua Vilkez, Skal" jawab Sakura.

"Mau dia ketua Vilkez, ketua osis, ketua mpk, kalo sikapnya songong ga pantes dihargain. Udah ah gua mau ke kelas" sungut Skala.

"Lu istirahat aja. Jangan kemana-mana" cegat Ayyesha.

"Gua mau belajar, Cha" kata Skala.

"Kondisi lu masih begini. Mana bisa lu nangkep pelajaran kalo pala lu masih pusing?" Tanya Violet.

Violet benar. Memang kepalanya masih terasa pusing. Dan sebaiknya Skala tetap di UKS.

Skala jadi kesal sendiri dengan cowok yang bernama Revan itu. Walaupun dia pernah menunjukan ruang kepala sekolah hari itu, tetap saja sifatnya yang songong, membuat Skala harus blacklist cowok segudang masalah itu.

"Skal, tapi nanti tahan emosi lu ya kalo ketemu Kak Revan" pinta Ayyesha.

"Justru gua mau ketemu dia mau cakar-cakar mukanya yang sok kegantengan" dengus Skala.

"Tapi dia emang ganteng, kan?" Goda Sakura.

"Halah. Sifatnya begajulan gitu. Ganteng darimana. Sok kegantengan iya" Skala makin membatin.

"Cewek-cewek Vilton aja pada ngejar-ngejar dia. Lu doang deh kayanya yang jutekin dia abis-abisan" komentar Ayyesha.

"Emang dia ayam dikejar"

"Awas loh, Ra. Benci sama Cinta beda tipis" ingat Sakura.

Skala tidak membalas ucapan Sakura. Ia sudah berjanji, tidak akan mengenal yang namanya cinta-cintaan dan laki-laki. Karena baginya, semua laki-laki sama memiliki sifat yang brengsek.

"Awas, Skal. Digrebek sama Fans fanatiknya Kak Revan." Peringat Violet.

"Video Kak Revan ngegendong lu udah kesebar di ig Vilton" kata Sakura, menunjukan ponselnya.

Skala mengeluh dalam-dalam. Habis sudah dirinya. Tidak bisa lagi untuk hidup dengan tenang di sekolah barunya. Baru juga dua minggu bersekolah, sudah ada masalah saja.

Ini pula yang membuat Skala tidak mau berkenalan dengan "cowok most wanted" sekolah. Karena apa? Ya itu. Ia tidak mau fans-fans fanatik cowok itu menyerang dirinya. Padahal hal tersebut sangat berlebihan menurut Skala

"Pokoknya gua gamau berurusan sama cowok badung kaya dia" tegas Skala.

"Tapi udah berurusan ini sama fans nya Kak Re" kata Ayyesha.

Skala hanya menghela nafas dalam-dalam. "Lagi ngapain sih dia sok banget gendong-gendong segala"

"Itu romantis tau, Skal" kata Violet.

"Halah romantis-romantis tai kucing"




























HAY GAIS! AKU BAWA SEKUELNYA "SAKURA" NIH
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YAAA

SEE YOU NEXT CHAPTER READERS SAYANGKUUU:>

Re-LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang