Skala merebahkan dirinya di kamar. Hari ini cukup melelahkan. Ia lalu mengecek instagramnya. Benar saja sangat ramai karena mention dan tag anak-anak Vilton kepadanya.
Ia melihat notifikasi instagramnya. Banyak cemohan yang ia terima. Berlebihan! Skala tidak menyukai itu.
Skala sudah pasrah apa yang terjadi esok. Mau ia diserang, dihujat, dihina, dia tidak peduli. Ia juga tidak punya perasaan apa-apa pada Revan.
Dulu saat ia masih di Stanville juga seperti itu. Jadian dengan cowok most wanted, diserang habis-habisan, bahkan dibully.
Jangan sampai hal sama terulang lagi di Vilton hanya karena 1 perkara, cowok.
Skala membaca direct mesaggenya. Ada pesan dari username @Aurorrandfa_ yang memaki dan mencaci dirinya. Skala membanting ponselnya, beruntunglah mendarat mulus di atas karpet.
"Skala, makan dulu yuk" ajak Ressa sang tante, yang masuk ke kamar Skala yang terbuka lebar. Ia melihat Skala membaringkan dirinya di atas kasur.
"Iya, Tan. Duluan aja. Nanti Skala nyusul. Mau mandi dulu soalnya" kata Skala.
"Nanti malem tante mau kerumah sakit. Mau tau keadaannya Shella. Kamu mau ikut?" Tanya Ressa.
Skala diam. Sudah hampir dua tahun ini kakaknya terbaring karena koma. Tapi Skala yakin. Masih ada tanda kehidupan di sana.
"Ikut" jawab Skala pendek.
"Yaudah nanti langsung siap-siap, ya" Ressa keluar lagi dari kamar Skala.
Kehidupannya memang benar-benar berubah. Tepatnya saat ia masih berusia 7 tahun yang lalu. Saat orangtuanya masih lengkap. Namun, ayahnya ternyata meninggalkan mereka. Ya, meninggalkan Skala kecil, Sabella, Shella beserta ibu mereka.
Saat Skala berumur 9 tahun, Ibunya menghembuskan nafas terakhirnya. Siapa sangka bahwa ibunya ternyata memiliki penyakit kanker stadium IV?
Yah setelah itu, ia bertiga diasuh oleh Ressa, dan Shella dinyatakan koma pada usia 22 tahun. Mencoba bunuh diri. Tuhan masih sayang pada Shella. Ia hanya koma. Hampir dua tahun ini.
Ah, Skala tidak ada niatan untuk mengenangnya lebih dalam. Karena semua itu benar-benar menyakitkan.
***
Skala turun dari mobil Ressa. Ia benar-benar merindukan sosok Kakaknya sekarang.
"Ayo, Skal" ajak Ressa untuk masuk ke dalam.
Skala hanya mengikuti kemudian menuju ruang rawat Shella.
Tangan kurus, bibir pucat, kepala yang diperban. Benar-benar memperhatikan.
"Kata dokter gimana, Tan?" Tanya Skala.
"Belum ada perkembangan" jawab Ressa. "Tante takut bakal kehilangan lagi"
"Kak Shella pasti sadar kok, Tan" kata Skala mencoba menguatkan. Padahal dalam hatinya juga ia merasa takut. Sudah cukup ia kehilangan Ibunya. Bahkan Ayahnya. Jangan sampai ia kehilangan kakaknya lagi kali ini.
"Tante mau kebawah sebentar. Nanti Tante balik lagi" ujar Ressa.
Skala memerhatikan kakaknya. "Kak, bangun dong. Udah mau dua tahun, nih. Alam mimpi lebih enak daripada realita ya, kak?" Tanya Skala.
"Kakak tau, ga? Kak Sabell jadi dingin banget. Bener-bener jadi orang introvert yang misterius" kicau Skala.
"Kakak harus bangun. Harus liat kalo Kak Sabell udah masuk Universitas jurusan Arsitektur. Skala juga sekarang udah ga cengeng lagi kok, Kak. Biar kita bisa kumpul sama-sama lagi, ya" Skala duduk di kursi dekat ranjang Shella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-La
Teen FictionSkala Allisia Zhavirani dan Jonathan Revanza Addison. sama-sama terperangkap dalam masa lalu mereka. Satu masa lalu yang membuat mereka trauma untuk merasakan yang namanya "cinta". Hal itu yang membuat Skala menjuteki Revan habis-habisan, dan Revan...