DUA

54 10 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment!

Violet menarik tangan Skala ke kelas mereka, kelas XI IPA 2. Disana ada cewek berambut merah yang sedang memainkan ponselnya di bangku tengah.

"Ini serius disini boleh ombre rambut?" batin Skala.

"Sakuraaaaaa!" teriak Violet.

"Berisik bego. Ah lu mah kebiasaan!" sungut Ayyesha kesal.

Yang dipanggil Sakura menoleh. Ia meletakan ponselnya.

"Apa?" tanya cewek yang dipanggil Sakura itu. Baju ngetat, rok span, rambut ombre. Felisha meneliti sekali lagi. Sepertinya ini modelan cewek-cewek bad girl gitu sih.

"Kita bawa cecan Vilton yang baru! Dan lo, Skala. Harus masuk ke geng kita. Lo gaboleh masuk ke geng Audrey!" kata Violet.

"Sakura" Sakura tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya.

"Skala" balas Skala singkat.

"Oke Skal. Lu duduk sama Ayyesha ya. Soalnya tinggal itu bangku yang kosong!" kicau Violet.

Skala segera menduduki bangku yang berada di belakang Sakura dan Violet.

"Ini disini boleh ngeombre rambut?" tanya Skala pelan.

"Sebenernya mah gaboleh. Tapi Sakura termasuk bocah nekat. Dia kan anggota Vilkezter. Berkali-kali udah ditegor guru BK. Tapi tetep aja dia mah" kata Ayyesha, membuka bukunya.

"Vilkezter?" tanya Skala.

"Iya, Skal. Jadi di Vilton tuh ada Gangster gitu. Namanya Vilkezter. Geng kebesarannya Vilton. Atau sama aja Organisasi illegal sekolah Yang dipimpin sama Kak Revan kelas 12, sama wakilnya Bagas kelas 11. Udah gitu pasukan inti Vilkezter ganteng-ganteng anjir. Dari Kak Revan, Bagas, Kak Dio, Kak Eric, sama Ibram" jelas Ayyekesini

"Aduh gua masi gangerti" kata Skala. Dia hanya tahu cowok irit ngomong yang bernama Revan tadi. Ternyata dia kelas 12.

"Nanti gua jelasin detailnya deh"

****
Jam istirahat telah berbunyi lima menit yang lalu.

"Guys kantin yuk!" ajak Sakura.

"Ayo! Gue mau ketemu bebeb" balas Violet dengan wajah berseri.

"Dasar bucin" sungut Ayyesha.

"Semua akan menjadi bucin pada waktunya!" tegas Violet.

"Osiyap siyap" sungut Sakura, mengibaskan rambut merahnya.

"Ayo, Skal. Kantin. Jangan sampe kehabisan nasi Goreng Bu Yayuk. Itu nasi goreng terenak di Vilton! Lu harus coba pokoknya!" ajak Ayyesha.

Mereka segera bergegas menuju kantin. Begitu sesampainya mereka di kantin, mereka menuju meja yang kosong yang berada di tengah-tengah.

"Guys, pesenin Nasi gorengnya dulu, ya. Gua mau ke belakang sekolah. Kak Revan nyuruh kumpul nih" kata Sakura.

"Kalo ada Ibram nanti suruh kesiniiii" kata Violet manja.

"Lu kesana aja, deh, Vi" kata Sakura malas.

"Ih males malu gua" balas Violet.

"Bilang aja lu ga dipanggil kak Revan, Ra. Jangan-jangan lu modus mau ketemu Bagas" sahut Ayyesha yang dibalas pelototan tajam Sakura.

"Jangan buka kartu, bego!" sungut Sakura. Ayyesha hanya tertawa. Sakura lalu melenglang pergi.

"Gua masi gangerti sama Vilkezter itu. Asli deh. Terus kenapa Sakura bisa masuk di Vilkezter? Kan dia cewek" kata Skala.

"Jangan salah, Skal. Banyak anggota Vilkezter yang cewek. Apalagi posisi Sakura penting di gangster sekolah kita ini. Jabatannya sebagai pengatur barisan. Keren dah dia pokoknya. Walaupun sebenernya gua kasian sama dia. Dia termasuk anak yang broken home" jelas Violet.

"Dan for your information, Sakura jadi wild gitu, semenjak orangtuanya cerai. Dia juga ketergantungan obat" terang Ayyesha.

"Kok kalian ga larang dia?" tanya Skala.

"Gue juga udah larang dia. Tapi dia keras kepala banget anaknya. Apalagi dia bilang, semenjak gabung di Vilkezter, dia berasa punya keluarga. Udah ah kasian ntar Sakura keselek kita omongin terus. Gua aja yang pesenin nasi gorengnya ya" Violet bangkit dari duduknya.

"Ada juga yang lebih parah dari gua ternyata. Kasian juga Sakura" batin Skala.

"Ngomong-ngomong, lu dari sekolah mana, Skal?" tanya Ayyesha.

"Stanville" jawab Skala.

"Kok lu pindah ke Vilton? Padahal Stanville lebih bagus gila! Ceweknya pinter-pinter. Kan waktu itu gua lawan Stanville buat lomba OSN. Sayangnya Vilton kalah, sih" decak Ayyesha.

"Pengen aja. Hehe" jawab Skala.

"Kalo gua jadi lu, mah, gua bakalan stay di Stanville"

Lu gatau aja sih, Cha alesan gua pindah kesini

Memang sih Stanville itu tidak seluas Vilton. Tapi, prestasi Stanville itu bagus-bagus. Mulai dari lomba Sains, olahraga, bahasa inggris, debat. Stanville juga termasuk sekolah swasta. Lebih bagus Vilton untuk fasilitas, dan lebih bagus Stanville untuk prestasi.

Skala yang sudah menjadi murid disana saja juga beberapa kali memenangkan olimpiade karate. Hanya satu hal yang membuatnya tidak betah berlama-lama di Stanville.













Jangan lupa vote+comment untuk NEXT CHAPTER!!

Re-LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang