flashback sudut pandang Lila

39 7 8
                                    

Detik demi detik berlalu, 10 menit lagi adalah bel pulang sekolah.
Sesudah dari toilet, aku tidak masuk kedalam kelas.
Aku menunggu di atap sekolah sembari memandangi langit yang cerah.
Aku sangat penasaran dengan semua yang dikatakan oleh Naufal.
Pikiran ku berkecamuk, sebenarnya apa yang terjadi.
Aku kembali mengingat kejadian mengerikan itu dan berharap menemukan sedikit petunjuk.

•••
Flashback 3 tahun yang lalu.

Malam hari.

Aku terbangun dari tidurku. Aku merasa haus dan akhirnya memutus kan untuk pergi ke dapur.

Tap.. Tap..

Kudengar langkah kaki seseorang menuruni tangga rumah ku.
Aku pun merapatkan telinga ku ke pintu agar bisa mendengar dengan jelas.
Samar-samar kudengar ayah ku berbicara dengan seorang temannya.
Aku mengenali orang tersebut, dia adalah teman baik ayah. Om Fathan, ayah dari teman baik ku juga yaitu, Naufal.

A : "apa yang membuat mu datang tengah malam seperti ini Fathan?"

F : "beberapa menit yang lalu, aku mendapat telepon dari seseorang yang tak dikenal. Dia bilang bahwa kamu akan menghalalkan segala cara untuk memenangkan proyek dari Ridwan. Termasuk dengan membunuh ku.

A : "bagaimana bisa kamu berbicara seperti itu Fathan, kita sudah lama berteman mana mungkin aku akan membunuh hanya karena sebuah proyek itu."

F : "aku memang bisa mempercayai mu Ryan. Tapi sebelum kesini, sekretaris ku pergi ke kantor mu dan menemukan secarik kertas yang bertuliskan bahwa kamu pasti memenangkan proyek tersebut"

A : "dimana kamu menemukan itu Fathan? "

F : "benar bukan, bahwa kamu akan melakukan hal keji itu! "

A : "sebaiknya kita harus bicara lebih banyak lagi Fathan, aku sama sekali tidak mengetahui apa yang kamu maksud. Sebaiknya kembali lah besok pagi dan temui ku di kantor. Hari sudah malam dan aku tidak ingin anak ku salah paham saat mendengar kita berbicara seperti ini"

Tap.. Tapp..

Setelah itu aku tidak mendengar Om Fathan membalas perkataan ayah.
Aku hanya mendengar langkah kaki nya diiringi decitan pintu rumah ku.
Ayah ku pun kembali masuk ke kamarnya.

Karena aku sangat haus, akhirnya aku keluar menuju dapur untuk meminum segelas air.
Bukannya kembali ke kamar tapi aku melihat ayah berjalan menuju dapur.
Aku berjalan mengendap di belakang nya.
Saat sampai di dapur, ayahku mengambil sesuatu di bawah meja makan, sebuah kotak yang didalamnya terdapat sebuah pistol beserta pelurunya.
Aku sangat terkejut melihat kejadian itu.
Aku bersembunyi di balik dinding untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ayah ku menelepon seseorang dan berkata

"ayo kita tuntaskan dia. Sepertinya di sudah berulah"

Merinding, itulah yang aku rasakan. Aku merasa bahwa ayah ku benar-benar akan membunuh seseorang.

Aku kembali ke kamar, dan menulis pesan singkat untuk teman ku Naufal.

To : Naufal

Naufal, ayah mu ada dimana?, apa dia sudah pulang kerumah?, seperti nya ada sesuatu yang terjadi antara ayah ku dan Om Fathan. Sebaiknya berhati-hati lah.

From : Lila

......

Aku meringkuk dibawah selimut. Perasaan ku tak karuan, aku berharap bunda dapat memberi pertolongan untuk semua kejadian tadi.
Andaikan bunda masih ada, mungkin aku bisa sedikit lebih tenang.

Beberapa lama kemudian, aku mendengar suara mesin mobil. Bukan hanya satu, suara nya semakin kencang dan beriringan yang menandakan bahwa rumah ku dikepung oleh banyak mobil.

Ku kibaskan tirai jendela ku. Aku melihat Om Fathan dan beberapa orang turun dari mobil sambil membawa pistol di masing-masing tangannya.

Jantungku berdegup kencang, aku langsung menelepon Naufal berharap ia dapat mengetahui apa yang terjadi.
Ternyata, baru saja aku ingin meneleponnya.
Seseorang membuka pintu kamar ku dengan kencang.
Aku sangat terkejut. Naufal berada tepat di depan ku.
Dia masuk ke kamar ku dan mengunci pintu.

"apa yang sebenarnya terjadi?, mengapa kamu bisa ada disini?" tanya ku pada Naufal.

"tunggulah sebentar Lila, aku juga tidak tahu, ayah menyuruh ku untuk menunggu di kamar mu dan kita berdua tidak boleh keluar." ucap Naufal pada ku.

"tidakk!!, aku harus keluar dan bertemu dengan ayah ku!" seru ku sambil berlari menuju pintu.

"tidak Lila!, kamu harus tetap disini bersama ku" ujar Naufal, sambil menahan tangan ku.

Aku bingung dengan apa yang terjadi. Aku berusaha melepaskan genggaman tangan Naufal yang amat kuat.

Tiba - tiba

Dorr...

Suara tembakan menggelegar.

Dengan cepat ku buka pintu kamar ku, mengabaikan Naufal yang mencoba menahan ku.
Ku berlari menuju suara tembakan itu berasal
Untuk pertama kali nya aku melihat kejadihan pahit dalam hidup ku.

Ayah ku terbaring lemah dengan darah yang bercucuran dari perutnya dan Om Fathan berdiri di depan ayah sambil menodongkan pistol nya.

"jadi ini yang kamu rencana dengan anak mu, ha!!" aku berteriak sejadi jadinya. Aku sangat kecewa dengan Naufal, bagaimana bisa dia tidak memberitahu ku kejadian yang sebenarnya terjadi.

Detik berikutnya

Dorr..
Suara tembakan kembali bergema dari arah ayahku dan Om Fathan lah yang tertembak. Ayah ku memang masih membuka matanya tapi aku yakin ayah tak kan mau melakukan hal keji itu.

Perasaan ku campur aduk, aku merasa bukan ayah ku yang membunuh Om Fathan, karena dulu jari telunjuk ayah ku patah dan sampai sekarang tidak bisa ditekuk, jika ditekuk akan terasa sangat sakit.
Namun, kejadian itu bertepatan saat Naufal datang menyusulku. Ia mengira bahwa Ayah ku lah yang membunuh ayahnya.
Dia bahkan mendorong ku dengan kasar hingga kepala ku terbentur ke lantai, karena menurutnya kejadian itu disebabkan karena aku yang tidak mematuhi perintahnya tadi.
Kepala ku terasa sakit. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Lama kelamaan semuanya menjadi gelap gulita. Sayup-sayup ku mendengar mobil ambulan dan polisi berdatangan.

......

Kring... Kringggg.
Bel pulang sekolah berbunyi.
Aku terbangun dari lamunan ku.
Tanpa sadar aku meneteskan air mata mengingat kejadian itu. Aku turun dari atap menuju toilet untuk membasuh muka. Setelah selesai, aku kembali ke kelas. Mengambil tas ku lalu menjawab semua celotehan Sabina karena aku tidak kembali ke kelas dan menuju parkiran untuk mendengar sebuah kebenaran dari Naufal Raka Wijaya.

•••

"aku akan membunuh mu, jika itu tidak benar Naufal"

•••

Note :
A : ayah
F : Fathan

Stay safe and stay strong for corona virus or Covid-19
#safetheworld

Support me by writing comment, vote and suggestion

Enjoy:):)

#stopsilentreader
#vote
#comment


Putri maluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang