Part 14

4.1K 120 6
                                    

Raydeen's POV

Aku mencintaimu. Aku merinduimu. Dua rencah... cinta dan rindu, ku uli menjadi satu kata.. Sayang

Aku duduk berhadapan dengan Jacob. Wap dari dua cawan kopi panas yang terhidang di hadapan kami sesekali menerpa ke wajah. Aku menghirup perlahan kopi milikku sambil kuperhatikan wajah Jacob yang kelihatan sedikit angkuh.

"Aku datang dengan niat baik, bro. Aku datang demi Dya," katanya. Cawan kopi didekatkan ke bibirnya dan dihirup agak tergesa. Mungkin dia tidak menduga air kopi itu tengah benar-benar panas. Kuperhatikan air kopi panas itu hampir tersembur dari mulutnya. Namun, mungkin kerana ego, dia gagahkan menelannya hingga matanya berair.

"Kenapa dengan Dya?" tanyaku setelah kulihat Jacob agak tenang.

" Aku dan Dya akan menikah," katanya dengan nada keras.

"Menikah? Maksudnya Dya akan menjadi isteri kedua?" tanyaku sinis.

"Jangan pura-pura lupa, bro. Kau tahu aku dan Natasha tidak jadi menikah. So, she 'll be my first wife," dia menyikat rambutnya dengan jemari kanannya.

Kuperhatikan aksinya. Mungkin dia sengaja ingin menunjukkan rambut curly miliknya. Berlagak, kulitpun hitam. Wajah pun tidak setampan mana, aku mengutuknya dalam hati.

" She' ll be your first wife. Maksudnya dia bukan satu-satunya wanita yang akan jadi isteri seorang Jacob," tempelakku.

Jacob terdiam seketika. Hanya setelah hampir tiga minit berlalu, barulah dia bersuara kembali.

"Kami akan menikah, Deen. Tiada apa yang akan dapat menghalang, kerana itu adalah permintaan ayah Dya sebelum dia meninggal," penjelasan Jacob membuat jantungku seakan hampir putus. Namun aku tidak boleh terlihat lemah dan putus asa di hadapan lelaki ini.

" Hanya Dya yang berhak memutuskan dengan siapa dia akan menikah dan menghabiskan seluruh hidupnya, " kataku. Siapa dia untuk menikahi Annedya. Tidakkah dia sedar betapa dalam luka yang pernah diberikannya pada gadis itu. Dan dia tidak tahu bahawa akulah lelaki yang telah merawat luka itu hingga Annedya boleh tertawa kembali.

" Dia akan menjadi isteriku. Jadi, mulai saat ini, kau jauhi dia," telingaku seakan berdesing mendengar dia menyebut 'isteri'. Aku tidak rela Annedya menjadi isteri lelaki lain. Aku yang akan menjadikan dia isteriku.

"Kita lihat saja nanti, bro. Jika Dya memilih kau, aku akan surrender. Tapi jika dia memilih aku, pastikan kau juga surrender, dengan ikhlas," kutepuk bahunya sambil angkat punggung dari kerusiku.

"Annedya mencintaiku, bro. Dia mencintaiku sejak dulu," Jacob ikut bangun dan berdiri dengan bercekak pinggang.

" Kau pasti perasaannya pada kau masih sama?" aku bertanya sinis. Kulit wajah Jacob yang sedikit gelap, kulihat kini bertambah gelap mendengar pertanyaannya.

" Kerana cintanya, Annedya sudah menyerahkan perawannya kepadaku, bodoh!" suara Jacob semakin meninggi. Aku pasti dua tiga orang pengunjung cafe itu tengah memasang telinga pada perdebatan kami, namun memilih berpura-pura tidak mendengar.

Aku menahan diri untuk ketawa. Mahu saja aku ketawa sampai berguling-guling mendengar pengakuan palsu Jacob.  Tapi memandangkan ini cafe, aku pun malas jika nanti harus menjadi tontonan pengunjung cafe ini.

"Hei, bro. Aku merasa pelik  anak ajaib. Kalau benar kau yang memiliki perawan Dya, mengapa dia masih perawan saat aku menidurinya. Dia menangis, bro. Dan aku melihat darah perawannya melekat pada 'senjataku', bro," aku malas menceritakan kisah dalam kelambu aku dan Dya. Tapi aku sengaja ingin membakar  kemarahan Jacob. Alang-alang mandi, biar basah terus.

My Love Story ✔️Where stories live. Discover now