Three Years Later
Beribu kali aku jatuh cinta padamu.
"Daddy," suara anak kecil terdengar di luar bilik tidur kami. Terdengar derap langkah kian menghampiri diikuti ketukan di pintu.
"Daddy! Mummy!" Pekik dua suara kecil secara bergantian.
Aku cuba melepaskan tangan Deen yang merangkulku erat.
"Masih pagi, sayang," Deen kembali mengeratkan pelukannya.
"Mereka ada di luar, Deen," kataku, masih berusaha membuka tangannya yang membelit pinggangku. Deen membuka matanya yang masih kelihatan mengantuk.
"Russel dan Ryan," balasku. Deen menggosok matanya. Kemuadia dia mengerdipkan matanya beberapa kali.
"Mereka ada di rumah mama, sayang."
Semalam Russel dan Ryan memujuk Deen agar mereka diizinkan bermalam di rumah nenek dan datuk mereka. Meski keberatan untuk berpisah dengan si kembar, Deen akhirnya terpaksa menurut.
"Mummy!" diikuti suara tangisan. Ketukan di pintu kian kencang.
"Cepat, Raydeen," aku memukul lengannya. Deen melepas pelukannya dan bingkas bangun. Deen mencapai boxer nya yang malam tadi dilemparkannya di atas lantai.
Deen berjalan menuju ke pintu. Dan sebaik pintu terbuka, Russel dan Ryan menerobos masuk. Ryan melompat ke dalam pelukan Raydeen manakala Russel berlari menuju kepadaku yang masih berbaring di atas katil.
"Aww.." aku terjerit kecil saat Russel hampir terduduk di atas perutku. Jeritanku membuat Deen cemas.
" Jangan duduk di atas perut mummy, sayang. Nanti adik di dalam perut mummy sakit," Russel menggangguk dan memandang pada perutku yang membuncit.
"Sorry, mummy," katanya dengan wajah bersalah. Aku memeluknya dan mencium pipinya.
"Mummy tak apa-apa, sayang. Adik di sini juga sihat saja," kataku. Russsel akhirnya tersenyum.
"Nenek suruh panggil mummy dan daddy. Nenek tadi beli mi kolok," kata Russel dengan petah. Si abang hanya mengiyakan dengan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Russel dan abang main di luar, ya. Mummy dan daddy bersiap dulu. Nanti kita akan pergi jalan-jalan," Deen menurunkan Ryan dari pangkuannya.
Russel dan Ryan takkan membantah apapun setiap kali Deen menjanjikan akan pergi jalan-jalan. Jalan-jalan bagi mereka bermaksud pergi ke Supermarket dan sudah tentu membeli mainan kesukaan mereka.
Aku turun dengan perlahan dari katil. Tubuhku kian hari terasa kian berat. Perutku terlihat kian besar. Saat ini usia kandunganku sudah memasuki lapan bulan. Dalam waktu sebulan lagi, aku akan melahirkan anak ketiga kami.
"Jalan perlahan-lahan, sayang," Deen memeluk pinggangku saat mengiringiku menuju ke bilik mandi.
" Kamu terlihat sangat cantik dan comel saat mengandung, sayang," ucap Deen sambil memeluk tubuhku dari belakang.
"Cantik? Kamu memperliku, Deen?"
"No, aku jujur, Dya. Kamu terlihat sangat cantik. Dengan tubuh bulat dan berisi, pipi tembam serta gayamu berjalan terkedek-kedek, semuanya membuatmu kelihatan sangat comel," Deen mengusap perutku dalam gerakan membulat.
Usapan Deen membuat si kecil di dalam sana menendang-nendang. Deen tertawa geli namun dia semakin menyentuh perutku untuk merasakan tendangan si kecil lagi dan lagi.
YOU ARE READING
My Love Story ✔️
RomanceAku seorang gadis biasa-biasa saja. Aku tidak cantik, cukup sedap mata memandang. Tubuh comel ( kecil dan rendah), kulit sawo matang dan agak pendiam, sudah tentu aku bukan idaman para lelaki. Aku tidak mengimpikan jatuh cinta, namun takdirku sudah...