Setelah rapat yang mereka hadiri selesai dan orang-orang telah meninggalkan ruangan, seorang manajer yang duduk di samping Seulgi menyapanya. "Seulgi-sshi."
"Oh, halo."
Dengan ringan, si manajer itu bertanya, "Kau sendiri, tidak ingin memulai karir yang lain seperti yang lain lakukan? Kau punya banyak potensi."
Seulgi cuma senyum kecil sambil mengumpulkan barang-barangnya. "Kalau ingin membuat sekolah tari dan teater, memangnya itu akan diakomodasi?"
"Oh, tentu saja. Kenapa tidak? Namamu akan membuat sekolah itu meyakinkan. Perusahaan bisa memfasilitasi, asalkan kau memiliki akses yang tepat."
Seulgi tercenung. "Benarkah?"
"Aku akan membantumu."
Saat itu, dunia Seulgi seakan jadi berputar lebih cepat.
. . .
Teman-temannya mendukung ide Seulgi. Mereka membantu Seulgi mendapatkan gedung yang tepat, dan koneksi-koneksinya bersedia membantu untuk menjadi partisipan dalam proyek itu. Seulgi dibantu oleh beberapa orang agensi dalam hal perencanaan. Hanya dalam satu bulan, semua hal hampir siap dan hanya tinggal pengesahan secara hukum saja.
Seulgi tidak mengabari Jongin sedikit pun tentang hal ini. Ia ingin menyiapkannya sebagai kejutan.
Steven Oh, sang manajer yang pertama kali menyarankan hal itu pada Seulgi, membantunya dalam hal persiapan dokumen-dokumen. Mereka bertemu pada suatu sore.
"Sebagai pemilik, mungkin kau akan senang dengan beberapa penambahan skill, Seulgi-sshi."
Seulgi mengangkat pandangannya, dokumen tersebut belum selesai dibacanya, terpaksa ia berhenti di tengah-tengah. "Maksudnya?"
"Aku menemukan beberapa kursus musiman yang bagus di Eropa. Ada satu yang menawarkan studi tari dan teater di musim semi ini. Kau berminat?"
"Di mana?"
"Roma, Italia." Steven meyakinkan sekali lagi, "Dengan pengalaman-pengalaman seperti itu, Seulgi-sshi, kau akan mendapatkan banyak pengetahuan untuk akademimu sendiri. Bagaimana?"
"Pendaftarannya tidak sulit, kan?"
"Tentu saja tidak. Ini laman resminya. Kau bisa membacanya sendiri." Steven menggeser tabletnya untuk dilihat oleh Seulgi. Perempuan itu mengangguk-angguk. "Menarik."
. . .
Setelah mendapat persetujuan dari teman-temannya, Seulgi langsung mendaftarkan diri. Kursus dilangsungkan dalam waktu satu bulan, disertai dengan sertifikat dan tawaran beasiswa bagi yang memenuhi persyaratan.
Namun semua persiapan tentang itu langsung terlupakan begitu Seulgi, bersama penasihat dari agensi, disibukkan dengan persiapan untuk mengesahkan akademi itu atas nama dirinya dengan bantuan sebuah firma hukum.
Mereka berlima menyempatkan diri di sela-sela jadwal individu masing-masing untuk mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan itu hingga larut malam di apartemen Seulgi. Mereka baru pulang pukul dua pagi, meninggalkan Seulgi sendirian yang masih tercengang karena begitu ia sendirian, ia baru menyadari betapa mudahnya hidup berubah.
Dokumen pengesahan itu masih ada di ruang tengah, di dekat televisi, terlupakan.
Seulgi meraihnya, membawanya ke dalam kamar. Ia memandangi dokumen itu begitu lama, sampai ia tiba ke samping tempat tidurnya. Ia lalu membukanya, mengamati kalimat demi kalimatnya, menyerapnya dan mendorong-dorong dirinya untuk percaya bahwa semua ini nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
icarus falls
Fiksi PenggemarSeulgi tidak ingin menengok ke belakang. Seulgi hanya ingin berjalan tenang di kehidupannya. Jongin adalah masa lalu. Seulgi sudah menganggapnya menjadi bagian yang berbeda dari kehidupannya. Namun, Seulgi selalu menemukan jalan kembali.