Four🍡

8.4K 1.1K 178
                                    

"Mengapa hyung selalu berteman dengan orang-orang seperti mereka?" 

Jisung menghembuskan nafasnya panjang, matanya menatap ke arah Minho yang sedang berjalan didepannya.

Jeongin, adik kelas satu-satunya yang masih sering meluangkan waktu bersama itu berjalan disebelahnya.

Lelaki yang baru saja terbebas dari masa sekolah itu menatap Minho dengan jengkel.

"Aku sedikit kesal sebenarnya melihat orang-orang terdekatku selalu berurusan dengan orang seperti itu"

"Hei, mereka itu istimewa lho! Eomma dan appa mu akan mendapatkan balasan yang lebih saat mereka dengan sukarela membuka tempat khusus untuk orang-orang sepertinya" nasihat Jisung sembari terus memantau Minho didepannya.

"Iya, tapi tidak sampai lupa padaku juga kan bisa!"

Jisung tersenyum simpul, "Mungkin suatu saat kau akan mengerti"

Setelahnya tidak ada lagi percakapan di antara mereka. Ketiganya sibuk dengan pikiran masing-masing sampai pada akhirnya sampailah pada tempat yang Jisung tinggali.

"Hyung tidak lelah harus naik tangga setiap hari?"

Jisung menggeleng, ia membuka kunci pintu rumahnya lalu segera mempersilahkan Minho dan Jeongin untuk masuk terlebih dahulu begitu pintu terbuka.

Ia berjalan ke arah dapur, mengambil tiga gelas serta sebotol air mineral untuk Minho dan Jeongin, tidak lupa untuk dirinya sendiri.

Minho sendiri sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur, sedangkan Jeongin dan Jisung terduduk di lantai sembari menatap ke arah Minho yang terlihat seperti orang kelelahan.

"Kukira setelah Felix tidak ada kabar, kau akan berhenti berhubungan dengan orang-orang sepertinya"

Jisung terkekeh, ia meneguk gelasnya yang sudah berisi air lalu menatap ke arah Minho yang tidur membelakanginya.

"Tidak masalah, mereka orang-orang yang tulus, dan aku senang dibuatnya" Jisung kembali tersenyum.

"Ah, bicara tentang Felix, aku merindukannya, biasanya dia selalu datang ke cafe tempatku bekerja dengan seorang wanita, tapi satu bulan sebelum aku resign, dia sudah tidak lagi berkunjung" Raut wajahnya berubah sendu. Lelaki itu menundukkn kepala, menatap gelas kosong yang dipeganginya.

"Ck, tidak perlu sedih hyung! Kalau kau mau, kau bisa mengasuh mereka dari tempat eomma-ku. Lagipula saat ini kau sedang mengasuh Minho, kan?" Setelah berucap seperti itu, Jeongin segera meminum air yang disediakan oleh Jisung.

"Tidak sopan memanggilnya tanpa embel-embel hyung, Je!" Peringat Jisung dengan nada tegas.

Jeongin meletakkan gelasnya yang sudah kosong itu lalu memutas bola matanya malas.

"Sifat mereka lebih kekanakan dibandingkan aku yang baru saja lulus, apakah salah memanggilnya dengan nama?"

Jisung mengangguk tegas, "Mereka punya umur, dan umur Minho hyung lebih tua darimu tiga tahun!"

Jeongin mendengus sebal, ia segera berdiri dari duduknya dan menatap kesal ke arah Minho.

"Apakah aku harus menyingkirkan orang-orang sepertinya agar Jisung hyung, eomma dan appa tidak selalu berpihak pada mereka"

Jisung mengernyit heran begitu mendengar penuturan Jeongin. Ia ikut mendirikan tubuhnya. "Tidak sampai seperti itu, kau hanya belum mengerti"

Jeongin mendesis, "Sudahlah hyung, aku pulang saja"

Jisung meringis, ia menyusul Jeongin yang sudah menghilang dari balik pintu. Namun begitu pintu terbuka, ia dikejutkan oleh lelaki lain yang sudah berdiri didepan pintunya.

TRICKING [Minsung]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang