Bab 3
Semoga masih belom bosen sama alur ceritanya yah.. 😊😊
Happy Reading
😄
.
.Changwook menuang kopi yang baru saja ia seduh dalam teko khusus, ke dalam cangkir putih. Ia menyisip sedikit cairan hitam itu sembari memperhatikan satu jendela kamar di rumah yang berseberangan dengan paviliun. Tangannya yang bebas menyanggah bobot tubuhnya di pinggiran meja, sementara yang lain memegangi cangkir kopi. Padahal jam sudah menunjuk angka 11, tapi lampu di kamar yang sedang ia awasi saat ini masih menyala. Kamar itu menjadi satu-satunya ruangan yang masih di terangi oleh pencahayaan. Changwook mulai penasaran dengan apa yang sedang dilakukan pemiliki ruangan tersebut hingga lampu masih menyala sampai hampir tengah malam begini. Dan Changwook sangat ingat jika ini bukan kali pertama ia mendapati hal seperti itu, sudah sejak tiga hari lalu—tepatnya sejak pemilik kamar kembali menghuni rumah itu—lampu kamar tak pernah mati sampai esok paginya.
“Apa yang dia lakukan malam-malam begini?” gumam Changwook sambil sesekali menyesapi kopinya, “Apa dia sedang mencari artikel mengenai kasus orang tuanya lagi? Tengah malam begini?”
Changwook meletakkan cangkir kopi yang masih menyisakan sedikit isinya ke sisi teko. Kemudian ia berjalan ke sofa untuk mengambil mantelnya, melingkupkan kain tersebut ke tubuhnya sambil kakinya berjalan menuju rumah utama yang sejak awal ia bekerja selalu menjadi titik utama pengawasannya di malam hari. Dengan mudahnya, Changwook menaiki kursi taman dan melompat ke arah balkon kamar di lantai dua. Tangannya menggapai pinggiran lantai balkon sebelum mengangkat tubuhnya untuk sampai di lantai balkon. Hebatnya, Changwook bisa melakukan hal itu tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Ia kemudian berdiri di sisi jendela dan mengintip ke dalamnya. Mencoba mencari tahu apa yang sedang dilakukan gadis pemilik kamar tersebut.
“Mwoya... Di mana dia?” gumamnya saat tidak menemukan siapapun di dalam kamar tersebut.
Perlahan, Changwook memasuki kamar itu yang kebetulan tidak terkunci jendelanya. Menoleh ke sekitar kamar, memastikan tidak ada yang mencurigakan sama sekali. Pasalnya, lampu kamar masih menyala dengan tingkat kecerahan yang hanya 60% namun tidak ada seorang pun di sana. Tapi, setelah di teliti lagi, tidak ada yang aneh sama sekali. Semua masih rapi dan tidak terlihat pernah di masuki oleh orang yang bermaksud jahat. Kemudian kakinya melangkah mendekati pintu kaca buram dan menajamkan pendengarannya—mungkin saja pemilik kamar ada di dalam kamar mandi.
“Kemana dia? Kenapa dia meninggalkan kamar dalam keadaan lampu menyala seperti ini?” gumam Changwook lagi, masih sibuk berjalan ke sana kemari untuk menelisik lebih dalam semua benda yang ada di dalam kamar bernuansa biru itu.
Changwook berjalan mendekat ke sebuah meja kayu yang penuh dengan perangkat komputer—yang ia yakini digunakan Ahrin untuk mengerjakan proyek webtoonnya. Ia melihat sebuah papan putih berisi beberapa kertas memo beragam warna yang tergantung di dinding di samping komputer. Sepertinya memo-memo itu berhubungan dengan webtoon yang sedang di kerjakan oleh Ahrin, karena Changwook bisa melihat beberapa catatan tentang kejadian mengerikan itu. Sementara itu, ada satu sofa malas di sisi kiri meja kerja yang juga bersisian langsung dengan balkon. Ada televisi yang menggantung di dinding dan berhadapan langsung dengan kasur di dekat balkon. Changwook memilih duduk di kasur tersebut dan menikmati penjelajahannya dari sana. Masih ada satu set sofa di sisi kosong sebelah kanan kasur di mana dinding di seberangnya terdapat pintu kaca buram—kamar mandi—dan kaca tembus pandang menuju walk in closet Ahrin. Sekali lihat, siapapun akan menyadari jika kamar ini tidak memiliki banyak furnitur yang menghuni.
“Kamar ini berbanding terbalik dengan sifat pemiliknya. Dia adalah gadis yang suka bicara dan sangat berisik, tapi kamar ini... kenapa rasanya kosong sekali. Terlalu sederhana untuk gadis sepertinya,” gumam Changwook mengomentari isi kamar majikannya.
Tiba-tiba, Changwook menjadi awas saat suara derap kaki mendekati pintu di samping televisi. Membuat Changwook sedikit kebingungan hingga akhirnya memilih bersembunyi di balkon kamar. Membiarkan pemilik kamar menguasai ruangan pribadi itu lagi. Changwook mengatur napasnya sejenak sambil bersandar di tembok. Dalam persembunyiannya, Changwook bisa mendengar helaan napas yang cukup berat dari dalam kamar Ahrin. Tak lama, terdengar suara derit kasur yang menyusul.
“Sekarang apa lagi yang harus aku lakukan? Semua orang sudah tidur. Webtoonku sudah selesai. Aku bahkan sudah menyelesaikan bacaan novel yang baru aku beli,” kata Ahrin di dalam sana, “Lalu apa lagi?”
Changwook menaikkan sebelah alisnya, kemudian mengintip di balik celah gorden, “Apa maksudnya? Kau harusnya tidur..”
“Wah...” Ahrin menghempaskan tubuhnya ke kasur lalu berguling ke kanan dan kiri, lalu menghentakkan kakinya ke udara untuk menghilangkan kebosanannya “Aku harus apa...”
Changwook yang mengintip terkekeh kecil. Geli melihat tingkah Ahrin.
“Ah! Ji Changwook!”
Senyum di wajah Changwook terganti dengan raut wajah bingung saat namanya di sebutkan bersamaan dengan gadis itu yang bangkit dari rebahannya. Changwook mulai mengambil ancang-ancang tatkala tatapan Ahrin mengarah ke balkon.
“Apa dia sudah tidur?” ujar Ahrin penasaran sebelum bangkit dan segera berjalan ke arah balkon.
Melihat itu, tentu saja Changwook segera melompat ke bawah sampai membuat lututnya menghantam lantai. Menimbulkan ringisan kecil di wajahnya saat mencoba bangkit dan bersembunyi di bawah lantai balkon.
“Mwoya... Lampunya juga sudah mati...” gumaman Ahrin samar-samar terdengar, “Ya, tentu saja.. Sekarang sudah jam berapa, Ahrin-ah..”
Changwook melirik ke atas, meski tidak menemukan siluet Ahrin di sana.
“Wah... Ji Changwook... Dia benar-benar aneh. Kenapa dia susah sekali menjawab pertanyaanku? Dia sengaja membuatku penasaran atau apa? Atau... Seolma,”
Changwook menggeser tubuhnya ke samping agar bisa melihat sosok Ahrin di balkon.
“Apa dia hanya menipuku saja jika kami pernah bertemu sebelumnya?” lanjut Ahrin yang masih berbicara sendiri sembari menatapi paviliun tak yang hanya terpisah oleh sebuah kolam renang dengan rumahnya.
Sontak Changwook yang mendengar itu mendengus lagi. Senyum tipis itu bertahan beberapa saat ketika matanya tertuju pada Ahrin. Sambil perlahan kenangan pertemuan mereka sebelum ini terbayang dalam kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Till The End
FanfictionAhrin yang masih remaja harus menjadi saksi utama dari pembunuhan kedua orangtuanya. Membuat hidupnya berada dalam bahaya dan akhirnya membuat Ahrin menitipkan sang adik di sebuah panti asuhan demi keselamatan satu-satunya anggota keluarganya itu. S...