제 5 장

6 0 0
                                    


Bab 5

Semoga masih belom bosen aja yah 😁😁

Happy Reading..!
😄😄

Jang Kiyong, detektif muda yang termasuk dalam tim investigasi Siwon datang ke rumah Ahrin di malam hari. Membawa serta berkas-berkas yang akan mereka periksa bersama. Termasuk Xukun, ada empat orang di sana yang masing-masing memeriksa berkas di tangan mereka. Tidak semua berkas berisi catatan investigasi kasus orang tua Ahrin, satu di antaranya adalah kumpulan artikel yang sengaja di kumpulkan Siwon untuk membantu. Dan hanya berkas itu yang di izinkan oleh Xukun dan Changwook untuk Ahrin periksa, membuat gadis itu merengut kesal—namun tetap memeriksa semua potongan artikel yang sebagian besarnya sudah pernah ia baca.

“Ini adalah hasil autopsi jaksa Seo dan detektif Na,” Kiyong memberikan kertas yang di maksud pada Ahrin untuk di periksa, “Hasilnya menyatakan bahwa jaksa Seo dan detektif Na meninggal karena keracunan. Tim forensik menemukan zat beracun dari kue yang tersimpan di dapur. Selain itu juga tidak ada sidik jari lain di sekitar tempat kejadian selain milik korban. Inilah yang membuat kasus kematian kedua orang tuamu di tutup begitu saja.”

“Ini sudah jelas tidak masuk akal. Aku dan Eomma sendiri yang membuat kue itu, bahkan kami sudah memakan beberapa potong sembari membuat yang lainnya. Jaemin juga ikut mencicipinya waktu itu. Lalu kenapa aku dan Jaemin baik-baik saja sampai sekarang?” Ahrin menyuarakan pikirannya berasal dengan ingatan masa itu yang masih sangat jelas di kepalanya, “Bukankah seharusnya itu bisa dijadikan pematah untuk dugaan keracunan saat itu?”

“Jika saat itu aku dan jaksa Choi sudah berada di posisi kami sekarang, mungkin saja itu bisa terjadi. Tapi saat itu kami hanya seorang intern. Kapasitas kami masih belum sampai pada tahap mencampuri masalah investigasi kasus ini,” sahut Kiyong.

“Artinya sekarang kita bisa menggunakannya. Aku adalah saksi utama dalam kasus ini dan aku masih mengingat jelas bahwa aku juga ikut memakan kue itu,” kata Ahrin.

“Bukankah seharusnya kau memberikan pernyataamu sebagai saksi saat itu?” tanya Changwook masih membaca teliti berkas di tangannya, “Tapi aku tidak menemukan namamu tertera sebagai saksi di semua data ini. Itu juga bisa dijadikan tambahan untuk menegaskan bahwa kasus ini memang harus di investigasi ulang.”

Tiga orang lain di sana mengangguk kecil.

“Hasil persidangan juga sangat singkat. Dengan hasil autopsi dari tim forensik, di tambah dengan tidak adanya sidik jari lain, dan semua perintilan lain sebagai bukti, hakim memutuskan bahwa kasus ini sudah selesai dengan dugaan keracunan makanan,” kata Kiyong lagi sesuai dengan ia dengarkan dari penjelasan Siwon sebelumnya, “Pada intinya, saat itu kasus ini tidak memiliki cukup bukti untuk dinyatakan sebagai kasus pembunuhan. Terlebih, kejaksaan sedang di sibukkan oleh kasus pembunuhan Useo hingga mereka menutup kasus ini begitu cepat.”

“Itulah yang aku maksud. Bukankah seharusnya mereka merasa janggal dengan semua ini. Bahkan bagi seorang yang tidak mengerti apapun perihal hukum seperti aku bisa merasakan kejanggalan itu. Terlepas dari siapa aku untuk kasus ini, aku berpikir jika kematian mereka ada hubungannya dengan kasus pembunuhan Useo. Eomma dan Appa sudah lama mengusut kasus itu—tidak, bahkan sejak awal pun mereka sudah menangani kasus ini, lalu ketika mereka memiliki bukti kuat untuk menangkap pelakunya, tiba-tiba saja mereka di temukan tak bernyawa.”

“Kau bilang mereka menemukan bukti atas kasus itu?” tanya Kiyong.

Ahrin mengangguk kecil, “Aku tidak sengaja mendengar. Saat itu Eomma berbicara melalui telepon dengan seseorang dan mengatakan jika bukti terbaru yang mereka temukan bisa mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pelaku.”

“Apa kau mengingatnya? Apa kau tahu dimana semua bukti itu?”

“Sayangnya, tidak.. Aku yakin orang tuaku menyimpannya, tapi aku tidak bisa menemukannya meski sudah mencari ke semua tempat yang aku tahu selama 15 tahun ini. Bahkan, meskipun aku tahu informan rahasia ibuku, beliau pun tidak mengetahui tempat penyimpanan bukti itu.”

Untuk beberapa detik ke depan, semua hanya diam. Jang Kiyong tampak memutar otak untuk mencari jalan keluar dari masalah ini. Sementara Changwook melirik Ahrin yang mulai menunjukkan wajah sendunya.

“Jaksa Choi mengatakan padaku bahwa kau mengingat kejadian malam itu, apa kau tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya?” tanya Kiyong.

Ahrin mengangguk kecil, “Tapi Sunbae mengatakan jika ingatanku saja tidak cukup untuk membuka ulang investigasi kasus ini.”

“Jika yang kau ingat bersinggungan dengan semua data ini, maka itu bisa dijadikan penguat untuk membuka ulang kasusnya,”

“Kalau begitu kita bisa mencari bukti lain,” ujar Changwook dengan santainya sambil menutup berkas di tangannya dan melemparnya ke atas meja, “Dari semua yang aku baca, aku tidak menemukan keterangan saksi, tidak ada sidik jari lain selain milik kedua korban, tidak ada satu pun alibi yang tertera seperti cctv. Hasil persidangan mengatakan jika korban meninggal karena keracunan, anehnya tidak ada jenis racun yang tertera dalam data. Ahrin benar, bagi seseorang yang tidak mengetahui hukum sedikit pun akan merasa janggal dengan ini. Apa kau yakin ini berkas yang benar?”

“Tentu saja. Aku dan jaksa Choi bahkan hadir langsung dalam persidangan. Dan jaksa Choi juga yang menyalin semua berkas ini dari yang asli,” kata Kiyong tanpa rasa tersakiti atas kata-kata Changwook yang berpikir jika berkas ini tidak benar, karena dia juga berpikir hal yang sama saat pertama kali membacanya.

Changwook mengangguk kecil. Jari telunjuknya mengusap bibirnya dengan mata yang melirik Ahrin, “Apa di rumahmu tidak ada cctv?”

Ahrin menggeleng lemah, “Saat itu teknologi masih belum sehebat sekarang.”

“Tapi ada beberapa cctv di persimpangan jalan menuju rumahmu,” kini Xukun menjadi pusat perhatian setelah mengeluarkan suaranya.

Pria itu mengambil satu berkas miliknya sendiri yang tadi sore ia berikan pada Changwook. Xukun sengaja meminta Changwook untuk membawanya jika saja ada yang harus mereka cocokkan dengan data-data investigasi dari kejaksaan. Dan hal itu benar terjadi sekarang. Xukun membuka beberapa lembar untuk menemukan rangkaian data cctv yang ia kumpulkan dan meletakkan berkas itu sedikit ke tengah agar semua orang dapat melihatnya.

“Ini adalah tempat kejadian, ada tiga jalanan utama untuk ke tempat ini yang memiliki cctv aktif saat itu. One, two, three..” Xukun menujuk sebuah peta lokasi rumah Ahrin dulu beserta titik cctv yang ia maksud, “Aku juga mencari tahu lokasi cctv lain melalui tiga jalanan utama ini dalam radius 100m. Aku mencoba mencari data mengenai semua cctv itu, tapi karena sudah 15 tahun berlalu, mereka tidak lagi memiliki datanya.”

“Tapi polisi tidak memeriksa satu pun cctv di lokasi terdekat,” gumam Kiyong.

“Itu karena tim forensik sudah menemukan zat racun terlebih dahulu dalam tubuh korban dan sangat kebetulan racun itu juga ada dalam kue. Karena itu kejaksaan berpikir tidak memerlukan dugaan lain—meskipun sebenarnya itu tetap di perlukan dalam setiap kasus,” Changwook menjelaskan singkat.

Agree..” ucap Xukun mengangguk kecil, “Untuk cctv jalanan memang cukup sulit meminta datanya, apalagi aku hanya warga sipil, tapi aku berhasil mendapatkan satu data dari cctv minimarket di sini..”

Ahrin mengerut kecil pada peta yang Xukun tunjuk. Jalanan yang dulu selalu ia lewati untuk mencapai sekolahnya. Jika Xukun mengatakan minimarket, artinya itu adalah minimarket tempatnya dan Jaemin berada pada malam kejadian.

“Tapi kau tidak pernah mengatakannya padaku..” kata Ahrin.

“Karena aku tidak menemukan apapun. Satu-satunya yang aku dapat adalah rekaman dimana kau dan Jaemin menghabiskan es krim pada malam kejadian,” kata Xukun, “Rekaman itu tidak terlihat bagus, jadi aku pikir karena itu adalah rekaman 15 tahun lalu. Banyak rekaman hilang, termasuk saat kau kembali ke rumah dan melihat kejadian itu. Pada menit-menit itu, rekaman tidak dapat memutar apapun dan kembali lancar setelah kau kembali bersama Tuan Kim untuk menjemput Jaemin dan pergi ke rumah sakit.”

Ahrin menghela pelan dengan wajah kecewa. Dia pikir mereka akan menemukan secuil bukti untuk membenarkan alibi Ahrin tentang ingatan atas kejadiannya.

But...” Xukun kembali menjadi pusat perhatian, “I was wrong. Sebelum aku datang, seseorang sudah datang lebih dulu dan meminta rekaman tersebut. Jadi aku mengambil kesimpulan jika orang itu yang merusak isi rekamannya. Saat aku mencoba mencari tahu rekaman di hari orang itu datang, hal sama terjadi. Isi rekaman juga di rusak. Hanya foto ini yang aku dapat dari hasil rekaman itu.”

Ketiga orang lainnya menatap bersamaan pada foto hasil screenshoot cctv di minimarket dengan kualitas gambar yang tak begitu bagus. Dalam foto itu juga hanya terdapat siluet punggung seorang pria dengan jaket hitam dan bertudung. Beruntung ketiga orang di sana bisa mengerti dengan jelas bahasa Inggris yang Xukun katakan hingga mereka tidak kebingungan.

“Pekerja paruh waktu yang hari itu memberi ijin pria ini sudah tidak bekerja lagi di sana karena harus kuliah di luar negeri. Jadi aku tidak bisa mencari tahu lebih lanjut,” tambah Xukun.

“Kau tidak bertanya apapun tentang pekerja itu? Di mana rumahnya atau di mana dia kuliah mungkin?” tanya Ahrin.

“Mangwon-dong, Mapo-gu. Dia tinggal bersama dengan orang tuanya di sana. Dan mendapatkan beasiswa di Filipina,” jawab Changwook.

Mwoya... Bagaimana kau tahu?” respon Ahrin yang terkejut.

From my notes,” sahut Xukun dengan senyum kecil, “Aku hanya tahu sebatas itu dari pemilik minimarket. Aku belum sempat mendatangi rumah orang tua pekerja itu karena waktuku untuk tinggal di Seoul terbatas hari itu.”

“Jika kita bisa menemukan pria ini, bukankah kita bisa menjadikan dia sebagai saksi untuk alibi Ahrin?” tanya Changwook.

“Tentu bisa. Itupun jika dia mau melakukannya,” jawab Kiyong.

“Kalau begitu aku akan mencari gadis itu dan menanyakan pria ini padanya. Hanya itu satu-satunya cara untuk menemukannya. Aku harus tahu, siapa dia, dan untuk apa dia mencari tahu kejadian malam itu,” kata Ahrin dengan mata memandang potret pria di berkas Xukun.

Are you sure?” tanya Xukun dengan tatapan tidak yakin, “And how about your project?

My project was done, X,” jawab Ahrin, “Aku hanya perlu mengirimnya ke editor dan merilisnya di website. Setelah itu, aku tidak memiliki jadwal apapun. Aku memiliki waktu luang sampai jadwal wawancara dengan Woo Media.”

Xukun hanya bisa mengangguk kecil tanpa mendebat lebih jauh. Sudah terlihat dalam sorot mata Ahrin jika gadis itu memang sudah sangat bertekad menyelesaikan kasus ini. Kemudian matanya melirik Changwook sejenak dan mengangkat alisnya seolah mengatakan ‘see?’ pada pria itu. Sementara Changwook yang mengerti maksudnya hanya menghela kecil.

“Aku sudah menemukan satu keganjilan dalam data kasus ini, di tambah dengan fakta bahwa ada yang merusak rekaman cctv itu, dan ingatanmu tentang malam kejadian. Aku akan mengatakannya pada jaksa Choi,” Kiyong menarik napas dalam dan mengeluarkannya perlahan, “Kuharap akan mendapatkan hasil yang baik.”

Till The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang