Chapter 10

389 14 3
                                    

Mereka sampai di sebuah rumah yang tak terlalu besar, namun cukup untuk dibilang megah. Jimin diam meratapi rumah yang akan menjadi tempat berteduhnya selama dua hari kedepan. Jantungnya berdegup sungguh kencang saat mereka mulai memasuki rumah, bersih dan rapi, itu yang kesan yang Jimin dapatkan pertama kali.

Apa ia membersihkannya sendiri? Atau ia memiliki pembantu? Pikir Jimin.

"Makan ini, setelah itu kita ke kamar," Ujar Chanyeol memberi perintah, ia mengeluarkan satu kotak Pizza. "Kenapa Seokjin tega menjualmu?" Tanya Chanyeol ketika ia kembali dari dapur, membawakan dua kaleng dingin soda. "Sebenernya aku iba padamu, tapi aku sudah bayar mahal." Lanjutnya seraya mempoutkan bibir, cukup membuat Jimin bergedik geli.

"Aku bisa membersihkan rumah dan menjadi assistenmu selama dua hari, ku mohon," Ringis Jimin berharap iba.

"Ah sudahlah, cepat makan." Tolak Chanyeol mentah-mentah seraya meneguk satu kaleng soda dinginnya.

Jimin perlahan mengambil sepotong Pizza tersebut walaupun tak ada sedikitpun rasa lapar di perutnya, saat dipikirannya hanya ingin pulang dan kabur dari jeratan walau tahu tak ada sedikitpun uang digenggaman. Jimin perlahan mengunyah Pizza di mulutnya saat sadar Chanyeol mengamati tubuhnya. Jimin yakin banyak hal kotor yang sedang dipikirkannya, maka dari itu ia sengaja memakan pizza dalam porsi besar itu dengan lamban.

"Cukup." Chanyeol berdiri. "Kau bisa makan kembali setelah kau menyelesaikan pekerjaanmu."

Jimin bergeser mundur, mulutnya entah terbungkam untuk sekedar berbicara kala melihat tatapan menusuk dari Chanyeol yang kini telah berpindah duduk disampingnya.

Chanyeol meminum soda kalengnya lalu mencium Jimin, memaksa memindahkan minuman tersebut dari mulutnya kedalam mulut Jimin. Jimin mendorongnya menjauh, sedang Chanyeol tersenyum miring melihat perlakuannya.

"Kau ingin cara kasar huh?"

Jimin menggeleng dengan wajah menunduk, sebentar lagi air mata akan menghiasi wajah cantiknya.

Chanyeol yang habis kesabaran pun menarik Jimin menuju kamar dengan paksa, sekuat apapun Jimin menahan diri.

Jimin takut.

Kembali melintas memori saat pertama kali ia disetubuhi oleh sang Kakak dan sang calon ipar.

Tak lupa mengunci pintu, Chanyeol membanting tubuh kecil itu diatas ranjangnya lalu membuka celana dan membuangnya jauh-jauh, meninggalkan cd yang masih menutupi miliknya yang melonjak ingin keluar.

"Aku memberimu kesempatan sekali lagi," Tawar Chanyeol.

"Aku ingin pulang," Pinta Jimin walau tahu itu tak akan terjadi.

Chanyeol geram, ia melumat bibir Jimin dengan ganas dengan tangan yang mencekik lehernya. Ia terlihat marah atas Jimin yang membangkang. Jimin baru sadar telah memancing singa ganas yang sedang kelaparan.

Jimin mendorong dada tersebut dengan kuat, ia hampir kehabisan oksigen ia akan mati, saat ciuman dan cekikan itu terlepas, Jimin terbatuk-batuk dengan kuat bersama air mata yang mengalir di kedua sudut matanya.

Belum selesai, Chanyeol kembali menyerbu Jimin dengan ciuman lebih dalam lagi, kali ini jujur Jimin pasrah, ia tak ingin lagi berontak memikirkan nyawanya sendiri. Jimin membuka mulutnya untuk memudahkan Chanyeol mengakses kedalam rongga mulutnya, menjelajahi apa yang ada didalamnya. Jimin mengikuti permainannya sampai perlahan Chanyeol melakukannya dengan lembut.

Setelah puas dengan bergelut lidah, Chanyeol tersenyum mencium pipi kanan Jimin, menuruni rahang hingga berlanjut turun ke lehernya. Jimin otomatis mendongak, Chanyeol menjilat menghisapnya. Kemudian ciuman tersebut turun lebih bawah lagi, mengecup bongkahan payudara Jimin yang terlihat.

Chanyeol menghentikan kegiatannya sebentar membuka baju Jimin. Tak sulit baginya untuk melakukannya, karena memang baju yang Jimin kenakan hanya perlu ditarik kebawah saja agar terbuka.

Dalam sekejap Jimin sudah telanjang bulat, Jimin malu, ia ingin menutupi bagian intimnya, namun tangan besar menahan lengannya untuk melakukan itu. Chanyeol juga membuka bajunya perlahan, Jimin melirik ke arah lain dengan wajah yang bersemu, asal jangan ke arah tubuh Chanyeol pikirnya.

Chanyeol kembali menindih Jimin, ia mengecup dadanya sebentar lalu memasukkan payudara itu kedalam mulutnya. Jimin melenguh pelan. Tangan kiri Chanyeol meremas payudara Jimin yang tersisa selagi Jimin meremas rambut Chanyeol seraya menggigit bibir bawahnya menahan desahan atas apa yang Chanyeol lakukan menggingit kecil dan menjilati puting Jimin yang tegang.

"Kau tak perlu menahan desahanmu, sayang." Perintahnya menggigit puting Jimin kasar membuat sang empu teriak kecil.

"Akh,"

Chanyeol semakin brutal dengan aksinya saat mendengar satu desahan lolos di mulut sang partner. Bahkan gigitannya menjadi sedikit lebih keras, bukan sakit, Jimin malah merasa ini begitu nikmat, persetan Jimin telah lupa daratan sekarang.

Kini Chanyeol beralih kebawah, melihat Jimin yang telah mengangkang lebar untuknya. Dengan segera ia membenamkan wajahnya disana, menjilati klitoris dan menggigitnya secara bergantian. Jimin melenguh seraya meremas bantal disisinya kala Chanyeol memasuki milik Jimin dengan lidahnya, tidak puas dengan itu, ia juga menambah dengan jari tengahnya.

"Akh--Kak, ah--masukin please."

"Sudah aku masukin, Jim." Goda Chanyeol dengan raut senang telah berhasil memporak randakan benteng Jimin.

"Bukan itu--tapi akh!"

Chanyeol menyentakkan tiga jarinya sekaligus tiba-tiba, beberapa saat kemudian ia berdiri menyuruh Jimin untuk mengulum miliknya dengan segera.

"Ah ya, shit, disitu jalang lebih dalam lagi."

Menarik rambut untuk membuatnya lebih dalam lagi, Jimin terbatuk-batuk karna milik Chanyeol sampai ke pangkal tenggorokan dibuatnya. Dirasa ia akan tiba, Chanyeol mendorong tubuh Jimin berbaring dan memompa miliknya cepat di dalam Jimin.

"Kak, akh-a-aku keluar."

Chanyeol juga mengejar gilirannya, memompa miliknya tanpa ampun di dalam sana saat Jimin telah ambruk. Jimin merasakan milik Chanyeol mulai membesar, Jimin yakin sebentar lagi Chanyeol akan mengeluarkan cairannya.

Saat baru saja Jimin ingin mengatakan pada Chanyeol jangan mengeluarkan cairannya di dalam, semua sudah terlambat, Chanyeol telah mengeluarkannya, dan pemikiran buruk melanda Jimin, ia takut hamil, sedang sekarang adalah masa suburnya.

Tubuh Chanyeol ambruk diatas tubuhnya, ia membelai lembut rambut Jimin teramat halus dan mengatakan teramat santai apa yang sedang Jimin pikirkan saat Jimin baru menyadari jika Chanyeol bisa membaca pikirannya.

"Jangan khawatir, kalau kau hamil, yang perlu kau lakukan hanyalah menggugurkan kandunganmu." <>

Hölle (YOONMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang