❄ T I G A ❄

120 58 20
                                    

-'Kenapa marah'?
Ah iya, aku lupa bahwa
ragamu telah jauh pergi.
'Boleh kupeluk tidak'?
Eh aku lupa, kamu melihat ku
saja sudah enggan.
'Jadi, yang kutemui ini
bukan kamu ya'?
Yasudah tidak apa-apa.-

-imajiners

°○°

Emang ya, nggak ada yang lebih candu selain wangi buku-buku ini. Para pecinta novel pasti tau dong wangi candu ini? Harum khas kelembapan kertas yang terjaga suhunya.

Itulah yang menjadikan Dinda sangat menyukai novel. Hanya dari harum nya, Ia langsung jatuh cinta.

Dinda mengambil sebuah buku dihadapannya, kemudian mendekatkan buku tersebut pada indra penciumannya. Dihirup lah amat dalam harum buku tersebut. Beberapa kali mengulangnya sambil berpejam mata.

Abas yang melihat kelakuan adiknya pun tak heran, "Dek, lo kalo mau cari novel cari aja ya. Gue mau cari buku referensi buat matkul gue dulu."

Abas menepuk pelan bahu Dinda, sampai adiknya berhenti melakukan aktifitasnya yang terbilang aneh, "Eh- iya bang. Tapi jangan lupa aktifin handphone lo ya!" seru Dinda menuntut

"Yaelah, santai aja sih. Lagipula siapa yang mau nyulik anak yang bawel nya minta ampun begini coba." Abas terkekeh

"Yeee... elo bang. Sembarangan kalo ngomong. Gue cabein tuh mulut baru tau rasa lo!"

Abas terkekeh lagi sambil mengelus pucuk kepala adiknya dan segera pergi ke tempat tujuannya. Lalu mereka pun asik dengan dunianya masing- masing.

°°°

Dinda mencari novel yang sudah lama ingin dibelinya. Tapi Ia juga bingung, sebab novel yang diinginkan berjumlah tiga. Yang dibingungkan adalah Ia harus pilih yang mana.

Hingga saat berbalik ke rak sebelah Dinda pun tak sengaja lepas kendali. "Huaaaaa... gak kuat guee.... Rasanya pengen gue borong aja ini semua."

Kemudian terdengarlah suara balasan tak jauh dari tempat Dinda berada, "Dih! Cewek gila!" Sahut pelan lelaki yang merasa terusik

Dinda menoleh. "Euh.. sorry kali mas nyaaa. Sinis amat lo!" Ucap Dinda pada lelaki itu

"Halah berisik lo!" Jawab lelaki itu dengan nada tinggi

"Lo!!!"

Dinda berusaha mengontrol emosinya, "Sabar Ay sabar... tarik nafas... buang." Ucap Dinda yang kemudian mendekat pada lelaki tersebut dan menaruh mulutnya deket sekali dengan telinga lelaki itu, "Maap ya mas sewot, telah mengganggu ketenangan anda."

"Sial!" Balas lelaki itu refleks

Sungguh itu merupakan salah satu hal yang tak senonoh menurut lelaki tersebut. Bagaimana bisa seorang perempuan tak dikenal berbicara sensual persis di telinganya.

Sedangkan Dinda merasa puas telah membalas perlakuan lelaki tadi. "Mamam tuh, lagian punya mulut sembarangan aja. Kan bisa negur secara halus, nggak harus ngatain gue kayak tadi. Dasar nggak tau sopan santun."

Daripada harus bertemu si mas sewot, Dinda berjalan menuju rak sebelah. Yang mana berisi kumpulan buku dongeng anak-anak. Uhh... lucunya.

Abray (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang