-Jika mencintaimu adalah kebodohan,
Maka itu benar.
Bahkan sangking bodohnya,
Cintaku tak tau arah.-°○°
Abraham memasuki kantin dengan nafas gusarnya. Mengingat ucapan Juno pagi tadi, Ia berharap keputusan kali ini adalah benar. Ia sudah memikirkannya secara matang. Ia harus memilih kemana hatinya harus pulang.
Flashback on
"Langsung aja. Apa penjelasan lo?"
"Kebiasaan lo! Sekarang gue tanya, ngapain lo kerumah Dinda? Cewek lo gimana bodoh?"
"Bacot! Bukan urusan lo Jun."
"Oke. Gue tanya lagi, kalo gue bilang Ayla bukan sahabat kecil kita waktu di Bandung. Gimana?"
"Sialan! Apa maksud lo bilang gitu? Gue bilang gak usah ikut campur urusan gue, Jun!"
"Gue gak maksud gitu, Ham. Tapi ini faktanya. Coba aja lo tanya hati lo itu, lebih berpihak ke siapa? Hati lo itu tau, Ham. Kemana hatinya harus pulang." ucap Juno meyakinkan Abraham, "Terserah lo mau percaya apa enggak. Lo tau gue nggak pernah bercanda kalo ngomong sama lo. Dan seharusnya lo sadari itu dari dulu. Coba abis ini lo temuin Ayla. Lo lihat respon dia gimana. Buat buktinya, ntar malem temuin gue di club biasa."
Flashback on
"Sayang, pulpen aku gampang habisnya, tapi kalo cinta aku ke kamu gak ada habisnya ... eaaa." Dheril masih suka menggoda Dinda tentunya.
Dinda memutar bola matanya malas, "Apasih kak. Kebiasaan deh." balas Dinda.
Juno yang melihatnya pun diam diam mengambil gumpalan tisu, lalu ...
Hap
"Mampus tuh! Makan tuh tisu! Kalo gue aduin bang Abas, pulang tinggal nama lo!"
"Cuihh ... asem anjrit! Bangsat banget sih punya temen. Gak bisa apa liat temen bahagia dikit!"
"Ekhem!"
"Eh abang Abaraham udah dateng. Sini duduk samping ayang. Aku kangen loh di belai kamu ...." Dheril membuat semua menatapnya jijik. Sebagian lain tertawa terbahak.
"Dherill! Ampun deh punya temen gini amat! Bisa diem dulu gak sih tuh mulut!" Kali ini Rasya kelewat kesal.
"Yaelah ... apa salahnya sih bikin orang ketawa. Kan gue juga dapet pahala."
"Bacot! Jadi gimana Ham?" Juno yang penasaran pun tak sabar.
"Hm. Jan lupa janji lo."
"Santai. Entar malem ke tempat biasa aja."
"Kan ... kann ... emang kampret! Mainnya rahasiaan! Bocah lo pada! Pundung ah gue! Mending juga gue ngudut!" Dheril berjalan keluar kantin
"Dih bocah ambekan!" teriak Juno
"Jan banyak-banyak rill!" Teriak Rasya
"Nono ... kamu ngomongin apasih sama Kak Abraham? Ko aku sama Ka Rasya gak dikasih tau?"
"Urusan lelaki. Cewe mah diem aja." Kini Abraham menjawab
KAMU SEDANG MEMBACA
Abray (Slow Update)
Teen FictionTuhan telah menggariskan takdir bagi tiap insan. Hidup penuh luka bukan lah suatu pilihan. Tak hanya lahiriah kian dihujani pilu. Tapi jiwa pun tat kala membiru. Hatimu, berikut nalarku. Membaur di dalam semu. Abraham Prambayu Wibisono dan Aidinda P...