The Third Reason

165 30 0
                                    



Alasan ketiga: he is romantic.

Malam itu, Aya memastikan penampilannya di depan cermin entah untuk keberapakalinya. Beberapa hari yang lalu, Johnny berkata jika ia akan mengajak Aya untuk dinner di restoran favorit keluarganya.

Memang malam itu hanya makan malam berdua saja, tapi mengingat Johnny yang biasanya mengajak Aya makan di warung tegal atau di lesehan tepi jalan (paling banter ya di Solaria), dan malam ini pacarnya itu mengajaknya ke sebuah restoran fancy membuat jantungnya berdebar. Rasanya seperti mau maju lomba debat waktu SMA dulu, bedanya ia akan datang makan malam. 

Terkadang ia juga bingung, masa mau makan saja pake deg-degan segala?

Johnny memang paling ahli untuk membuat orang merasa berdebar^^

"Iya, aku ke depan, ya," Aya berkata pada ponselnya, merespon telepon dari Johnny yang berkata jika ia sudah di depan kosan. Aya memakai sepatu wedges-nya dan sekali lagi melihat dirinya di depan cermin.

Dress floral dengan lengan tiga per empat itu menempel dengan pas di tubuhnya. Tas tangan berisi dompet, ponsel, parfum, dan tisu digenggamnya dengan erat. Tangannya merapikan rambut diikat satu dengan pita, senyum terpoles di wajahnya.

Oke, ia siap.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌱


Johnny mengerjapkan matanya dengan cepat, mulutnya terbuka ketika melihat Jenaya berjalan keluar dari kos-kosannya. Serius? Itu Aya? Jenaya-nya?

"Kok kamu bisa cantik banget kayak gini, sih? Dikasih makan apa kamu dulu?" tanya Johnny ketika menyambut Aya. Tangan kanannya terulur dan ketika Aya mengambil uluran tangan itu, Johnny mengecupnya pelan.

"Kukira kamu bawa Jeep-mu, ternyata bawa yang lain," Aya menahan hasrat untuk mengumpat ketika melihat Aston Martin entah seri yang mana, Aya tidak tahu. Johnny tertawa mendengar ucapan Aya, juga ketika melihat ekspresinya.

"Kita mau dinner formal dan aku bawa Jeep?" tanya Johnny sambil membukakan pintu untuk Aya.

"Ya nggak apa-apa, sih, sebenernya," ucap Aya. Johnny nyengir.

"Kamu cantik banget malem ini," ucap Johnny. Tapi dia buru-buru meralat, "Biasanya juga cantik tapi maksudnya—"

Aya menarik dasi Johnny dan mengecup bibirnya pelan.

"Aku tahu aku memang cantik," ucap Aya. Ia lalu mengusap bibir Johnny—ada lipstick-nya.

Johnny blank. Tapi ia lalu tersenyum simpul dan menjalankan mobilnya.

Five Reasons | Seo Johnny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang