Ada lagi cerita tentang keprotektifan Johnny yang Aya finds it cute. Misalnya waktu ada acara ulang tahunannya anak paling famous sekampus, selebgram sekaligus artis sinetron. Dia ngundang semua anak kampus, literally semua mahasiswa dan mahasiswi dari segala jurusan di angkatannya. Nggak tau lagi.
Temanya pesta kostum. Dan Aya nggak mau kasih tau Johnny dia pake kostum apa. Dia sudah merencanakannya dari lama untuk sekali-kali pakai kostum itu, tapi tidak ada moment yang pas. Nah, mumpung sekarang ini waktunya pas, Aya tidak akan melewatkannya.
🌱
"Ay..." Johnny menatap Aya, tapi Aya tersenyum dan menggeleng. Johnny menghela napas dan membuka pintu mobilnya, lalu keluar.
Malam itu, Johnny tampak keren dengan kostum Zorro yang ia pinjam dari salah seorang kenalannya. Tubuhnya yang tinggi dan tegap itu terlihat gagah ketika terbalut dengan kostum hitam-hitam yang menawan.
Jenaya jatuh cinta entah untuk yang keberapakalinya.
Johnny mengeratkan rangkulan pada pinggang Aya ketika ia sadar beberapa pasang mata mulai mengamati mereka.
Ralat.
Mulai mengamati gadisnya.
Bagaimana tidak? Malam ini, Aya bersikeras untuk menggunakan kostum Black Widow, manusia super favoritnya. Johnny tidak bisa mengubah pemikiran pacarnya itu. Sungguh, ia telah mencoba, namun tidak ada yang bisa mengalahkan keteguhan hati dan kekeraskepalaan pacarnya itu.
Oh, kadang-kadang ia bisa. Tapi tidak perlu menceritakan itu sekarang.
"Ay..." lagi-lagi, Johnny memanggil Aya yang sedang memekik senang, berlari kecil dan cepika-cepiki dengan seseorang berkostum Monalisa. Kulitnya pucat du tubuhnya cukup tinggi untuk perempu—
Tunggu.
"Ten?" Johnny mengerutkan kening, terbahak ketika mengetahui jika seseorang dalam kostum monalisa itu adalah Ten, kawannya dari jurusan DKV. Sungguh, ia tidak terlihat sama. Completely different.
"Oy, John," Ten ber-highfive. Langkahnya begitu macho, tidak cocok dengan gaun beludru merah yang ia gunakan. Johnny sedang mengobrol dengan Monaliten ketika seseorang menepuk bahu Aya.
"Hey."
Aya segera berbalik dan mendapati seorang pemuda dengan rambut putih, membawa sebuah apel di tangannya.
"Too bad you didn't dress as Snow White," ucap Yuta sambil tertawa. Aya juga ikut tertawa.
"Mungkin kalo Wicked Wizard-nya lo gue mau jadi Snow White," ucap Aya iseng. Yuta terkekeh, lalu mengulurkan apelnya.
"Mau apel, Jenaya?" tanya Yuta. Jenaya terperangah dan menggeleng.
"Aku tidak percaya semua yang berasal dari tanganmu, Penyihir Jahat!" ucap Aya dramatis. Mereka kembali tertawa.
"Jen..." Yuta memanggil Aya pelan, membuat gadis itu mendongak.
"Kenapa, Yut?"
Yuta terlihat sedang berkonflik dengan diri sendiri, sebelum akhirnya menggeleng dan berujar, "Nope. You look good with that Black Widow costume."
"Of course, she looks good in anything because she IS my girlfriend," Johnny menarik Aya, menjawab pujian Yuta dengan menekankan ucapannya. Aya memutar bola matanya lagi, here we go the protective Johnny.
Aya tertawa canggung sambil melambaikan tangannya ketika Johnny menariknya masuk ke ruangan.
"Wow," Aya mendesah kagum ketika melihat dekorasi ruangan itu. Di sebelahnya, Johnny mendengus.
"Yeah, right. Wow," ucapnya datar dan tidak bersemangat. Aya menoleh.
"Kamu kenapa, sih? Masalah aku sama Yuta? Hey, Johnny Baby he's your bestfriend, no need to be jealous," Aya berkata, sedikit geli ketika melihat Johnny yang bersusah payah untuk tidak memasang ekspresi nyinyir.
"Bukan itu, Aya. Aku nggak masalah, toh dia Yuta, he is nothing compares to me," Johnny berucap. Aya tertawa geli.
"Terus apa?"
"Look at those hungry bastards—sorry, nggak seharusnya aku pake kata itu di depanmu," ucap Johnny. "Look at those hungry predators, Jenaya. They're ready to eat you."
Aya berpura-pura kaget.
"Oh ya? Kan aku punya kamu, there's nothing to be afraid of," ucap Aya. Ia lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Johnny yang semalaman cemberut.
🌱
Esoknya, Jenaya mendapat kabar yang tidak terduga. Sangat tidak terduga.
"John!" Aya berseru, memanggil Johnny yang sedang memukul seorang pemuda di kamar mandi teknik bagian gedung belakang, entah siapa Aya tidak tahu.
"Ngomongin cewek gue lagi, lo gue tendang ke kandang singa. Ngerti gak lo?!" Johnny menyentak dua orang di hadapannya sebelum mengusap wajahnya kasar dan mendekati Aya.
"Mau jelasin?" tanya Aya lembut. Johnny menghela napas dalam-dalam, lalu tersenyum tipis.
"Jangan di sini, ya?"
Dan di sinilah mereka, di kantin FISIP dengan segelas es teh untuk masing-masing.
"Aku suka kamu pake baju kayak kemarin, suka banget malah," Johnny memulai. Ketika ia hendak melanjutkan, Aya memotong ucapannya.
"Ini masalah yang kemarin? Oh my God, John—"
"Yang nyuruh aku jelasin siapa?" tanya Johnny datar. Aya menghela napas panjang dan mengangguk sambil bergumam, sorry.
"Aku suka banget," ucap Johnny sambil mengangkat bahunya. "I know, it's your body. I have no rights about that. Tapi aku nggak suka lihat orang lain ngeliatin kamu kayak semalem, Ay. Aku nggak mau kamu jadi bahan fantasi orang-orang yang nggak bertanggung jawab macam mereka. Aku—"
"Wait. Maksudnya?" tanya Aya, mulai paham kemana arah pembicaraan ini. Johnny mengangguk.
"Mereka berdua motret kamu diem-diem," ucap Johnny, lalu menghela napas. "Terus coli pake foto kamu."
Blush.
Wajah Aya memerah, entah marah, kecewa, atau malu. Kenapa Johnny harus sefrontal ini—
"Jangan marahin aku karena mukulin orang, ya, please?" ucap Johnny, bibirnya tertekuk. Aya ingin marah, tapi melihat Johnny seperti ini, ia tidak bisa untuk tidak tersenyum.
Biar dua kunyuk itu yang akan merasakan akibatnya langsung dari Aya. Mereka tidak tahu jika Aya pemegang sabuk hitam karate, 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Reasons | Seo Johnny [COMPLETED]
FanfictionJenaya couldn't ask for a better man. Untuknya, Johnny Suhardja adalah sosok kekasih yang sempurna. Jenaya adalah seorang mahasiswi semester lima yang cerdas. Tentu saja ia tidak akan bertahan dengan Johnny selama beberapa tahun ini tanpa alasan yan...