23. Hidup baru

2.5K 502 36
                                    

Enam bulan berlalu...

“Mas, aku main ke cafe sebentar ya?”

Seungyoun memutar mata. “Main terus kerjaanmu. Udah belajar apa belum buat tes masuk universitas?”

“Udah kok.”

“Yang bener?” Tanya Seungyoun, menatap sang adik tak percaya.

“Ampun deh, Bang, nggak percayaan banget sama adek sendiri? Aku main ke cafe juga cuma sebentar kok.”

“Ya kamu pikir Mas percaya?” Mata sipit Seungyoun mendelik. “Coba sini Mas tanya kamu main ke cafe mana? Ke Hana, kan?”

Silvia mengulum bibir. “Ya emang biasanya kemana?”

“Tuh! Kamu kalau udah main ke sana tuh pasti lama! Ya minum kopi lah, main sama Hanbin dulu lah, ngobrol sama Hangyul lah.”

“Ya emang kenapa? Nggak boleh?”

“Ya boleh, tapi kamu harusnya tau waktu gitu loh! Cafenya tutup jam delapan, kamu juga baru balik jam segitu. Ya dipikir wajar kamu main seharian di sana? Kapan belajarnya??”

Silvia memutar mata, lalu berjalan balik masuk ke kamar dan keluar sambil membawa sebuah ransel. “Nih, aku bawa semua bukunya. Nanti aku belajar di sana seharian. Aku pergi!” Pamitnya langsung berlari menuju pintu apartemen.

“Dek! Adek! Hish, adek cuma satu kenapa susah banget sih diaturnya?!” Gerutu Seungyoun meremat ponsel dalam genggaman.




- ʏᴏᴜɴɢ ᴅᴀᴅ -




“Waah, lucunya~ ini adekmu?” Tanya Hyewon setelah mengusap puncak kepala Hanbin.

Hangyul menggeleng. “Anakku.”

“Eh? Kamu punya anak?”

“Ya yang barusan kamu elus kepalanya itu anak aku, Won.”

“Kok bis... Oh! Kamu pas cuti kemarin itu... Cuti nikah?” Tanya Hyewon dengan mata membulat.

“Anakku umurnya udah dua tahun.”

“Eh?? Gimana??”

Hangyul menghela napas. “Kamu ngerti atau pura-pura nggak ngerti?”

Hyewon tersenyum canggung. “Kamu lagi bercanda ya? Ha ha..”

“Emang mukaku kelihatan bercanda?”

Silvia memarkirkan motornya di depan cafe kepunyaan Hangyul. Ia kunci stir motornya, lalu dengan kepala yang masih bermahkota kan helm dia berjalan menuju pintu masuk, tapi belum sempat dia sentuh si pintu, Hyewon sudah keburu membuka pintunya dari dalam.

Senyum merekah di wajah Silvia. “Eh, pacarnya Hangyul, kok udah mau balik?”

Hyewon tersenyum canggung. “Eh, temennya Hangyul.. I-iya, udah mau balik.”

“Kok buru-buru? Biasanya—”

“Maaf ya? Saya buru-buru, permisi.” Potong Hyewon, dengan cepat melangkahkan kakinya pergi.

Silvia, dia dengan refleks menoleh mengikuti pergerakan terburu Hyewon. Memandang si perempuan dengan tatapan bingung.

Silvia menggeleng, kembali melihat ke depan dan lanjut masuk ke dalam cafe. “Hanbiiiin!” Serunya, buat beberapa pelanggan cafe menoleh, memberikan tatapan penuh menghakimi.

Bocah yang dipanggil namanya tadi pun langsung beringsut turun dari atas sofa ujung cafe, dengan kedua kaki mungilnya dia berlari menghampiri si Tante yang suka ngotot dipanggil Kakak.

Young Dad ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang