33. Konsekuensi

277 62 2
                                    

cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. sudah tertera di foto ya gaiiss.

Hangyul, dia memandang malas ponsel yang kini ada dalam genggamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hangyul, dia memandang malas ponsel yang kini ada dalam genggamannya. Mungkin sudah sekitar lima kali nomor Jaehyun terus saja muncul di sana, dan Hangyul masih terus enggan untuk menerima panggilan dari kakaknya tersebut.

Hari sudah semakin gelap, Hangyul pun sudah kembali ke hotel tempatnya menginap. Tak seharusnya Hangyul datang ke kota ini. Orang tua bahkan kakaknya pun sudah melarangnya untuk pergi karena acara pernikahan Hangyul sudah hampir di depan mata.

Namun Hangyul tetaplah Hangyul, si tuan keras kepala ini tetap nekat pergi meskipun sudah dilarang. Ada harapan kecil yang ia simpan di sini, dari orang yang selama ini sudah terlalu baik kepada dia dan putra kecilnya.

Bukan, maksud Hangyul datang kemari bukan untuk mengucapkan terima kasih kepada Silvia dan kakaknya. Ada harapan lain yang Hangyul inginkan di tempat ini. Meskipun belum tentu bisa tercapai. Dia juga ragu akan pilihan nekatnya ini.

Mungkin sudah sekitar dua tahun Hangyul menangkis perasaan ini. Mana bisa juga dia yakin akan perasaannya padahal Silvia sama sekali jauh dari tipe perempuan yang dia inginkan? Kalau dibandingkan sifatnya dengan mantannya dulu pun Silvia jelas sekali sangat berbeda.

Anggun saja bukan kata yang pas untuk menggambarkan sosok Silvia. Lemah lembut? Mungkin kalau sedang bersama anak kecil dia terlihat lemah lembut, apalagi ketika bersama Hanbin. Tapi, kalau dengan orang sepantarannya, ah, gadis satu itu tak lebih dari manusia julid yang suka pamer harta.

Hangyul memijit pelipis. Lagi-lagi layar ponselnya menyala, nomor Jaehyun kembali muncul di sana.

Dengan berat hati Hangyul menerimanya, mendekatkan si ponsel ke telinga dan menunggu Jaehyun membuka suara.

“Gyul, kamu di mana?” Tanya Jaehyun dengan suara beratnya, sepertinya dia juga sedang kelelahan di sana.

“Ya di mana lagi?” Hangyul membalas, suaranya benar-benar malas.

“Pulang. Jangan bikin Papa Mama marah.”

“Bang... Emang gak ada cara lain ya?” Hangyul kian putus asa, matanya yang sayu menatap sendu ke luar jendela kamar hotelnya. “Aku bisa kok ngerawat Hanbin sendiri. Aku juga gak harus buru-buru nikah kaya sekarang..”

“Ini permintaan Eyang, Gyul. Mama sama Papa juga gak bisa ngelakuin apa-apa.”

“Tapi Abang sendiri juga udah lihat, kan gimana sikap dia ke aku? Kami gak akan bisa jadi keluarga kalau sikap dia kaya gitu.”

“Setahun. Setahun aja.”

Hangyul mengernyit, matanya melirik ke arah ponsel yang ada di samping telinga. “Apa yang setahun?”

“Kalian nikah setahun aja. Habis itu kamu cerai dia juga gapapa kalau memang beneran gak cocok. Abang udah ngomong sama Mama Papa, mereka juga awalnya nolak, mereka bilang ini bukan acara main-main. Tapi Abang udah coba bujuk sebisa Abang.”

“Gak tau lah, Bang.. Rasanya jadi gak etis aja.”

“Inikan juga salahmu, Gyul. Harusnya kamu bisa jaga diri. Ya, kamu memang laki-laki, tapi kamu juga harus bisa terima konsekuensi dari perbuatan kamu. Bagus kamu masih mau terima Hanbin, bagus juga dulu kamu ada inisiatif buat tanggung jawab atas perbuatan kamu. Terserah siapa yang mau duluan, intinya kalian berdua memang salah. Dan ini hasilnya.”

“Iya, emang aku yang salah. Aku juga tahu kalau aku salah. Gak perlu diperjelas.”

“Kalau gitu sekarang kamu pulang. Gak usah aneh-aneh. Kita tuntasin satu masalah ini dulu, untuk sisanya, kita urus setelah masalah ini selesai.”

“Oh ya, Gyul.. Kamu jadi nyatain perasaan kamu?”

Helaan napas berat Hangyul keluarkan. Dia berjalan mundur dan duduk di atas ranjang. Ia mengusap wajah, beban di punggungnya kian makin berat saja terasa.

“Gak. Belum sempet.”

“Kenapa lagi?”

“Gak tau. Dia.. Kayanya udah suka sama orang lain.”

“Apa Abang bilang. Perasaan orang itu bisa berubah-ubah, Gyul. Jangan ngejar sesuatu yang gak pasti.”

“Masa aku harus nunggu sampai dia beneran kelihatan suka sama aku dulu baru aku bilang kalau aku ada rasa sama dia?”

“Ya gak gituuu..”

“Terus gimana? Aku cuma mau bilang kalau aku suka sama dia.”

“Harusnya dari dulu, kan kamu bilangnya? Kalau sekarang, jelas timingnya gak pas. Kamu mau nikah, dia juga lagi suka sama orang lain. Kalau pun kamu bilang kalau kamu suka sama dia, ya apa dia juga bakalan langsung balikin hatinya dan bilang kalau dia juga suka sama kamu? Dia pasti bakalan lebih milih untuk lanjut suka sama orang yang selama akhir-akhir ini deket sama dia, selalu ada kalau dia butuh. Yang dekat bisa ngalahin mereka yang udah lama tapi jaraknya jauh.”

“Gini, besok kamu pulang. Abang tunggu. Kita bahas semuanya sama-sama, kita atur semuanya. Apa yang kamu lakuin bisa berpengaruh sama nama keluarga kita, Gyul. Abang beneran minta tolong banget pengertian dari kamu, ya?”

 Abang beneran minta tolong banget pengertian dari kamu, ya?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sat, September 18, 2021

NOTE:

Serius deh, ini mau nentuin endingnya tuh kaya susah gimana gitu 😭 aku tuh gak tau kenapa suka banget bikin ending yang sedih buat salah satu pihak. Dan di cerita ini pasti selalu munculnya si Hangyul yang bakalan jadi sadboynya 😭 dan aku gak mau bikin dia jadi sadboy, udah dari awal cerita dianya kasihan masa endingnya juga harus mengsedih jugaa?? 😭😭

Young Dad ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang