2

43 9 2
                                    


bima is back :D

Bima menfokuskan pandangnya ke ponselnya dan mengerakkan jarinya dengan begitu lincah, saat ini Bima sedang nongkrong di café yang biasa dirinya dan teman temannya berkumpul untuk bermain game. Bima meletakkan ponselnya di meja dan menyesap minuman dinginnya yang es didalamnya sudah mencair.

"Bim! Nanti mau ngelanjutin kuliah dimana? Jadi masuk kedokteran?" Bima menoleh menatap Restu yang bertanya padanya.

" Nggak tau juga Tu, rada males gitu" mendengarkan jawab Bima malah membuat Dika bingung atas jawaban sahabatnya

"Lah? Bukannya emang kamu emang mau masuk kedokteran ya Bim?" Bima hanya mengendikan bahunya dan Dika memilih tidak bertanya lanjut.

"Terus Bim,kita jadi ikutan festival gamers kan?" Omar bertanya pada Bima

Bima menganggukan kepalanya dan meletakan minumannya" jadilah! Aku udah daftarin kalian jadi satu team ! jangan ada yang mundur" Restu mengangkat alisnya tinggi

"Masih aja nyari orang yang jadi juara satu Bim? Percuma kali ! dia kagak mau muncul" Jadi Bima sering mengikuti Event game atau E-sport dirinya tergolong "Jago" namun saat dirinya mengikuti E-sport yang tingkat umum atau nasional dirinya pasti kalah dan orang itu membuat Bima penasaran karena belum ada yang melihatnya.

"Masihlah! Penasaran aja sih" Restu memutar matanya bosan dan memilih bermain game di ponselnya

Auris melempar tasnya ke sofa dekat ranjangnya menjatuhkan badan ke kasurnya melelahkan sekali rasanya karena lari begitu kencang menghindari Bima seperti tadi, Auris yakin Bima pasti kebingungan melihat tingkahnya.

Auris memang tak begitu menyukai dirinya disentuh sembarang tanpa seijin alam bawah sadarnya karena ia punya trauma tersendiri, Pintu Auris terketuk dan menampilkan laki laki dengan menggunakan kacamata bulat serta muka yg datar

"Mandi sana terus turun makan" Auris bangkit dan menghadap kakaknya yang datar itu

"Iya kak nanti Auris turun" jawab Auris, Nevan adalah kakak satu satunya yang Auris punya, sifat Nevan memang begitu dingin,pendiam dan datar sebenarnya Auris cukup dekat dan tidak mempunyai masalah dengan kakaknya itu tapi kesan tidak ingin diganggu membuat Auris malas berbicara dengan kakanya itu.

"Habis makan kita belanja bahan makanan"perkataan Nevan membuat Auris mengerutkan dahinya dalam.

"Lah? Tumben? Bukannya biasa mbok Ijah ?" Neva menatap adiknya lama dan mendekati adiknya itu

"Mbok Ijah sakit dan kita harus belanja buat sarapan besok, okay?"

Auris menganggukan kepalanya dan Nevan mengacak rambut adiknya lalu keluar dari kamarnya.

Auris tidak langsung menjalankan perintah kakaknya, dirinya kembali menjatuhkan diri di Kasur dan menatap atap kamarnya, Kini ia hanya berdua dengan Nevan karena orang tuanya harus berpisah, Auris sudah sering menyatukan mereka namun mereka milih untuk berpisah dan kini ia hanya tinggal berdua dengan kakaknya. Nevan sendiri kini sedang kuliah semester 6 dan rumah yang kini mereka tempati adalah rumah Nevan yang dibelinya menggunakan uangnya sendiri, Nevan mengaku dirinya mendapatkan uangnya atas usahanya sendiri bukannya dari orang tua mereka. Auris enggan bertanya lagi pada Nevan karena takut kakaknya itu marah. Auris bangun dan bersiap untuk mandi karena pasti Nevan sudah menunggunya.

Auris mendorong troli dan mengikuti Nevan kemana Nevan melangkah saat ini mereka sedang di supermarket terdekat dalam hal ini Auris lebih suka kakaknya yang mengerjakan karena Auris tidak terlalu ahli dalam memilih barang namun jika dirinya memasak dirinya mungkin bisa.

" Kamu mau selai rasa apa?" Nevan bertanya pada Auris saat sudah di depan rak selai dan roti

"Coklat dan Butter, please" Nevan menganggukan kepalanya dan memasukan satu toples besar selai coklat dan dua kotak besar butter dan Nevan juga mengambil roti gandum kesukaan Auris melihat hal itu Auris mendatangi kakaknya dan mengecup pipinya

"love you brother" walaupun Nevan begitu dingin namun tau kakaknya saying dan hangat padanya

"Anything sister" Nevan mencium pucuk kepala Auris dan berlalu untuk mencari bahan makanan lain setelahnya Auris mengikuti.Mereka tak sadar bahwa ada seseorang yang melihat kejadian tersebut.

Bima mendengus sebal saat Nita membuka pintu kamarnya tanpa permisi, Gadis dengan rambut pendek sebahu itu ceria melihat Bima dikamarnya.

"Abang! Dipanggil kok nggak nyaut sih?" Nita adalah adik Bima yang paling manja dan seenaknya, itu yang membuat Bima sebal

"Kenapa emangnya ?" Nita langsung menghampiri Bima di kasurnya

"Anterin ke supermarket yuk! Ma u beli jajan buat temen Nita besok Bang" Bima mengerutkan Dahinya, Tumben sekali ia meminta anter dirinya

"Biasa sama Mbak Kiki? Mbak Kiki mana?" Mbak Kiki adalah kakaknya yang pertama, jadi Bima empat bersaudara Mbak Kiki adalah kakaknya yang pertama, lalu ada Yudistira kembaran Bima lalu Bima dan terakhir Nita

"Mbak Kiki belum pulang Bang" Bima melirik jam dan waktu menunjukan jam 8 sepertinya kakaknya lembur

"Yakin mau abang anterin? Ntar kesel" Bima pernah sekalii mengantarkan Nita ke mall untuk mencari barang barang untuk sekolah Nita yang berakhir menyebalkan Bima terus menerus di goda perempuan dan adiknya terus menerus dikata katai disangka Nita adalah kekasihnya karena itu Nita tidak mau diantar Bima atau pun Yudistira

"Kan terpaksa bang ! yuk cepetan nanti keburu malam"

Bima Mendorong troli yang isi penuh jajanan oleh Nita lalu Bima melihat Nita begitu melihat rak kripik kentang

"Kenapa?" Bima mendatangi adiknya yang serius melihat kripik kentang tersebut

"Bingung Bang, Kata Riska yang BBQ enak tapi kata Lily enakan yang balado, Menurut Abang yang enak yang mana?" Nita menoleh ke Bima meminta pendapat, Bima malah mengambil semua rasa kripik kentang yang tersedia

Hal itu membuat Nita mendelik protes "Bang ! Nita Cuma bawa uang pas pasan !"

Bima tertawa" Iya terserah kamu, itu bayaran kamu buat Abang karena minta anter" Biman mendorong troli meninggalkan Nita yang sedang mencak mencak dan menghitung uangnya.

Dari kejauhan Bima melihat seseorang yang dirinya kenal itu,itu Adik kelasnya dia yang kabur saat Bima tidak sengaja menabraknya, adik kelasnya yang seperti tidak mau di sentuh kini sedang mencium pipi seorang laki laki yang dirinya tidak tau, itu membuat Bima heran apakah dirinya mempunyai salah pada gadis tersebut sehingga ia harus kabur darinya sedangkan begitu nyaman dengan laki laki itu, mungkin besok Bima bisa menanyakanya dan meminta maaf secara langsung lagi.





Hai semua ! terimakasih yang sudah membaca ceritaku ini, mohon maaf jika dalam ceritaku masih ada kesalahan dan masih amatirannn

Jangan lupa vote dan komen 

dan tambahin cerita ini ke perpustakaan pribadi kalian biar langsung muncul pemberitahuannyaa 

The SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang