7

22 5 5
                                    

Yudistira mengetuk beberapa kali pintu berwarna putih gading itu dan menunggu jawaban namun tidak ada sahutan Yudis pun membukanya sendiri.

"Bang?" Panggil Yudis saat tidak melihat Bima dimanapun, lalu Bima muncul dari kamar mandi.

"Kenapa Yud?" Hanya Bima yang memanggil Yudistira nama sedangkan yang lain memanggilnya 'Mas' saat di tanya kenapa Bima memanggil Yudistira nama karena Bima dan Yudistira itu kembar, Yudistira juga boleh memanggil dirinya dengan nama saja.

"Bunda tadi nyuruh aku buat nanyain Abang kenapa kayanya seneng banget." Bima hanya tersenyum. Yudistira tau bahwa artinya Bima tidak mau memberitahunya.

"Yaudah..kalo Abang nggak mau ngasih tau." Lalu Yudistira bangun yang sedari tadi dirinya duduk di kasur Bima. Bima melihat Yudistira bangun juga turun dan berkata.

"Kasih tau bunda kalo aku belum bisa ngomong sekarang, yang jelas itu hal baik buat kamu Yud," Yudistira menganggukan kepalanya dan keluar dari kamar Bima.

Bima mengambil hapenya dan membuka beberapa pesan daru teman temannya dan perempuan yang mendapatkan nomornya lalu Bima tersadar dirinya tak memiliki nomor Auris.

"Gimana ngabari ya kalo nomor aku aja nggak punya." Bima pun membuka media sosialnya dan mengirim pesan pada Auris.

Bimaaa_ganjaya
Ris? Saya mau minta nomor  kamu

Tak lama kemudian Auris membalas

A_Anggraeni
Buat apa kak?

Bimaaa_ganjaya
Buat ngabarin pas saya mau jemput kamu

Kalo nggak nanti ngabarinya gmn?

Seen

Bima menunggu selama beberapa menit dan belum ada balasan juga lalu Bima memilih untuk belajar.

Auris dilanda dilema karena tiba tiba Bima meminta nomor hapenya sebenarnya itu hal yang wajar karena Auris menerima ajakan Bima , namun dirinya belum siap jika Bima meminta nomornya.

Alhasil dirinya hanya membaca pesan dari Bima dan belum membalasnya. Tiba tiba pintu kamar Auris di ketuk dan Nevan muncul.

"Dek? Kakak mau bilang kalo beberapa hari kedepan mungkin Sha bakal bolak balik dirumah nggak apa apa kan?" Sha? Teman Nevan yang cantik itu?

Auris menganggukan kepalanya. " Kak aku juga besok malem mau ijin pergi." Pandangan Nevan langsung menajam.

" kemana?" Dingin. Suara Nevan begitu dingin, Auris paham betul dengan trauma yang dirinya miliki membuat Nevan membatas jam perginya.

"Ke pesta temen kak," jawab Auris tenang dan mengabaikan wajah kakaknya yang semakin dingin.

"Bukannya kamu nggak pernah mau  datang ? Kenapa sekarang mau ? " Auris mencoba tenang agar kakaknya percaya padanya.

"Iya, aku diajak jadi aku harus ikut. Kak Nevan tenang aja nggak malem banget kok" Nevan memincingkan matanya.

"Jam 9 kamu harus udah pulang nanti" lalu Nevan keluar dari kamar Auris.Auris menghela nafas lega dan mengetik pesan yg berisi nomor hapenya dan mengirimkannya pada Bima.

Paginya Auris di kejutkan 3 panggilan tak terjawab dari nomor yang ia tidak kenal namun Auris ingat bahwa ia telah memberikan nomornya pada Bima kemungkinan Bima yang neleponnya.

"Ngapain pagi pagi telpon?" Gumam Auris. Auris keluar dari kamarnya dan melihat Nevan sedang memakan sarapanya.

"Pagi kak" Nevan hanya menganggukan kepalanya. Auris bersiap berangkat karena jam sudah menunjukan jam set 7.

"Dek kamu sekarang sama supir dulu ya" perkataan Nevan membuat Auris heran.

"Kenapa? Biasanya kakak yg nganterin aku" Nevan menatap adiknya datar.

"Kakak ada urusan kamu sama supir dulu ya" Auris diam jujur ia takut, karena kejadian kejadian itu membuatnya takut jika terulang lagi.

"Kamu tenang aja, kakak sudah pasang sensor yang ngasih tau kamu dalam bahaya atau nggak. Dan itu terhubung dengan hape kakak jadi tenang ya" kata Nevan seolah tau yang Auris cemaskan.

Auris hanya diam dan melangkah keluar,ia melihat pria paruh baya yang mimik wajahnya sangatlah teduh ciri khas bapak bapak yang sangat penyanyang anaknya.

"Selamat pagi Non, saya danang biasa di panggil pak Nang" Danang tersenyum ramah dan Auris pikir dirinya bisa percaya pada Danang

"Aurista aja Pak" lalu Danang tersenyum dan membukakan pintu untuk Auris

Sesampainya di sekolah Auris berkata pada Danang untuk menunggu kabar darinya saja karena Auris bisa saja pergi bersama temannya.

Auris sibuk menikmati lagunya dan membaca wattpad sampai ia tidak menyadari Bima duduk di depannya. Bima pun hanya diam memperhatikan Auris yang sangat fokus,jika diliat dari dekat Auris memanglah cantik namun raut juteknya sangat terlihat.

"Ya ampun!" Saat mata Auris bertemu dengan Bima,Bima tersenyum manis

"Fokus banget bacanya" ucap Bima

"Kak Bima ! Sejak kapan duduk?" Auris rasa dirinya sendirian kapan Bima duduk didepannya.

"Nggak lama kok Ris dan juga kenapa kamu nggak angkat telfon aku?" Auris mengangkat alisnya heran mengapa Bima menggunakan kata aku- kamu kepadanya.

"Maaf Kak" hanya itu balas Auris yang membuat Bima gemas sendiri

"Aku mau tanya alamat rumah kamu Auris,aku kan nggak tau rumah kamu"

Bener juga ya batin Auris

"Kakak nanti ada tambahan?" Tanya Auris

Bima menggelengkan kepalanya

"Yaudah nanti kakak anterin saya aja sekalian saya kasih tau rute rumah saya..." ucap Auris yang semakin lirih saat melihat wajah terkejut Bima.

Bima sendiri cukup kaget karena Auris meminta antar dirinya dan wajah yang memerah membuat Bima semakin gemas pada Auris.

Karena Bima tak kunjung menjawab Auris berkata lagi

"Kalo nggak mau yau--" belum Auris selesai berbicara, Bima langsung menjawab

"Mau kok !" Ucap Bima dengan agak keras

"Cih ! Biasa aja dong"jawab Auris mendengara suara Bima lalu Bima hanya tersenyum

Bima bangkit untuk kembali ke kelasnya karena untuk menghindari teman Auris lagi karena ia tau pasti Auris tidak menyukai itu.

Bima melihat Auris sibuk dengan bacannya lagi mengulurkan tangannya dan mengelus rambut Auris.

"Nanti dandan yang cantik yah" Auris menegang dan mendongak menatap Bima yang tersenyum.

Bima mengelus rambut Auris sekali lagi lalu keluar dari kelas Auris meninggalkan Auris yang tanpa sadar memegang rambutnya dan merasa pipinya yang panas.

Apaaan sihhhhhh batin Auris


The SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang