Bagian Enam

83 31 66
                                    

" ngapain?" Tangan Vinna dengan segera menyembunyikan kertas yang diambilnya itu dibelakang punggung.

" eh kak Devan. Tadi aku nyari kakak, kata tante Siska suruh makan bareng. Tadi aku mau ke ruang tamu, tapi aku liat pintu kamar kakak kebuka. Jadi aku kira kakak ada di kamar, eh ternyata gak ada hehe" jelas Vinna panjang lebar yang hanya dibalas tatapan tajam oleh Devan.

" maksud gue bukan itu!"

" Terus?"

" Udah. Gak usah disembunyiin! Gue tau!"

" Enghh iya kak maaf, aku tadi bener bener pengen tau gimana hasil lukisan tangan kakak" Vinna menunduk, dia merasa bersalah karena lagi lagi dia sudah berlaku lancang.

Vinna menyodorkan kertas lukisan itu kepada Devan dengan kepala yang masih menunduk. Dia enggan mendongakkan kepalanya hanya untuk sekedar memastikan tatapan pria itu, apakah menyeramkan atau mungkin lebih menyeramkan. Vinna memejamkan mata dengan tangan bergetar dan bibir yang digigit sekeras mungkin.

Kertas itu masih di udara, Devan tidak mengambilnya. " Gue bakal ambil kalo lo mau tatap mata gue!"

" Gak!" Vinna menggeleng dengan cepat.

" Kenapa?"

" Aku takut"

" Takut? Gue gak gigit kok"

Perlahan Vinna mendongakkan kepalanya dan menatap Devan yang tersenyum padanya. Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan wahai umat manusia! Batin Vinna.

Vinna benar benar sudah terhipnotis sepertinya. Dia menatap Devan tanpa kedip. " Oke bagus!"

Devan segera mengambil alih kertas itu. Akhirnya Vinna bisa bernafas lega. " Lo mau tau gambarnya kayak gimana?"

Vinna mengangguk. " Ini tuh gambar cewek yang gue suka"

" Sejak dulu" Tambahnya.

Vinna mengangguk paham. Katanya mau dikasih liat! Tapi ditutup mulu!

" Lo beneran mau liat?" Tanya Devan memastikan.

Vinna kembali mengangguk. " Bener?"

Vinna mengangguk lagi. " Yang bener?"

Vinna kini memutar bola matanya malas. Pria dihadapannya ini memang menyebalkan. " Yaudah nih"

Vinna mengembangkan senyumnya lalu mengambil kertas yang terbalik itu. " Buka aja" ucap Devan seraya melangkahkan kakinya keluar.

Perlahan tapi pasti, Vinna membalikan kertas itu. Senyum Vinna memudar seketika. Sekejam inikah dunia?

***

Vanni terus saja mondar mandir di teras rumah. Sekarang pukul 19.03, dan Vinna belum menunjukan dirinya di depan Vanni. " Kamu kemana sih Vin!"

Vanni menggigit jarinya, khawatir. Dia terus menatap layar handphone nya, berharap ada balasan line dari Vinna sekedar mengabarkan bahwa dirinya baik baik saja. Rio dan Kirana sudah pergi sekitar 4 jam yang lalu. Mereka harus mengurus bisnis di Bandung.

Vanni berlari ke dalam rumah. Tak terasa, buliran air telah jatuh dari matanya tanpa izin. Dia menghapus air itu dan digantikan oleh air berikutnya yang turun, terus saja begitu. Vinna tidak pernah senakal ini, itu yang membuat Vanni khawatir. Pasalnya, Vinna terlalu polos dan lemah.

Vanni segera mengambil jaket dan mengganti hot pants nya dengan celana panjang. Dia keluar sambil memakaikan jaket itu di tubuhnya. Aku harus cari Vinna!

Vanni menuruni tangga tergesa gesa, hingga akhirnya dia tiba di depan pintu dan bergegas keluar. Vanni mengunci pintu dengan tangan bergetar. " Vanni?"

The Different TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang