Bagian Sebelas

107 27 55
                                    

" Gue tau ini terlalu cepat. Tapi, perasaan gue gak akan pernah berubah. Kembar yang gue ceritain itu lo. Gadis itu lo"

Jantung Vanni berdetak lebih cepat, dia memejamkan matanya. Devan pernah mengatakan soal gadis kembar yang salah satunya dicintai Devan kepada Vanni.

" Will you be mine?" Devan menatap gadis itu penuh harap.

Vinna memalingkan wajahnya dari Devan. Dia menatap Vanni yang sedari tadi menunduk dan memejamkan mata.

Pria itu melepaskan genggamannya. Dia menangkup wajah Vinna, dia kembali membalikan tatapan Vinna untuknya. Hanya untuknya.

" Jangan tatap yang lain selain gue!" Sontak Vanni langsung mendongakkan kepalanya.

Hati Vanni hancur, sangat hancur. Kenapa semua orang jahat padaku? Termasuk kak Devan?

Vinna menatap Vanni yang sedang menatapnya. " Ta- tapi"

Devan kembali menangkup wajah Vinna. Dia mengarahkan wajahnya itu kehadapan muka Devan. " Yes, yes I will" Devan tersenyum simpul. Dia menggenggam tangan Vinna erat.

Kenapa Vinna terima gitu aja? Apa dia sengaja biar gue sakit hati?!

Vanni mengepalkan tangannya. Vinna anjing! Vanni melepaskan genggaman Vinna dan Devan. Dia tersenyum kecut. Lalu dia meraih tangan Vinna dan menggenggamnya. " Selamat yaa Vin"

Tak ada senyum dari Vinna, senyum Vanni terlalu mengerikan baginya. " Va- Vanii"

" Kenapa? Salah ya kasih ucapan selamat buat yang baru jadian?"

" Udah kan ngomongnya, Van?" Ucap Devan.

" Yuk pergi, Vin" Devan menarik lengan Vinna. Dia pergi meninggalkan Vanni yang terluka. Luka dalam hati.

" Lo emang harus gue kasih pelajaran!"

Setelahnya, Vanni menghabiskan waktu di taman belakang selama jam istirahat berlangsung. Dia menangis sendiri.

***

Pikiran Vinna sedari tadi di penuhi dengan keingin tahuannya terhadap keadaan Vanni sekarang. Apa aku salah ya udah nerima kak Devan? Pasti sekarang Vanni benci banget sama aku.

Sedari tadi, Vanni tidak fokus. Untungnya, otak Vanni mudah encer. Sekarang semua murid sedang sibuk melawan rasa kantuk. Pasalnya, ini pelajaran terakhir menuju kemenangan. Entah kenapa murid itu pergi ke sekolah hanya untuk pulang.

Semua murid di kelas Vanni telah menguap berkali kali. Pelajaran bahasa Indonesia sangat membosankan. Apalagi sekarang bertema tentang review novel, rasanya seperti di nina bobokan. " Van, sekarang jadi gak ke rumah aku? Kan kemarin gak jadi"

" Emmm aku izin ke kak Devan dulu ya" Bisiknya pelan, takut terdengar oleh guru yang sedang menjelaskan.

" Enak banget sekarang udah punya pembuat izin" Sofia terkekeh sambil menutup mulutnya.

" Aku gak nyangka banget Sof! Ternyata aku itu cewek inceran kak Devan, dari dulu"

" Andai, aku juga bisa kayak kamu. Aku kangen banget sama Reyhan" Keluhnya.

Sofia mendongak saat tangan mungil milik Vinna mengusap lembut punggungnya. " Yang sabar ya Sof"

" Baik anak-anak. Berhubung bel sudah berbunyi, maka pelajaran saya sudah selesai. Sampai jumpa di hari berikutnya, permisi" Guru itu keluar dan mendapat sorakan dari semua murid.

Di luar terdengar sangat bergemuruh, mungkin mereka terlalu menantikan kepulangan ini. Vinna memasukkan semua peralatan sekolahnya kedalam tas, Sofia sudah menunggunya di luar.

" Bul!" Gadis itu terlonjak kaget saat tiba tiba saja Rizal sudah ada di sampingnya.

" Lo ngagetin aja bangsat!"

" Biasa aja kali Bul"

Vinna memutar bola matanya malas. Dia kembali melanjutkan aktifitasnya yang tertunda tanpa menghiraukan Rizal. " Bul, lo beneran jadian sama Devan?"

" Iya. Kenapa?"

Lo bilang kenapa? Gue cemburu bul, gue cemburu!

" Gakpapa"

" Gak jelas lo!" Gadis itu mulai menggendong tas kecil miliknya dan berjalan keluar.

" Lo mau kemana Bul?"

Vinna menatap Rizal malas. " Mau pulang lah, yakali gue nginep!"

" Pulang ke rumah Sofia, ya?"

" Iya! Udah ah banyak nanya lo udah kayak wartawan!"

Terlihat, Sofia kini tersenyum mengejek kepada Rizal. Setelahnya, kedua gadis itu meninggalkan Rizal sendiri. Pria ini mengambil ponselnya dan berlaku seolah olah sedang menelpon. " Sop?"

Sofia menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. " Iy-"

Belum selesai berbicara, Rizal sudah terdahulu melanjutkan ucapannya. " Sop buntut aja deh mih"

Sofia menatap kesal pria itu. " Dasar bangke!"

" Apa lo?"

" Gue manusia lah!" Vinna menarik paksa tangan Sofia, dan menyeretnya hingga sampai di parkiran.

Keadaan parkiran sangat ramai. Vinna mengedarkan pandangannya menyapu setiap sudut yang ada di sana. Pandangannya terhenti pada satu pria. Devan.

" Itu kak Devan. Aku kesana dulu ya Sof!"

Vinna melangkahkan kakinya ketika sudah mendapat anggukan dari Sofia. Pria itu terlihat sedang asyik mengobrol dengan temannya. Jaraknya tidak jauh dengan Vinna, jadi dengan cepat Vinna langsung menemukannya.

" Ekhemmm....Ada yang baru jadian nih" Abey melirik Vinna yang terlihat malu.

" Selamat ya Vin, sekarang lo udah jadi pemilik hati si curut ini!" Dengan lantangnya Raka berucap seperti itu kepada Vinna.

" Diem lo pada!" Ketus Devan.

Devan lalu beralih menatap kekasihnya. " Mau pulang?"

" Iya kak, tapi aku mau kerumah Sofia dulu. Gakpapakan?" Kini Vinna sudah di cap menjadi kekasih Devan, jadi dia harus meminta izin terlebih dahulu agar tidak ada kesalah pahaman.

" Gakpapa kok. Perlu gue anter?"

" Gak usah kak, aku bareng sama Sofia aja. Kakak langsung pulang ya, terus makan. Jangan kemana mana dulu"

" Iya sayang" Devan mengelus puncak kepala Vinna dengan lembut.

Gadis itu kini merasa panas di pipinya. Belum apa apa aja udah blushing ni pipi!

" Yaudah kak, aku duluan ya!"

" Iya hati hati. Nanti pulangnya gue jemput"

" Hello! Disini masih ada orang woy!" Ucap Abey dan Raka kompak.

Sepasang kekasih itu hanya terkekeh geli mendengarnya. " Kak Devan, jadi pulang bareng gak?"

Seorang gadis muncul dan mengagetkan semua. Vinna menatap gadis itu. Pulang bareng? Apa maksudnya?.....








Hai gengs! Salam hangat untuk angkatan corona!

Semoga kalian selalu di berikan kesehatan oleh Tuhan, aminn.

Jangan lupa tinggalkan jejak supaya aku tau kamu udah mampir ke work aku!♡

The Different TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang