Taehyung POV
Ini tidak serumit itu, aku mengakhiri masalah bukan memulainya. Tidak perlu ceramah atau nasihat yang terlalu mendikte hidupku. Bahkan sejak kecil umpatan yang selalu kudengar dari kedua orang tuaku yang bertengkar.
Orang sekitarku terlalu menekan dan aku tidak ingin hidup dengan terlalu mencolok. Menjadi bodoh, nakal, dan aneh adalah caraku menjauhkan diri dari mereka. Aku sendiri yang menciptakan pandangan-pandangan buruk itu dan aku paham resikonya.
Sampai suatu hari langkah kakiku berhenti di depan gereja tepat pukul 17.14. Hari itu aku mendapat peringkat terbawah di kelas.
Seorang wanita dengan senyum keibuan menyapaku. Terdengar berlebihan tapi aku tersenyum menemukan seseorang yang mengerti keadaanku tanpa perlu banyak menjelaskan.
Aku bercerita tentang hidupku untuk pertama kalinya pada seseorang, dia orang hebat yang hidup dengan berbagai pandangan. Orang hebat pertama dalam hidupku.
"Noona edrie."
Sore ini aku menyapanya lagi setelah menyelesaikan masalah dengan bocah semalam. Sekali lagi aku menyelesaikan masalah.
---
"Kau sudah mempertimbangkannya taehyung-ah?"
"Maaf noona . . "
"Hei, sudah beberapa kali kubilang kau lebih pantas memanggilku bibi."
Dia tertawa, salah satu keping kebahagiaanku adalah suara tawa itu.
"Sampai kapanpun kau tetap noona bagiku."
"Sudahlah lupakan, jadi bagaimana?"
"Orang sepertiku . . tidak butuh pedoman atau prinsip hidup."
"Agama tidak hanya seputar mengatur hidup taehyung, bahkan segala masalah hidupmu ada jawabannya disana."
"Maaf sekali lagi noona, tawaranmu yang mengajakku masuk agamamu kutolak lagi." aku tersenyum kecil agar mencairkan suasana.
"Baiklah, tapi ingatlah tidak ada kata terlambat untuk berubah."
Aku sekali lagi hanya tersenyum menjawabnya. Kepalaku menunduk sambil memainkan jari karena merasa tidak enak.
"Hai taehyung."
Suara dengan nada ceria memasuki pendengaranku, ini tidak asing.
"Ah kau yang kemarin bukan? Jadi kau temannya taehyung?" noona terlihat kenal dengan laki-laki yang tiba-tiba mengganggu kami ini.
"Aku kekasihnya."
Sontak mataku menatap nyalang mata orang didepanku ini. Aku hampir membentaknya saat tiba-tiba suara noona menghentikanku.
"Sepertinya kalian butuh waktu berdua, tetap jaga jarak ingat." noona tersenyum padaku lalu perlahan melangkah pergi.
Dengan cepat aku berdiri dan mencengkram lengan laki-laki didepanku ini. Aku menyeretnya tapi dia tidak mau dan malah memberontak.
"Taehyung-ssi, tatap aku!"
"Kau benar-benar melewati batas"
"Jeon Jungkook, ingat baik-baik nama itu" dia menarik lengannya kembali dari cengkramanku.
"Jalang sialan, kau tidak tau malu?"
"Aku tau semuanya taehyung-ssi dan lagi, kita ini sama jangan membahas rasa malu atau apapun itu." perlahan dia maju dan memegang pundakku.
"Taehyung-ssi dengar, ini akan berjalan dengan mudah jika kau menuruti caraku dan meninggalkan wanita tua itu."
Plak . .
Nafasku naik turun menahan amarah. Orang ini sungguh benar-benar melempar dirinya sendiri untuk kuhabisi.
"Jangan campuri urusanku sialan!" aku maju mendekati dirinya, menatap wajahnya yang memerah karena tamparanku. Orang-orang diluar gereja mulai heboh dan menatapku semua.
Benar-benar sialan, aku benci diperhatikan.
Tanpa pikir panjang tanganku bergerak mencekik lehernya. Aku tidak begitu memusingkan teriakan orang-orang diluar gereja yang menyuruhku sadar.
"ta-taehyung a-aku sama se-pertimu." tangannya mencoba sekuat tenaga meraih pipiku. Aku tidak peduli dan semakin menguatkan cengkramanku pada lehernya.
"A-aku mencintaimu."
Wajahnya mendekat dan orang ini menempelkan bibirnya pada bibirku. Cengkramanku meregang. Mataku membola.
Dia menatap mataku dan mengelus rambutku. Cengkramanku sudah benar-benar lepas.
"Sudah kubilang ingat namaku, hanya aku yang mengerti dirimu. Hanya aku."
Pikiranku serasa kosong saat dia menarikku memasuki mobilnya. Jika noona adalah orang pertama yang mau mendengar kisah hidupku maka jungkook adalah orang pertama yang mau mencintaiku.
#Day 6
Hari ini aku meraih pijakanmu maka berhentilah berkata nanti padaku.
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
NOSENSE
FanfictionKetika obsesiku tidak pernah bisa membawaku meraih pijakanmu.