step 4

32 1 0
                                    


Mata jungkook menyipit memandang tempat asing didepannya. Tidak ada interupsi dari jungkook untuk berhenti namun taehyung dengan santai menyuruhnya turun dari motor.

Tepat ditempat terakhir jungkook melihat taehyung. Mereka berhenti tepat didepan gereja.

"Apa kau ada urusan disini?" tanya jungkook ragu seraya turun dari motor.

"Selalu begitu. Aku hanya bisa mengantarmu sampai sini."

"Tidak masalah, aku akan menunggumu selesai beribadah," ucap jungkook meyakinkan tidak lupa dengan senyum ramahnya.

"Kau salah menunggu orang sepertiku, pulanglah."

Jungkook menunduk dan tersenyum miris, orang didepannya ini sedang berusaha menyuruhnya pergi. Sekali lagi pergi.

"Sepenting itu urusanmu taehyung-ssi?"

"Kau tidak akan mengerti."

"Bagian mana yang tidak akan kumengerti?" jungkook mulai menaikkan nada bicaranya. Raut wajahnya pun berubah dingin dan menuntut.

Taehyung terdiam menatap wajah jungkook cukup lama. Kakinya perlahan mendekat kearah jungkook. Wajahnya kini sangat dekat, hidungnya hampir bersentuan.

"Pergi dari sini, akan kuturuti satu permintaanmu di pertemuan kita selanjutnya."

Jungkook membisu menatap mata elang itu dengan jarak sedekat ini. Kesadarannya kembali sesaat ketika taehyung yang kembali melangkah ke motornya.

"Kau menang kali ini."

Gumam jungkook pelan seraya melangkah menjauh dari tempat suci tersebut.

---

Jungkook menyenderkan kepalanya kekaca mobil, menatap jalan-jalan diluar sana yang sedang dia lalui. Tidak lupa telinganya yang mulai memerah lelah mendengar yeri disampingnya yang sedari tadi tidak berhenti mengoceh.

"Aku sangat kuatir jeon, kau bisa saja disakiti oleh bajingan itu!"

"Kenapa kau meminta hal yang aneh? Taehyung itu bisa saja menurunmu ditempat-tempat yang aneh tadi."

"Dan kenapa wajahmu itu seperti orang stres? Apa taehyung mengatakan hal aneh?"

Jungkook masih saja bungkam, matanya masih menatap kearah luar. Membiarkan yeri yang menyetir dengan amarah meledak-ledak disampingnya.

Iya, setelah pengusiran secara halus tadi jungkook langsung menghubungi yeri untuk menjemputnya menggunakan kendaraan miliknya yang masih terpakir di kampus.

"Bisakah kau diam?"

"Tidak!"

"Yeri aku lelah."

Mobil berhenti mendadak setelah yeri terdiam beberapa saat. Mata yeri menatap nanar jungkook yang terpejam disampingnya.

"Jeon ... kau menyukainya?"

"Hm."

Brakk ...

Yeri memukul setir mobil dengan keras mendengar jawaban jungkook membuat sang pemilik membuka matanya malas.

"Jauhi dia."

Nada bicaranya berubah dingin bahkan dia bicara tanpa menatap jungkook.

"Tidak."

"Dia tidak pantas kau sukai jeon, berpikirlah ulang."

"Hm."

"Jeon .. taehyung tidak sesempurna itu, dia akan menyakitimu," yeri meremat setir mobil seraya menunduk. Seluruh tubuhnya terlihat gemetar. Jungkook mulai menaruh fokus pada reaksi tubuh yeri yang aneh.

"Yeri .. Kau baik?"

"Jauhi jeon .. Jauhi taehyung kumohon."

"Kau tau dari awal aku tidak normal, apa kau menyukaiku?" tanya jungkook dengan hati-hati.

"Kalau menurut argumenmu begitu baiklah anggap saja benar ... aku menyukaimu maka jauhi taehyung."

Yeri menatap jungkook dengan air mata yang sudah dia tahan. Jungkook paham, sepenuhnya paham jika sahabatnya tidak pernah menyukainya.

"Jalankan kembali mobilnya."

Mata jungkook kembali memandang keluar dan beberpa saat kemudian terpejam.

---

Angin dingin malam menerpa wajah seputih susu milik jungkook. Berdiri di balkon dengan melamunkan banyak hal menjadi rutinitasnya setiap malam. Biasanya dia hanya akan melamunkan ibunya. Selalu berangan-angan ibunya kembali disisinya memeluknya erat.

"Ibu .. maafkan aku kali ini memikirkan orang lain."

"Ibu ... aku ingin bahagia ... aku kesepian."

"Taehyung ..."

Ucap jungkook lirih menatap keatas langit, setidaknya malam ini bintang-bintang cukup banyak.

Ponselnya begetar membuat jungkook mengalihkan atensinya.

Yeri
Datanglah lagi ke gereja itu besok.
Tepat pukul 17.14.



#Day 4

Sesuatu salah dalam hidupmu, kita sama.


Tbc.

NOSENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang