step 7

23 1 0
                                    

Jungkook POV

Kakiku menendang kecil kerikil di pinggir sungai. Aku hanya mampu menghela nafas sambil menatap laki-laki disampingku yang sedari tadi terdiam, mataku beralih menatap pemandangan sungai han didepanku.

"Apa dia begitu stres karena ciumanku," ucapku pelan sambil mengrucutkan bibir.

"Kenapa . . maksudku apa tujuanmu melakukan tadi?" aku memutar malas bola mataku. Benar-benar luar biasa bermutu pertanyaan yang keluar dari mulutnya setelah kutunggu setengah jam.

"Yang tadi bagian mana? Saat kucium atau saat aku diam saja saat kau cekik?" tanyaku dengan nada sarkas.

"Noona akan menjauhiku kalau kau mengaku-ngaku kekasihku." aku mendelik menatap geli wajah tampannya itu.

"Tuan kim, wanita yang kau inginkan itu bahkan tidak menikah, aku kasihan dengan sifat narsismu itu."

"Semua sifatku harus kau kasihani."

Aku tersenyum kecil, mendekatkan wajahku ke wajahnya. Dia tampak terkejut dan sedikit menjauh.

"Apa kau tidak pernah berciuman?"

"Kubilang nanti noona marah."

"Persetan!" aku medekat dan mencium bibirnya lagi. Sedikit melumatnya dan tentu saja si kaku ini tidak membalasnya.

Aku melepas ciumanku dan menyatukan dahiku dengannya. Melingkarkan tanganku di lehernya.

"Tujuanku satu . . . kau. Taehyung mutlak milik jungkook."

Meskipun samar tapi aku melihat bibir taehyung terukir senyum.

---

Aku setuju jika orang menyebutku licik atau terlalu ambisius. Aku setuju jika teman-temanku menjauhiku karena orientasi seksualku yang tidak wajar. Aku setuju jika mereka menilaiku terlalu haus kasih sayang. Selalu seperti itu, aku hanya perlu mengatakan setuju pada setiap kesedihan yang datang padaku, dengan begitu itu akan berlalu dengan mudah.

Aku selalu setuju jika orang mendikte hidupku, dari kecil pegangan hidupku sudah pergi. Ibuku.

"Bukankah sungai ini lebih indah saat malam?"

"Hm."

Aku memeluknya di bawah langit tengah malam yang gelap. Keadaan sekitar yang mulai sepi dan sunyi menambah kesan dingin malam ini. Kami duduk di kursi dengan diriku yang memeluknya dan menyandarkan kepalaku didadanya. Tentu saja aku yang memulai pelukannya.

"Kenapa aku baru tau yeri punya kakak setampan dirimu?"

"Sekarang kau tau."

"Taehyung . . setiap malam aku selalu berdiri di balkon kamar."

"Itu dingin."

"Aku tau. Karena itu aku ingin pelukan seperti ini terus."

"Jungkook . . maaf hati ini sudah mati untuk mengenal cinta."

"Ah seperti itu."

---

Semudah dirimu mengulas senyum maka dengan mudah pula takdir membalikkan keadaan. Bukankah itu aturan mutlak alam, atau hanya diriku yang mengalami?

Ditengah kesunyian kami malam ini sebuah lampu mobil menyorot dengan tiba-tiba. Seseorang keluar dengan wajah penuh emosi.

"Pulang sekarang."

"A-ayah . ."

"Kubilang pulang!"

Aku menoleh gugup kearah taehyung. Demi tuhan aku ingin dia lari dari sini.

"Jeon jungkook, apa kau tuli?! Untuk apa kau disini bermalam dengan seorang pembunuh?"

Dengan langkah tertatih aku menghampiri ayahku. Aku harus mengulur waktu agar si kaku ini bisa kabur.

"Ayah jangan langsung menyimpulkan, dia ini temanku."

"Teman? Pengangguran gila ini temanmu?"

"Dia tidak gila, ayah kumohon dengar dulu penjelasannya."

"Bukti mengarah pada dia semua, bukankah kau tau dia membunuh bocah belum lama ini? Kau hebat sekali menyembunyikan pelaku!"

Satu tetes air mataku jatuh, sekali lagi aku menoleh pada taehyung, dia sudah berdiri dari duduknya. Kumohon larilah. Kumohon.

"A-papun ayah . . apapun kulakukan asal jangan tangkap dia."

"Jungkook! kenapa kau ini?!"

Aku jatuh berlutut didepan ayahku. Tanganku mengepal.

"A-aku mencintainya ayah . ."

"Pulanglah dan biarkan ayah melakukan tugas."

Aku mendongak menatap ayahku dengan raut wajah memohon.

"Jika kau menangkapnya kau akan kehilanganku seperti kau kehilangan ibu."

"Jungkook! Jaga ucapanmu!"

Aku baru saja akan menjawab perkataan ayahku sebelum tiba-tiba dengan kasar seseorang menarikku untuk berdiri. Aku menoleh dan langsung menatap mata tajam taehyung.

"Pulanglah dan turuti ayahmu. Jangan melewati batas dan jangan menungguku."



#Day 7

Sekali lagi aku tidak mampu menggapai pijakanmu.

Tbc.

NOSENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang