Jungkook mengrenyitkan dahinya heran ketika mendengar penjelasan yeri di telepon."Bisa kau ulangi kata-katamu?" ucap jungkook di telepon dengan nada bingung.
"Keluarga kami atheis . . . aku maupun taehyung tidak memiliki agama."
Detik berikutnya mobil yang dikendarai jungkook mendadak berhenti di pinggir jalan. Rasanya mendengar penuturan yeri barusan membuatnya hilang fokus menyetir.
"Lalu untuk apa setiap hari taehyung di gereja?"
"Itulah mengapa aku menyuruhmu kesana jeon . . kau akan tau taehyung yang sebenarnya."
Tangan jungkook bergerak memijat hidungnya pelan. Definisi cinta memang indah tapi tidak dengan obsesi, itu mengarah pada hal yang fatal.
-----
Mobil jungkook terpakir rapi di depan gereja, matanya melirik pada jam tangannya yang menunjukkan pukul 17.20.
Dari dalam kaca mobil jungkook melihat adanya motor sport taehyung juga di parkiran gereja.
Mata jungkook semakin menyipit saat melihat taehyung duduk dengan seorang wanita tidak jauh dari gereja tersebut.
Pakaian wanita itu . . . dia seorang biarawati.
Getaran dari telepon jungkook mengalihkan fokusnya. Satu pesan masuk dari yeri.
Yeri
Wanita itu berusia hampir 40 tahun
Jeon . . dia terobsesi pada wanita itu
Dia sakit jeon.Tepat pukul 17.30 taehyung meninggalkan biarawati itu. Seorang anak kecil tiba-tiba mendatangi mereka, sepertinya karena itu taehyung pergi dari sana.
Mata jungkook masih terus mengawasi mereka. Berkali-kali yeri menelpon menyuruh jungkook pergi dari sana tapi tidak dia turuti. Dengan pikiran yang semakin campur aduk jungkook memutuskan mengikuti taehyung yang perlahan pergi dari gereja itu.
Namun perkiraan jungkook meleset jauh, motor sport taehyung bukannya mengarah pulang melainkan berputar dan mengambil arah kembali ke gereja itu. Ini sudah gelap tapi anak kecil tadi masih disana bahkan duduk di tempat yang sama.
Raut taehyung berubah menjadi marah, langkahnya begitu tergesa menuju anak kecil itu. Dengan jantung yang berdegub kencang jungkook menyaksikan taehyung menarik anak itu kasar menuju arah belakang gereja.
Tidak lama biarawati tadi tiba-tiba keluar dari gereja dan matanya berubah panik saat mendapati tidak anak kecil disana. Jungkook yang sudah lelah melihat keanehan hari ini memutuskan keluar dari mobil.
"Permisi . . "
"Kau . . apa kau melihat anak kecil disini?"
Mata itu bergetar menahan air mata, jungkook sungguh ingin mengatakan yang sejujurnya tapi yang keluar dari mulutnya malah berlawanan.
"Dia sudah pergi dengan orang lain."
"Sungguh? dia memang anak salah satu temanku yang dititipkan, syukurlah dia sudah dijemput."
Senyum jungkook terpatri membalas senyum biarawati didepannya.
---
Tangannya bergetar meraih telepon di sakunya. Satu tangannya yang lain menutupi mulutnya menahan isakan
"Halo . ."
"Halo jungkook? kenapa baru menghubungiku?!"
"Yeri . ."
"Kook . . sesuatu terjadi?
"Yeri kenapa dia seperti ini?" suara jungkook semakin lirih.
"Apa kau melihatnya? sudah kubilang dia itu sakit! dia akan menyingkirkan segalanya yang menghalangi bertemu wanita itu."
"Tapi kenapa harus membunuh?! yeri aku melihatnya membunuh bocah itu."
Dan yang tersisa dari malam itu hanya tangisan jungkook yang semakin mengeras.
#Day 5
Aku mengerti dirimu lalu kututupi dosamu.
Jadi sekali lagi mengangguklah saat aku meminta.TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOSENSE
Fiksi PenggemarKetika obsesiku tidak pernah bisa membawaku meraih pijakanmu.