Aksa, Ayu & Arya. 03

89 8 0
                                    

"mau kamu apa? "

"Kamu tuh bisa ga sih sehari ga bikin saya pusing?" Lanjutnya marah.

"ga bisa.."

"AKSA!!"

Bentak kepala sekolah yang memiliki papan nama Husen malik. Pak Husen benar benar terasa amat kecewa dan juga tak habis pikir pada Aksa yang selalu saja membuat keributan setiap hari, padahal semua orang tau bahwa keluarga pradipa adalah keluarga paling tersanjung dan terhormat di sekolah itu. Bagaimana bisa seorang anak tunggal pewaris yang akan menjadi kebanggaan di masa depan selalu bersikap tak santun seperti Aksa pradipa.

Aksa duduk diam menatap tajam ke arah Pak Husen dengan wajah yang sudah lebam. Tidak ada rasa takut ataupun apa tentang permasalahan yang selalu ia alami setiap harinya. Bahkan baginya Ruang BK yang ber AC dan juga ruang kepala sekolah yang luas itu sudah menjadi ruangan favoritnya semenjak ia duduk di sekolah menengah pertama sampai sekarang.

"bapa cape ngurusin kamu Aksa..!"

"saya juga cape jadi diri saya pak..!"

"kalo gitu berubah!"

"buat apa?"

"Buat ayah kamu Aksa, pak pradipa.."

"saya ga mau, saya ya saya ga bisa di ubah pak.. Saya bukan power ranger.."

"apa maksudnya kamu bikin ketua osis kita babak belur?" Tanya Pak Husen serius. Beliau benar benar ingin Aksa menjawabnya dengan tegas kali ini tanpa membuatnya pusing. Aksa menoleh sinis, ia menyunggingkan senyuman jahatnya setelah Pak Husen mengalihkan pandangannya dari anak berandalan itu. munafik batin Aksa.

"pengecut itu ngadu sama bapa?" Tanya Aksa meledek.

"Dia datang tadi kesini, Dia bilang dia di keroyok sama kamu. terus kamu juga katanya godain anggota osis yang namanya ayu bener?"

"engga.."

"Aksa, tolong lah nakalnya tuh di kurang kurangin jangan sampe juga perempuan kaya Ayu kamu bawa bawa gini.."

Aksa masih diam, ia masih setia melukiskan senyuman sinis di bibir seksinya. Tak ada rasa takut ataupun ingin berubah dalam Aksa walaupun sudah berurusan dengan kepala sekolah sekalipun. Tubuhnya sudah tak kenal rasa sakit, bahkan baginya darah yang mengalir bagaikan air hujan yang biasanya memang terjadi membuatnya tak pernah merasa khawatir.

"Aksa jawab!"

"saya ga godain Ayu pak, saya bantuin dia..!"

"terus ngapain kamu mukulin Arya?"

"Dia yang pukul saya duluan pak!" Bentak Aksa marah, meminta keadilan. Walaupun memang sikapnya tempramen dan emosian Aksa jelas ingin mendapatkan keadilan bahwa dirinya memang tidak bersalah saat itu.

"Saya ga peduli, sekarang minta maaf sama Arya!"

"saya ga mau!" Aksa dan Pak Husen saling menggema gemakan suara dan emosinya siang itu. Aksa yang memang sudah sangat sibuk mengumpulkan amarahnya pada Arya membuatnya semakin ingin cepat bertemu lagi dan menghabisi ketua osis itu dengan tangannya sendiri.

"AKSA! pergi ke 11 - indonesia sekarang dan minta maaf! jadi orang yang bertanggung jawab.." Bentak Pak Husen.

Aksa girang, 11 jurusan indonesia itu yang Aksa ingin tahu. Akhirnya dia tahu kelas apa yang di duduki Ayu, gadis yang baru baru ini mencuri perhatiannya.

"Saya harus kesana?" Tanya Aksa pelan, Pak Husen mengangguk berharap pada laki laki yang sudah sedikit memar di wajahnya itu.

Aksa pergi meninggalkan Pak Husen yang sudah terengah engah berdebat dengan anak tunggal dari keluarga besar Pradipa itu. Aksa berlari berarah menyusuri koridor untuk menghampiri Ayu untuk sekedar menanyakan apakah dia baik baik saja karena insiden tadi pagi yang pasti membuat Ayu takut.

Aksa, Ayu & AryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang