Aksa, Ayu & Arya. 07

68 6 0
                                    


Aksa memain kan bibirnya dengan siulan kalem sambil menggandeng tas hitam di bahunya. Pemuda tampan itu berjalan masuk ke arah kelas 2-geografi dengan terlambat seperti biasanya.

Gayanya yang masih menjadi buronan guru guru di sekolah seperti biasanya. Baju di keluarkan dan tidak memakai dasi putih yang benar benar menjadi lambang SMA pradipa. Rambut acak acakkan dan sedikit berwarna, juga kalung rantai berwarna putih setia melingkar di lehernya dengan sempurna.

"Aksa!"

Seruan itu membuat Aksa menahan langkahnya. Seluruh tatapan seisi kelas itu tertuju padanya termasuk bu niken yang kini menatapnya serius, namun bagi pemuda tampan itu tatapan bu niken adalah tatapan favoritnya yang selalu ia lihat setiap harinya. Aksa menoleh dan mengangkat sebelah alisnya menandakan bahwa dia menjawab seruan bu niken.

"enak banget kamu jam segini baru masuk ya?"

"lumayan.."

"Aksa!"

"apa sih bu? teriak teriak mulu"

Semua murid tertawa. "Diam!" marah bu niken kembali mengalihkan tatapannya ke arah Aksa yang masih tenang berdiri tak jauh dari gurunya itu.

Bu niken menarik nafasnya dalam, bu niken yang memiliki badan agak besar juga tatapan mata yang paling tajam membuatnya memang banyak di takuti murid di sekolah itu. Tapi tak berlaku untuk seorang Aksa, seruan juga tatapan bahkan cacian pun tak pernah membuatnya tunduk dan takut sama sekali.

"saya telat 5 menit bu hari ini"

Jawab Aksa benar, ya memang benar adanya. Aksa datang ke sekolah itu pukul 07:05, karena kemarin malam dia tak balapan dan memang tidur lebih awal sehingga dia merasa kesiangannya tak terlalu fatal seperti hari hari biasanya.

"sekali lagi!"

"saya telat cuman 5 menit bu niken.."

"liat sekarang jam berapa?"

"jam 10.." Jawabnya setelah melihat waktu dari ponselnya dan kembali memasukannya ke dalam saku celana seragamnya.

"masuk sekolah jam berapa?"

"jam 7"

"kamu telat berapa jam?"

"gini bu.."

"tadi saya dateng kesini jam 7 lebih 5 menit bu." lanjutnya.

"terus?"

"tapi gerbangnya udah di tutup, eh pak husen malah ngehukum saya buat beresin lapangan mana saya sendirian lagi beresinnya.."

Jawaban Aksa membuat seluruh isi kelas kembali mengeluarkan tawa yang sudah mereka tahan beberapa menit tadi, apalagi vivina yang duduk di bangku barisan kedua sangat setia memperhatikan tingkah Aksa yang membuatnya semakin suka.

Bu Niken kewalahan, dirinya di beri pesangon hanya untuk menyibukkan diri mengurus seorang Aksa pradipa di sekolah itu. Bahkan pak husen yang merupakan suaminya juga sudah berpesan banyak jika nanti dirinya akan tiba tiba meninggal serangan jantung karena mengurusi anak berandal yang tidak tau aturan bak Aksa pradipa.

"itu apa itu?"

"mana?" Tanya Aksa melihat bagian dadanya yang di tunjuk oleh bu niken dengan tatapan yang masih percis sama setiap harinya, sinis.

"kalung itu! Lepas!"

"tapi bu.."

"lepas!"

"ini pengganti dasi bu.."

"pengganti dasi apa sih kamu?"

"dasi sekolah kita kan putih, kalung saya juga putih. Sama dong bu?"

Aksa, Ayu & AryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang