Yoo Taeyang."Taeyang, nanti malem free nggak?"
"Kenapa?"
"Mau minta tolong anter beli bahan buat hut sekolah, tapi kalo sibuk gue sendiri aja nggak papa."
"Oh yaudah, ntar malem gue ke rumah lo."
Aku mendengus kesal saat mengingat percakapan Kak Taeyang dengan kak Nirina teman osis nya.
Padahal kemarin kak Taeyang sudah berjanji akan mengajak ku pergi ke festival lampion nanti malam. Tapi dengan santai nya Kak Taeyang malah menyanggupi permintaan nya tanpa bertanya dengan ku dulu.
Dan yang membuatku semakin kesal adalah gelagat melas kak Nirina yang kuyakini hanya dibuat-buat saat berbicara dengan Kak Taeyang, padahal jelas-jelas tadi ada aku disamping kak Taeyang. Tapi dia seolah tak menganggap keberadaanku.
"Aku nganter Nirina soalnya dia sendirian, dan persiapan buat ulang tahun sekolah juga tanggungjawabku. Jadi nggak mungkin kan, kalo aku biarin dia nyari sendiri." jelas kak Taeyang saat kami sedang istirahat di kantin.
Aku memilih untuk mendiamkan laki-laki di depan ku ini, dan melanjutkan kegiatan makan ku.
Ku dengar kak Taeyang menghela napasnya pelan, entahlah mungkin dia ikut kesal dengan sikap ku sekarang.
Tapi aku tak peduli itu. Salah siapa seenaknya membatalkan janji.
"Ak—"
Belum sempat kak Taeyang berkata, suara dari handphone di sakunya berbunyi. Ia lantas mengecek pesan itu.
"Aku pergi dulu, anak osis dipanggil." katanya sebelum beranjak meninggalkan ku sendiri disini.
Bahkan aku tak sempat untuk membalas perkataannya.
Dengan kesal aku langsung berdiri dan pergi. Meninggalkan sepiring nasi goreng yang belum sempat kuhabiskan.
Saat berjalan ke arah kelas, tiba tiba dari arah belakang seseorang menyenggol bahuku dengan cukup keras. Membuatku hampir saja terjatuh ke arah depan.
"Nggak usah nyenggol nyenggol dong!" makiku pada perempuan yang sudah berjalan cepat di depan sana, bahkan ia tak berniat untuk menengok dan meminta maaf padaku.
Walaupun hanya melihat punggungnya, aku sangat yakin kalau perempuan itu adalah perempuan yang sama yang meminta kak Taeyang menemaninya nanti malam. Kak Nirina.