Lee Jaeyoon."Wih, baunya enak banget. Kakak masak mie, ya?"
"Hm,"
Aku mengamati laki-laki yang kini sedang sibuk dengan kompor dan panci berisi mie. Aku duduk di bangku yang ada di dekatnya. Hari sudah petang, namun teman-temanku yang lain belum pulang sejak tadi siang.
Sekarang ini aku dan Kak Jaeyoon sedang melaksanakan KKN di salah satu desa yang ada di luar kota. Entah sebuah kebetulan, atau memang takdir alam, aku sekelompok dengan kekasih ku untuk KKN ini.
"Nih, makan. Abis temen-temen balik, aku mau ke warung. Bahan makanan nya abis," kata kak Jaeyoon yang meletakkan semangkok mie rebus di atas meja makan yang ada di depan ku, dan satu lagi di depan nya.
Aku berbinar menatap mie yang ada di hadapanku. Lalu menggumamkan kata terimakasih untuk laki-laki yang kini duduk di hadapan ku dan ikut melahap mie buatannya.
"Emang nya mereka pada kemana sih? Kok daritadi siang nggak balik-balik," tanyaku memecah keheningan.
"Ke kantor kepala desa sama balai pertemuan, buat nyiapin kegiatan besok." jelas kak Jaeyoon sambil menatapku.
"Kenapa cuma berempat? Kan itu buat kegiatan kita bersama,"
"Nggak perlu banyak-banyak, nanti malah rusuh. Lagian kamu disana paling diem doang." ucap kak Jaeyoon yang langsung membuat ku tertawa.
"Oh iya kak," kataku tiba tiba, membuat kak Jaeyoon menaikkan kedua alisnya dengan pandangan bertanya.
"Tadi malem kan aku ketiduran di ruang tv, trus pas bangun aku udah ada di kamar. Kakak yang mindahin ya?"
Kak Jaeyoon tampak mengerutkan keningnya, lalu menggeleng.
"Lah, terus kalo bukan kakak siapa? Masa kak Inseong?" tanyaku heran.
Kak Jaeyoon hanya menghendikkan bahunya. Lalu ia berdiri sambil membawa mangkok kosong ke wastafel.
Aku yang juga sudah menyelesaikan urusan makan ku segera beranjak, berdiri di sebelah kak Jaeyoon yang tengah menggosokkan spons pada mangkok.
"Mana, biar kucuciin sekalian."
Aku langsung menyerahkan mangkok kosong bekas ku, lalu mengambil mangkok yang sudah dibersihkan oleh kak Jaeyoon dan kemudian membilasnya dengan air.
Setelah selesai mencuci mangkok, kak Jaeyoon berjalan lebih dulu ke arah ruang tv. Tempat dimana biasanya kami berenam berkumpul untuk membahas kegiatan.
Aku duduk di sebelah kak Jaeyoon yang sekarang sudah fokus menonton acara berita. Sementara aku asyik bermain ponsel, mengecek apakah ada informasi terbaru dari para idola ku.
"By,"
Aku berdehem untuk menjawab panggilan kak Jaeyoon. Mataku masih sibuk mengamati para lelaki yang ada di dalam layar.
"Sayaaang," panggil kak Jaeyoon lagi.
Dan aku kembali berdehem untuk menjawab nya.
Lalu kurasakan pundak kiriku memberat, saat menengok kudapati kak Jaeyoon yang kini menyandarkan kepalanya di bahu ku.
"Kenapa kak?" tanyaku menyadari sikap manja laki-laki disebelah ku sedang muncul.
"Nggak papa,"
Aku sudah tak bisa fokus dengan layar handphone ketika mendengar suara yang tengah merajuk itu. Aku diam-diam tersenyum kecil saat mengetahui ekspresi datar kak Jaeyoon.
Tidak mungkin kan, kalau dia cemburu hanya karena aku bermain hp?
"Kenapa sih, kak. Kok tiba tiba ngambek gitu?" ucapku sambil mengamati kak Jaeyoon yang masih memandang lurus ke arah televisi.
"Nggak." jawabnya singkat, padat, jelas.
Aku tau kini ia sedang kesal, karena aku bisa membedakan bagaimana sikapnya ketika ia memang malas berbicara panjang, ataupun merajuk seperti sekarang.
Kuletakkan handphone di pangkuan ku, lalu aku mencubit hidungnya dengan tangan kanan ku.
"Apasih,"
Ia mendecak pelan sambil menyingkir kan tanganku dari hidungnya. Namun bukannya dilepaskan, tanganku malah digenggam oleh kedua tangannya.
"Kenapa sih, kak?" tanyaku ketika kami hanya diam selama beberapa menit.
"Jangan ngasih pandangan kayak gitu buat mereka," kata kak Jaeyoon sambil memainkan jari-jariku.
Aku hanya mengernyit bingung. Aku tak paham siapa yang dimaksud kak Jaeyoon. "Mereka siapa?"
Kak Jaeyoon mendongak, menatap wajahku. "Korea-korean an mu itu, kamu bahkan ngacangin aku yang jelas jelas pacar mu."
Aku sontak tertawa, tak percaya bisa-bisa nya kak Jaeyoon merasa cemburu dengan mereka yang bahkan tak mengetahui apakah aku bernapas di dunia ini.
"Tatapan kagum mu itu, cuma buat aku." ucap kak Jaeyoon yang membuatku menaikkan salah satu alisku.
"Emangnya kakak itu siapa? Suka suka aku, dong." kataku tertawa.
"Calon suami kamu."
Ah, sial. Kenapa pipiku panas?
[]