O7

185 19 1
                                    


Kim Hwiyoung.

"By, suapin dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"By, suapin dong."

"Ambilin minum, seret nih."

"Pake saus nya dikit aja,"

"Plis deh kak, aku kesini mau nugas. Bukan jadi babu nya kak hwi!" kataku kesal.

Karena sejak tadi, laki-laki yang asik dengan game online di depan ku itu terus saja mengganggu ku dengan berbagai perintahnya.

"Tangan ku sibuk," jawabnya sambil mengangkat kedua tangannya yang sedang memegang handphone.

Aku berdecak. "Sibuk ngapain sih kak?? Nih lihat, daritadi aku masih ngerjain dikit gara gara kak hwi! Kalo gini kapan kelarnyaaaa."

Kak Hwiyoung hanya melirik ku singkat, kemudian ia kembali menekuni dunia game nya itu.

Setelah beberapa menit terdiam untuk memastikan jika dia tidak menyuruh nyuruh ku lagi, aku langsung kembali berkutat dengan tugas di hadapanku.

Baru saja aku bisa fokus, kak Hwiyoung malah dengan santai nya berpindah duduk ke sebelahku. Membuat ku menengok sekilas ke arahnya, dan mencoba tak memedulikan laki-laki yang kini menyenderkan kepalanya di bahu ku.

"Kak Hwi emang nya nggak ada tugas?" tanyaku mencoba memecah keheningan karena kami yang sibuk dengan dunia masing-masing.

Kurasakan gelengan pelan di bahuku. Walaupun bahuku rasanya lelah karena menumpu beban dari kepala kak hwiyoung sejak tiga puluh menit yang lalu, aku tak memprotesnya. Setidaknya dengan begini, mantan panitia ospek yang kini sudah berstatus menjadi kekasihku ini tak mengganggu ku.

"Aku kan rajin, nggak kayak kamu. Sukanya nunda-nunda. Giliran h-1 keribetan gini." kata kak Hwiyoung yang langsung mendapat cubitan kecil di tangannya dari ku.

"Duh, kamu mah galak banget." kata kak Hwiyoung yang menenggakkan tubuhnya, lalu mengusap-usap lengan yang menjadi korban cubitan ku tadi.

Aku memutar bola mataku. "Tolong ya pak, yang dulu suka banget marah-marah trus kalo ngomong sinis banget siapa ya?"

Kak Hwiyoung hanya menunjukkan cengiran nya saat aku menyindir sikap nya yang dulu ditunjukkan padaku saat masih menjadi panitia ospek.

"Emang nya dulu aku se ngeselin itu ya?"

Ingin rasanya aku berteriak tepat di telinganya bahwa itu jelas jelas tak perlu dipertanyakan, karena hampir semua teman seangkatan ku mengetahui bagaimana rasa nya jika berhadapan dengan Kak Hwiyoung.

"Perlu dijawab?" tanyaku sinis.

Kak Hwiyoung tertawa. Ia mengacak rambutku dengan gemas.

"Iya, deh iya. Maaf ya, kalo misal waktu itu bikin kamu sakit hati."

"Hmm. Udah kebal liver ini."

Kak Hwiyoung kembali tertawa, lalu mencubit salah satu pipiku.

"Berani ya sekarang sama aku,"

"Emang dulu aku takut sama kak Hwi?" tanyaku berlagak sok.

Sebenarnya dalam hati aku sudah tertawa, karena tak menyangka dengan keberanian ku yang muncul sejak kak Hwi menjadi pacarku. Mungkin karena sifatnya yang ramah dan mudah tersenyum ini mulai ditunjukkan kepadaku. Jadi aku berpikir, untuk apa takut pada laki-laki ini. Wong dia tak semenakutkan itu.

"Oh, jadi yang waktu itu kena hukum gara gara telat, sampe badannya gemeteran itu siapa ya?"

"Lah, emang siapa?! Udah ah, aku mau pulang." kataku cepat.

Aku mulai menyibukkan diri dengan memberesi barang barang ku untuk menutupi rasa gugup dan malu ku. Bagaimana bisa, kak Hwiyoung mengingat pengalaman memalukan ku di hari pertama ospek sekitar dua tahun yang lalu.

"Emang udah selesai tugas nya?" tanya Kak Hwiyoung dengan nada heran.

Aku mengangguk tanpa menatap ke arah nya. Setelah semua barangku sudah kumasukkan dalam tas ransel, aku langsung menengok ke arah Kak Hwiyoung.  Aku mengerjapkan mata karena terkejut dengan tatapan matanya yang lekat ke arah ku.

Aku berdehem pelan sebelumnya, "Kenapa kak? Ayo pulang."

"Tunggu," cegah kak Hwiyoung memegang lengan ku, ketika aku hendak berdiri.

Aku melihat ke arahnya dengan kedua alis terangkat.

Kak Hwiyoung sempat menggeleng kecil, kemudian ikut berdiri dan menggandeng ku berjalan keluar kafe.

"Tau nggak sih, kenapa aku bisa suka sama kamu? Maba yang penakut, bahkan nggak berani buat natap mata senior yang di depan nya." kata Kak Hwiyoung tiba-tiba.

"Ya nggak tau lah, kak. Aku aja masih nggak percaya kalo aku bisa pacaran sama kak Hwi, yang notabene nya kating galak, senggol dikit langsung dipelototin kayak mau gigit orang aja."

Aku tertawa saat Kak Hwiyoung memicingkan matanya. Mungkin ia tak percaya aku bisa mengatakan hal itu.

"Kok nggak percaya? Jadi menurut kamu, yang selama dua tahun pacaran sama kamu itu makhluk astral?"

"Mungkin?" kata ku yang lagi-lagi tertawa karena ekspresi yang ditunjukkan Kak Hwiyoung.

Aku merapatkan jarak kami dengan mengapit lengan kanan kak Hwiyoung dengan kedua tanganku.

Sembari berjalan, aku menyenderkan kepalaku di bahu Kak Hwiyoung. Hidungku dapat mencium aroma parfum Kak Hwiyoung yang menjadi favorit ku.

"Kamu nggak keberatan?" tanya Kak Hwiyoung yang membuatku mendongak untuk menatap wajahnya.

"Keberatan kenapa?"

"Keberatan pacaran sama makhluk astral selama ini, dan sekarang malah meluk-meluk makhluk astral nya di tempat umum."

Aku kembali tertawa. Entahlah, sepertinya sisi humor ku selalu anjlok jika sedang bersama pacar ku ini. Karena apapun yang dilakukan atau dikatakan Kak Hwiyoung selalu terlihat lucu bagiku. Sekalipun Kak Hwiyoung hanya diam, dia tetap terlihat menggemaskan di mata ku.

🍃🍃

FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang