7

8.6K 826 188
                                    

Enjoy reading
Sorry for typos
________________



"Hey, kamu!" Sean memalingkan wajah pada seseorang yang datang padanya.

Laki-laki itu datang dan memayungi Sean yang berdiri di pesisir pantai meskipun hujan masih turun. Sean memilih menyendiri karena dia tidak bisa lagi mendengar suara orang-orang yang membicarakannya.

"Apa yang kamu lakukan disini? Maaf, maksudku P..." Sean bertanya pada Ake.

"Ingin hujan-hujan sepertimu mungkin," jawab Ake acuh lalu membuang tatapannya ke sekitar.

"Kalau begitu hujan-hujanlah," datar Sean kemudian berbalik badan untuk pergi.

"Sebentar!" Ake menahan pergelangan tangan kiri Sean. "Tentang orangtua mu..."

"P datang untuk menertawakan ku juga seperti mereka? Huh, baiklah... tertawalah kalian. Tertawakan Sean. Permisi," datar Sean kemudian menghempaskan genggaman Ake dan berjalan pergi meninggalkan Ake.

"Bukan!" jawab Ake keras namun Sean urung mendengarkannya dan tetap berjalan pergi. "...aku mengenal orangtua mu. Kenapa kamu belum juga mengingatku?" Ake bertanya sendiri, Sean sudah pergi.


Flashback

"Hey kamu, anak manis!" Seorang laki-laki dewasa memanggil bocah laki-laki usia 6tahun yang masih nyaman berada di ayunannya. Laki-laki dewasa itu duduk pada ayunan lain di dekat si bocah.

Bocah itu mengangkat kepalanya melihat pada Gulf bingung.

"Apa kamu menyukai Sean?" Tanya laki-laki dewasa itu. Si bocah menggeleng polos. "Hey, kenapa tidak menyukai Sean? Asal kamu tahu Sean itu sangat manis dan sudah tidak mengompol. Masa tidak menyukainya sih?!"

Si bocah tetap menggeleng. "Aoh. Bagaimana ini? Sean berhasil menjodohkan aku dengan Daddy nya kenapa aku tidak bisa menjodohkan dia dengan bocah ini padahal sean kan ingin menjadi seme sepertiku," kesal Gulf. "Hey bocah, katakan apa yang kamu minta? Es krim? Balon? Ikan cupang? Katakan saja, Om akan memebelinya untuk mu asal kamu selalu bersama Sean."

"Tidak P. Ake harus pergi," jawab bocah laki-laki itu kemuadian beranjak dari ayunan dan membawa kaki mungilnya berjalan pergi.

Bocah itu berhenti sejenak saat mendengar riuh suara anak-anak dari kelas lain selesai dengan kelasnya. Bisa dia lihat Sean kecil berlari ke arah Gulf yang masih berada di ayunan lalu memeluk Gulf dengan erat. Bocah laki-laki itu tersenyum kecil.

"Mungkin kita akan berteman besok atau besoknya lagi. Aku pasti menjadi temanmu dan selalu menemanimu. Kalau kita berteman sekarang, nanti kamu menangis karena aku akan pergi jauh," ujar bocah itu kemudian kembali berjalan.

Sebuah mobil berhenti di depan gerbang lalu muncul seorang pengasuh yang mengajak bocah itu memasuki mobil. Setelah pintu mobil tertutup bocah itu duduk merapat dengan kaca mobil untuk lebih leluasa melihat ke arah luar.

"Bye, Sean," ucap Ake sambil melambaikan tangannya dari balik kaca mobil.

Ake tersenyum mengingat polah lucu Sean. Sean selalu mengikuti Ake dan  menawarkan roti lapis keju buatan Papa Nanny nya pada Ake. Ake menolaknya namun Sean terus memberikan rotinya itu.

Sean sering mengikuti Ake kemanapun tapi Ake tidak pernah berbicara banyak pada Sean. Kedua orangtua Ake berkata Ake akan pergi ke tempat yang jauh dan itu bisa membuat temannya bersedih, hal itu membuat Ake belum ingin berteman dengan Sean. Ake hanya tidak ingin Sean si pemilik senyum secerah sinar mentari pagi itu menjadi sedih saat Ake harus pergi.

.

.

"Namanya Sean. Dia murid baru, bukan anggota organisasi siswa tapi cukup terkenal sampai gadis-gadis imut mengejarnya dan mengabaikan kita."

Papa (Sequel Daddy & Papa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang