[02] kamu emmeline ya?

637 64 0
                                    

Pagi hari sekali Emma sudah sampai di sekolah, tadi malam ia kelabakan mencari buku matematikanya yang ternyata ketinggalan di loker. Emma mengerutkan dahinya bingung, di dalam lokernya ada sebuket bunga mawar merah seperti kemarin.

Emma mengambil surat biru itu dan membaca perlahan.

Dear, Emmeline
I apologize for confusing you

Setelah membacanya, Emma masukan kembali surat dan bunga itu ke dalam lokernya lalu tidak lupa mengambil buku matematikanya. Emma melangkahkan kakinya menuju kelas Evangeline untuk menanyakan lebih lanjut perihal buket bunga misterius itu.

"Evy!" panggil Emma dari depan kelas, begitu matanya menemukan gadis mungil tersebut Emma memasuki kelas, menghampiri Evangeline yang sedang menggobrol dengan Yolanda.

"Evy!" panggil Emma dari depan kelas, begitu matanya menemukan gadis mungil tersebut Emma memasuki kelas, menghampiri Evangeline yang sedang menggobrol dengan Yolanda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sorry ganggu, gue mau nanya soal buket kemarin," ujar Emma membuat Yolanda menatap kedua perempuan di hadapannya dengan penasaran.

"Kenapa emangnya, Em?"

"Lo bilang buketnya dari meja piket, kan? Yang jaga meja piket kemarin siapa?"

"Pak Yanto," jawab Evangeline, "Kenapa?" tanya Evangeline dengan nada penasaran.

"Tadi di loker gue ada buket, persis kayak kemarin. Oke, kalo gitu thanks ya Vy!" kata Emma, lalu cepat-cepat berjalan keluar sebelum Evangeline sempat bertanya lebih jauh.

"Emma dapet buket bunga dari siapa?" tanya Yolanda yang sekarang ikut penasaran. Evangeline menggelengkan kepalanya tidak tahu.

Emma melangkahkan kakinya menuju meja piket dengan cepat. Pak Yanto terlihat sibuk menulis sesuatu di meja piket yang terletak di sudut koridor. Suasana sekolah masih sepi dan tenang, hanya beberapa siswa yang berlalu lalang menuju kelasnya.

"Permisi Pak," panggil Emma memecangkan keheningan.

Pak Yanto mengangkat kepalanya dan tersenyum, "Kamu Emmeline ya?"

Emma menatap Pak Yanto dengan tatapan heran, "Kok tau?"

Pak Yanto berdecak ringan, "Bapak nggak lagi gombalin kamu lho, Em. Ada perlu apa?"

"Ih, Bapak!" seru Emma sedikit kesal, "Saya mau tanya, siapa yang nitip buket bunga kemarin Pak?" tanya Emma dengan penuh harap.

"Mana Bapak tau? Kan kamu yang dikasih, kok tanya sama Bapak?" jawab Pak Yanto sambil tertawa ringan.

Emmaline tersenyum miris, seperti bertanya kepada Pak Yanto tidak membuahkan hasil. Emma mendengus, "Makasih, Pak. Saya ke kelas dulu," ia berbalik dan melangkah pergi.

"Logikanya kalo dia bisa naruh di loker gue pagi-pagi buta, berarti anak sekolah ini," gumam Emma pelan sambil berjalan menuju kelasnya.

Di sepanjang perjalanan menuju kelas, Emma terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan. Siapa yang mengiriminya? Apa maksudnya? Emma membayangkan berbagai skenario di kepalanya, apa ini dari seseorang yang ia kenal atau mungkin dari orang yang ia belum pernah temui?

Emma terus menebak-nebak, namun tidak ada satu namapun yang muncul dibenaknya. Emma hanya bisa menunggu sampai orang itu mengungkapkan dirinya.

💐💐💐

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang