Emma sudah siap dengan gaun berwarna biru yang diberikan oleh J. Tadi sore, ia sudah meminta Alice untuk mengantarkannya ke Roses Cafe, "Makasih Ci, nanti aku pulang sendiri."
"Beneran?" tanya Alice memastikan membuat Emma mengangguk dengan yakin.
"Oke, good luck!"
Emma memasuki Roses Cafe yang lumayan ramai. Ia memilih meja yang berada di dekat jendela, memandang keluar sambil menunggu dengan penuh rasa penasaran dan sedikit gugup.
Emma tidak sabar bertemu dengan pengirim buket bunga itu. Dari kejauhan, Emma melihat seorang laki-laki berjalan dengan kemeja yang rapi, menuju mejanya.
"Ha-Hai," sapanya gugup sambil mendudukkan diri di depan Emma yang masih membulatkan matanya.
"Hai," jawab Emma kemudian.
"Buka di rumah ya," pinta laki-laki di hadapannya sembari memberikan surat biru dari sakunya, "Boleh aku ngomong?" tanyanya membuat Emma mengangguk sebagai jawaban.
Laki-laki itu menarik napas dalam sebelum berbicara, suaranya sedikit bergetar, "Aku minta maaf karena terus ngirim buket bunga ke sekolah, aku terkesan neror kamu dan bikin kamu nggak nyaman. I know it must be uncomfortable for you, Emmie."
"Terima kasih karena kamu nggak membuang dan merawat bunga yang aku kasih, dan gelang itu, aku buat sendiri diajarin sama Ibu," lanjutnya diakhiri kekehan kecil, "You wore the dress I gave you so dazzlingly. You look so charming, Emmie, and it made me love you even more."
Emma menundukkan kepalanya, hatinya terasa berat mendengar pernyataan yang diujarkan laki-laki dihadapannya. Matanya mulai berkaca-kaca, seperti ada sesuatu yang besar sekali menekan dadanya.
"Kenapa?" hanya itu pertanyaan yang keluar dari bibir Emma setelahnya.
"Karena aku terlalu pengecut untuk bilang langsung sama kamu, aku memilih untuk mengagumi kamu dari jauh. Setiap hari melihat kamu tersenyum membuat hariku sedikit lebih berarti," jawabnya tersenyum tipis, tapi matanya penuh kesedihan.
"Aku takut, terlalu takut nantinya perasaanku ditolak. Aku sadar aku nggak bisa terus-terusan bersembunyi, that's why now that I'm here, I want you to know how I feel. I want to be honest with myself and... with you," lanjutnya.
Emma merasakan hatinya bergetar, "Aku..." ia terdiam sejenak, mencoba merangkai kata-kata yang tepat untuk diucapkan, "Aku butuh waktu."
"I understand," jawab laki-laki itu dengan lembut, suaranya hampir pecah, "I just want you to know that I love you so much, Emmeline."
💐💐💐
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Фанфик[Rosé feat. 97 liners] "Maaf, aku terlalu pengecut buat kamu." ©2020, written by avocawoodz