[03] tadi ada yang nitip

445 57 0
                                    

Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi, dan suasana kelas menjadi ramai. Emma dan teman sekelasnya buru-buru membereskan meja untuk segera pulang dan bertemu dengan kasur kesayangannya.

 Emma dan teman sekelasnya buru-buru membereskan meja untuk segera pulang dan bertemu dengan kasur kesayangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang piket jangan kabur!" teriak Jolie, selaku ketua kelas mereka yang sudah berdiri di depan pintu. Maia, yang bertanggung jawab sebagai seksi kebersihan, berdiri di sampingnya dengan ekspresi serius, siap mencegat siapapun yang mencoba melarikan diri.

 Maia, yang bertanggung jawab sebagai seksi kebersihan, berdiri di sampingnya dengan ekspresi serius, siap mencegat siapapun yang mencoba melarikan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emma cepat-cepat mengambil sapu, tidak mau mengulang kejadian minggu lalu ketika ia dipaksa untuk mengepel lantai.

"Marlo, bersihin kaca!" pinta Jolie memberikan kanebo membuat Marlo mengangguk patuh, berhubung tubuhnya pun yang tertinggi dikelas ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Marlo, bersihin kaca!" pinta Jolie memberikan kanebo membuat Marlo mengangguk patuh, berhubung tubuhnya pun yang tertinggi dikelas ini.

Emma sudah menyelesaikan menyapu bagiannya dan itu artinya ia sudah bisa meninggalkan kelas dengan aman.

"Besok jangan kabur lagi ya kalo piket," peringat Maia.

"Iya Maia, ibunya Al El Dul," ledek Emma dengan tawa kecil dan berlari keluar kelas dengan cepat sebelum Maia mengejarnya.

Emma segera menelpon kakaknya meminta jemput, beruntung bel sekolah sudah berdering sekitar 20 menit lalu jadi sekolah sudah lumayan sepi, meskipun masih ada beberapa siswa yang berkeliaran.

"EMMELINE!" teriakan itu memecangkan keheningan, membuat Emma tersentak. Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian yang membuat Emma terkejut.

Arjuna, dengan seragam olahraga menghampiri Emma dengan sebatang cokelat di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arjuna, dengan seragam olahraga menghampiri Emma dengan sebatang cokelat di tangannya.

"Nggak usah teriak-teriak dong!" Emma menjawab sambil menenangkan dirinya.

"Lu kalo mau teriak-teriak disini juga nggak papa, Em. Nggak ada yang larang juga, kan," kata Arjuna sambil tersenyum, dan langsung mendapat pukulan maut dari Emma di lengannya.

"Aduh!"

"Mau nembak siapa lo?" tanya Emma curiga, menatap cokelat di tangan Arjuna.

Arjuna menggelengkan kepala dan menyerahkan cokelat itu kepada Emma, "Bukan dari gue, ada yang nitip tadi."

"Dari siapa?" tanya Emma, penasaran.

"Nggak tau, gua duluan ya, udah mau mulai." Arjuna menjawab sambil menunjuk teman-teman eskul sepak bolanya.

"Dih, nggak jelas lo Jun, main terima aja!" Emma berseru, agak kesal namun tetap menerima cokelat itu.

"Yaudah si, lumayan buat lu," kata Arjuna sambil melambaikan tangan dan berlari menjauh.

"Thanks Junedi!" seru Emma sambil tersenyum.

"Sialan!" jawab Arjuna sambil tertawa kecil.

Emma memasukkan cokelat itu ke dalam tasnya dan melangkah menuju gerbang sekolah. Di depan gerbang, ia melihat mobil putih milik kakaknya sudah menunggu.

Saat memasuki mobil, kakaknya yang duduk di kursi pengemudi menyambutnya dengan senyuman, "Gimana hari ini, seru?"

Emma tertawa kecil dan menjawab, "Seru, tapi yang paling bikin penasaran, ada cokelat misterius dari seseorang. Nggak tau deh dari siapa."

💐💐💐

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang