[14] mau, nggak perlu kamu tanya

324 36 1
                                    

6 tahun berlalu, setelah kelulusan SMA, Emma langsung melanjutkan kuliah dan sekarang sudah lulus dengan gelar sarjana. Hari-harinya dihabisnya dengan bekerja dan bermain dengan keponakannya, kakaknya Alice sudah menikah 2 tahun lalu yang telah dianugerahi seorang anak laki-laki yang begitu lucu.

"Em, boleh tolong beliin pampers buat Ael? Cici lupa tadi," pinta Alice membuat Emma mengganguk, dirinya juga sedang tidak melakukan apapun.

Emma langsung berjalan menuju minimarket yang tidak jauh dari rumahnya. Ia mengambil pampers yang biasa dipakai Ael dan membeli beberapa cemilan. Sesampainya di rumah, Emma terheran melihat mobil Range Rover hitam terparkir di depan rumahnya.

"Mobil siapa ini?" tanya Emma dengan rasa penasaran bercampur sedikit cemas. Dengan hati-hati, Emma melangkah masuk ke dalam rumah.

"Ci, ini pampersnya mau dit—" ucapan Emma terputus begitu melihat siapa yang tengah berdiri di ruang tamu, tersenyum manis ke arahnya. Di sana, dengan penampilan yang lebih dewasa dan tampak sukses, berdiri Julian, lelaki yang enam tahun lalu meninggalkan janji mendalam.

"Hai," sapa Julian dengan suara lembut, matanya menatap Emma dengan penuh kerinduan.

Emma menggelengkan kepalanya, menelusupkan wajahnya ke dada bidang Julian, memeluk laki-laki itu dengan erat. Air mata yang tertahan sejak lama itu akhirnya tumpah.

"Emmie," panggil Julian, kali ini dengan suara yang lebih tenang, sambil mengusap lembut punggung Emma.

Emma mengusap air matanya dan menatap laki-laki yang masih tersenyum kearahnya, "Kamu jahat, Julian! Enam tahun dan kamu baru pulang sekarang?" ucapnya dengan nada sedikit kesal namun juga penuh kebahagiaan.

"Maaf ya," jawab Julian, suaranya penuh penyesalan, "Aku harus mastiin semuanya siap sebelum kembali ke kamu."

Emma memukul dada Julian, menyalurkan amarah dan rasa senangnya yang akhirnya bertemu kembali dengan laki-laki yang selalu mengiriminya buket bunga dulu.

"Lama banget ya?" tanya Julian, memecah keheningan dengan senyuman tipis di bibirnya.

"Banget. Aku hampir kehilangan harapan," jawab Emma, matanya masih berkaca-kaca, "Aku selalu menunggu, meskipun kadang rasanya sulit," lanjutnya berbisik.

Julian tersenyum, mengusap rambut Emma dengan lembut, "Emmie, tujuan aku kesini mau lamar kamu. Kamu mau jadi—"

"Mau, Julian. Nggak perlu kamu tanya," potong Emma cepat, senyum lebarnya tak bisa disembunyikan.

Julian tertawa kecil, menarik Emma ke dalam pelukannya sekali lagi, "Aku janji nggak akan pergi lagi tanpa kamu," bisiknya lembut di telinga Emma.

Emma tersenyum, merasa lega dan bahagia. Akhirnya, setelah enam tahun penantian, lelaki yang selalu mengiriminya bunga itu kembali, bukan hanya untuk menepati janjinya, tapi untuk memulai hidup baru bersama.


fin.

💐💐💐

yeeeaaaay ‼️
tamat guys,
terima kasih yang udah baca & vote ya <3

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang