Secret Admirer

[08] katanya malu

Biasanya, Emma hanya akan menghabiskan waktu sorenya di kamar. Menggambar sesuatu di canvas, membaca novel atau berlatih lagu baru dengan gitarnya, namun kali ini Emma merasa butuh suanana baru. Emma memutuskan untuk pergi ke taman yang cukup ramai dengan anak-anak sore ini.

Emma duduk di bangku taman dengan alat menggambar di pangkuannya, memandang sekeliling untuk mencari objek yang akan dijadikannya gambar. Suasana ceria dan riuh rendah dari anak-anak yang berlarian membuatnya tersenyum, namun juga mengingatkannya pada masa lalu ketika ia dan Alice sering bermain jungkat jungkit di taman yang sama.

Tiba-tiba, seorang anak kecil menghampirinya dengan senyum ceria, "Hallo kakak cantik!" sapanya.

Emma membalas dengan senyum hangat, "Hallo!"

Anak laki-laki itu tampak sekitar umur 4 tahun, membawa sebuah brushpen berwarna merah muda dan secarik kertas yang membungkusnya, "Nama kamu siapa? Sendirian di sini?" tanya Emma sambil mengedarkan pandangannya.

Bocah itu mengangkat tangannya dengan bangga dan memberikan brushpen tersebut, "Buat aku?" tanya Emma memastikan.

Bocah itu mengangguk, "Dari Bang J. Dia nggak mau ketemu kakak, katanya malu."

"Abang kamu?" tanya Emma, penasaran.

"Iya, dia ngumpet supaya kakak nggak lihat. Dadah Kak Emma!"

"Eh, nama kamu siapa?!" teriak Emma, mencoba memanggil bocah yang sudah mulai menjauh itu.

Bocah laki-laki itu hanya melambaikan tangannya dan menghilang di ujung jalan, meninggalkan Emma dengan rasa penasaran yang semakin mendalam. Emma membuka surat berwarna biru yang membungkus brushpen itu dan membaca pesan di dalamnya.

Dear, Emmaline

When I was at the bookstore, I accidentally saw this brushpen and it reminded me of you. After you draw, make sure to hurry home because the sky is cloudy

Emma memandangi brushpen dan surat biru ditangannya, lalu bergegas merapikan barang-barangnya untuk pulang ke rumah. Emma merasa takut berada di taman itu sekarang.

💐💐💐