Hanya Dia [COMPLETED]

TERSENYUM, UNTUK SIAPA?

Oh, sudah - sudahlah, sudah hati ini berserah pada garis yang cerah...
***

"Untuk Naura, keadaannya sangat memprihatinkan. Keadaanya kini koma" jelas dokter.

Deg!

"Untuk Devano keadaan gak seburuk Naura, Devano hanya tinggal menunggu sadar" jelasnya.

***

Manakala hati menggeliat mengusik renungan.
Mengulang kenangan saat cinta menemui cinta.
Suara sang malam dan siang seakan berlagu.
Dapat aku dengar rindumu memanggil namaku.
Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta pada mu.
Saat aku tak lagi disisi mu kutunggu kau di keabadian.

***

"Awhh..." Lirih Devano.

"Eh Devano udah bangun," mamahnya menyodorkan segelas air putih.

"Naura mana mah?" Tanya Devano khawatir.

"Naura belom bangun, kam--" ucapan mamahnya terpotong oleh Devano.

"HAH?! KOK BELUM?!" Hampir saja ia teriak - teriak

"Maaf, nak tapi kamu harus sabar. Kamu janji gak akan kemana - kemana, Naura koma" jelas ibunya.

Deg!

"Naura dimana? Naura dimana mah?" Terdengar suaranya terisak oleh tangisnya.

Sementara di tempat lain seseorang tengah memeluk anaknya.

Ya, orang itu adalah orang tua Naura.

"Bangun Nak"lirih ibunya.

"NAURA?!" Panggil seseorang saat membuka pintu.

"Devano?" Ibu Naura heran.

"Nau bangun," Devano mengguncang tubuh Naura.

"Permisi," Dokter memasuki ruangan Naura.

"Karena peralatan disini kurang memadai, maka Naura akan dipindah ke Jepang" jelas Dokter itu.

"Tapi dok, kenapa harus dibawa ke Jepang?" Devano risau.

"Tidak bisa, ini bersangkutan dengan nyawa jadi kami harus membawanya. Segera!" Tegas dokter.

"Yasudah, kapan anak saya di bawa ke Jepang?" Tanya ibu Naura.

"Nanti malam akan di bawa ke jepang." Jelasnya tanpa basa basi.

***

Oh, gemar sekali kita bersilat lidah, sejak langit gelap hingga kembali cerah.

Oh, gemar sekali kita berbeda pandang, semula meradang terkadang kembali terang

Oh, sudah sudahlah sudah hati ini berserah pada garis yang cerah.

Dan ku tersenyum entah untuk siapa? Menebak - nebak siapa dalangnya aku atau dirimu.

***