Reva

607 16 15
                                    

Nothing venture, nothing gain

***

"Put," panggil Devano.

"Kenapa?" Tanya Putri pada Devano. Lalu menatap wajah Devano. "Itu bukannya mama kamu ya?" Tanya Devano sambil menunjuk orang yang ia sebut adalah ibu dari Putri.

Putri langsung tertuju pada orang yang Devano tunjuk, sudah lama ia tidak melihat ibunya karena ibunya sedang ada bisnis di bandung dan kini ada di hadapannya.

"Mama!" Teriak Putri, ia langsung berlari ke sebrang sana dan tanpa melihat ke kanan ataupun ke kiri.

Bhugg!

Suara itu terdengar ditelinga Devano, Suara apa? Suara seseorang tertabrak truk. Tertabrak? "PUTRI!" Teriak Devano sambil berlari.

"Dev," ucap Putri terengah - engah karna nafasnya mulai sesak. "Ya?" Jawab Devano khawatir. "Aku udah gak kuat. Kamu mau ya nikah sama Naura?" Ujar Putri masih terbata.

"Iya aku mau, tapi kamu harus kuat" jawab Devano semakin khawatir. "Gak Dev"

***

"Mah, papa mana sih katanya mau nganter aku?" Ujar seorang anak kecil yang sedang mengambil roti yang ada di hadapannya.

"Ntar juga kesini" kata mamanya santai. "Yah, papa katanya janji sama aku mau nganter sekolah di hari pertama" ujar anak kecil tersebut.

"Ya--" belum saja seorang ibu ini menyelesaikan kalimatnya. "Putri, Naura!" Teriak seorang laki-laki. Devano.

"Tuh papanya datang" ujar Naura langsung menyalami Devano diikuti oleh Putri.

"Pa, ayo ntar Putri telat" ujar Putri sambil meraih tasnya. "Iya ayo, salim dulu sama mama" suruh Devano sambil menaikan dua sudut bibirnya yang membentuk lengkungan mania di wajahnya.

SKIP, SKIP

Setelah mengantar putrinya kesekolah ia langsung duduk manis di meja makan.

"Naw, kerumah bunda yuk" ajak Devano pada Naura yang masih fokus pada novel baru nyadar ang ia semoat beli kemarin.

"Ayo, btw bunda gimana ya kabarnya?" Naura sempat menimang-nimang pertanyaannya barusan. "Nah yaudah kita kesana" ucap Devano lalu beranjak dari sofat ruang keluarga.

Mau tau gak bunda siapa? Lanjut bacanya, jangan di skip.

Mereka pun berjalan menuju mobil yang terparkir rapi di depan rumahnya yang megah.

"Dev, kamu kok waktu itu bisa sama Putri?" Tanya Naura yang membuat Devani mrmbuang nafas berat.

"Gak usah bahas itu lagi dong" ucap Devano sambil meraih tangan Naura erat. "Kamu cemburu ya?" Goda Devano disertai dengan kekehan kecil.

"Aku gak cemburu, lagian aku bingung aja gtu sama Putri. Kok dia mau sih pacaran sama orang bawel kayak kamu" Naura mengecilkan suaranya saat menyebutkna kata 'bawel' namun sayang Devano masih bisa mendengar.

"Dih, bawel. Kamu sendiri kenapa mau sama aku?" Naura tertawa mendengar ucapan Devano.

"Aku kasian aja sama kamu, gak ada yang mau sama kamu." Naura kembali tertawa mendengar ucapannya sendiri.

"Dih." Jawab Devano disertai kekehan kecil.

Sudah hampir 20 menit mereka
Berada di jalanan. Untung saja ia bebas dari kemacetan Jakarta. "Huh, akhirnya nyampe juga" gumam Naura, mereka keluar dari mobil putih tersebut lalu berjalan menuju pintu rumah tersebut.

"Assalamualaikum" ucap Naura dan Devano.Sambil mengetuk pintu rumah tersebut.

"Waalaikumsalam" jawab orang yang berada di dalam rumah lalu membuka pintu perlahan.

Reva, yup dia adalah ibu Putri. Reva, berjalan diikuti Naura dan Devano.

"Mau makan dulu?" Tanya Reva sambil duduk di ruang tamu.
"Gak usah deh" jawab Naura cepat. "Aduh bunda perut aku keroncongan" ucap Devano lalu mendapatkan pelototan dari Naura.

"Ehh, gak usah bunda. Devano MODUS" jawab Naura dan menrkan kata Modus. Kalo sudah ditanya mau makan, Devano gercep.

"Enggak kok aku gak modus" jawab Devano cengengesan. "Nggak usah bunda. Devano udah makan tadi." Ujar Naura disertai senyumnya.

"Ohya klo Devano modus kasih hukuman aja Nau" jahil Reva, membuat Naura tersenyum sinis. "Hukumannya adalah..."

- to be continued -

Hanya Dia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang