1.3

719 84 2
                                    

Author's POV

Hermione terdiam dalam pelukan Draco. Hazelnya menatap danau hitam yang memantulkan cahaya bulan. Rasa gundah tiba-tiba hinggap dalam kalbu. Akankah ia sanggup tanpa Draco?

Air mata perlahan jatuh membasahi pipi. Wajah Draco yang pucat dengan mata melotot kembali terbayang. Bagaimana ia meraung dengan keras saat itu. Dan bagaimana ia tak bisa menghadiri pemakamannya karena status darah.

Aroma lelaki platina itu sangat memabukkan. Hermione akan betah sepanjang malam dalam posisi ini tanpa bergerak. Sedikit ia melirik wajah pucat khas pureblood milik Draco, begitu tenang. Kelopak mata yang terpejam seakan mengundang Hermione untuk mengecupnya.

Cup

Ia tak bisa menahan lagi. Draco membuka mata menatap gadisnya. Dalam keadaan seperti ini ia tak dapat melihat jejak air maya yang telah gadisnya hapus.

"Kau menggoda ku eh?"ia menyeringai.

Hermione tergagap mendapat pertanyaan yang begitu menyebalkan, "Aku tak menggodamu Malfoy, aku hanya-" ia terdiam. Draco mendaratkan bibirnya menutup mulut gadis Gryffindor. Selama beberapa saat mereka tetap pada posisi ini. Tak menghiraukan jam malam yang sebentar lagi akan berakhir.

Bagi Hermione, ingin rasanya ia membuat waktu berhenti berputar untuk menghabiskan malam berdua bersamanya.

"Malfoy,"bisiknya.

Pria itu mengangkat alis lalu menyeringai. Satu hal dibenak Hermione, mengapa Sang pangeran Slytherin selalu menyeringai?

"Apa yang akan kau lakukan jika aku mati terbunuh oleh You-know-who?"

Ferret tersenyum sembari mengelus rambut semaknya. "Aku akan kembali ke masa lalu dan mencari cara supaya kau tidak mati."

Hermione mengecup bibir Draco singkat sebelum memeluknya erat. Ia hanya ingin menikmati moment terakhir ini. Asalkan Draco tetap hidup, ia akan rela menjauh darinya. Walau hal itu akan sangat menyakitkan.

Jam malam benar-benar akan berakhir dalam 5 menit. Mereke berdua memutuskan untuk kembali ke asrama masing-masing. Seperti biasa, Draco akan mengantarkan Hermione hingga pintu masuk Gryffindor dan pergi setelah memastikan ia benar-benar masuk. Malam ini pun tetap sama, kecuali satu hal yang berbeda.

Saat ini ia tengah berjalan menuju asrama Slytherin. Tanpa ia sadari seseorang dengan tongkat teracung mengikutinya dari belakang. Seorang wanita berambut semak yang tadi bersamanya.

Gadis itu mengayunkan tongkat dan membisikan sebuah mantra, "Obliviate."

Sesuatu terasa sesak di dada bersamaan dengan menghilangnya kepala platina di persimpangan. Air mata menetes di kedua pipi. Ia berlari kembali ke asrama Gryffindor. Langkahnya yang gaduh menyebabkan beberapa lukisan berdecak sebal karena merasa tidurnya terganggu.

Hermione mengabaikan anak-anak satu asrama yang tengah berkumpul menghabiskan malam. Bahkan ia mengacuhkan Harry yang terus saja memanggil. Yang ia inginkan saat ini hanyalah menangis di bawah selimut sehingga tak ada seorang pun yang tahu.

Ia sadar, hari esok akan sangat berbeda. Tahun ke-6 nya akan ia lalui dengan sangat berat tanpa seorang Malfoy.

Time TurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang