1.4

799 82 5
                                    

Hermione berjalan di lorong Hogwarts menuju kelas Transfigurasi. Tiga buku besar ia peluk sekaligus untuk menutupi matanya yang bengkak. Sedari pagi ia tak memperdulikan teman-temanya, bahkan Ginny dan Harry.

Moodnya hancur. Ia butuh waktu beberapa pekan untuk terbiasa dengan semuanya. Sebuah dengusan keras ia luncurkan saat melihat Lavender yang terus saja mencari perhatian Ron.

Beberapa Slytherin telah tampak berkumpul di kelas. Tapi rambut platina itu tak kelihatan sama sekali. Apakah dia bolos? Mungkin lebih baik begitu, sehingga ia tak perlu melihat wajahnya.

Namun harapannya pupus saat melihat laki-laki berwajah pucat bersetelan serba hitam. Semua akan mengakui bahwa ia tampak berwibawa dan menggiurkan. Tatapan sinisnya tertuju pada semua Gryffindor. Ia sangat membenci Gryffindor.

Saat mata abu-abu nya tak sengaja bertemu dengan hazel Hermione, ia segera mengernyit dan mengalihkan pandangan. Seakan-akan Hermione adalah sesuatu yang paling menjijikan di dunia.

Gadis Gryffindor menarik nafas lalu menahanya. Berusaha untuk tidak menerjang dan memaki Pansy Parkinson yang menempel terus kepada Malfoy. Ia tidak fokus. Bahkan penjelasan Prof. McGonaggal tidak ia perhatikan.

"Miss Granger?"

Semua orang seakan menoleh ke arah Hermione. Ia tak mendengar apapun kecuali namanya yang di sebut. Melirik Malfoy sekilas menjadi pilihannya. Tidak. Pria itu bahkan tak menoleh sedikitpun. Dirinya malah asyik bercanda dengan Pansy.

Hermione masih tak bersuara. Harry sedari tadi menyenggol lenganya. Sementara Ron menatap dengan raut wajah super bingung.

"Apa kau sakit?"tanya Prof. McGonaggal. "Kulihat sedari tadi kau tidak fokus. Sepertinya lebih baik kau pergi menuju Hospital Wings."

Gadis itu mengangguk dan beranjak pergi. Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah dia tidak fokus dalam pembelajaran. Ia terus saja berjalan. Bukan menuju Hospital Wings seperti saran professor nya. Melainkan menuju perpustakaan. Owh ayolah ia tidak sakit, dan buku akan memberikan efek obat lebih manjur.

Tanpa ia sadari di belakang sana seorang berambut Platina mencolok berjalan mengendap mengekori. Sesungguhnya ia merutuki diri sendiri mengapa harus mengekori seorang Mudblood.

Mungkinkah ia khawatir? Mustahil.

Ia sembat berdecak kesal sebelum akhirnya berjalan lebih cepat karena Hermione berbelok menuju perpustakaan. Tunggu, perpustakaan? Bukankah ia harus ke Hospital Wings?

Malfoy tersentak saat gadis yang ia untit berdiri hanya beberapa senti di depanya. Kedua tangan ia lipat di dada. Gestur tubuh nya seakan meminta penjelasan mengapa ia menguntitnya.

"Aku tak mengikuti mu Granger!" desis Malfoy.

Hermione memutar bola mata, "Aku tak mengatakan apapun Malfoy! Responmu membuatnya semakin kentara bahwa kau memang benar mengikuti ku."

Pria itu mundur beberapa langkah. Membenarkan seragamnya yang sedikit geser lalu pergi begitu saja. Benarkah seorang pureblood dipermalukan oleh darah lumpur? Ini salahnya mengapa harus mengikuti gadis semak itu.

"Granger," Malfoy menoleh menatap Hermione lekat. Ia berhenti sejenak seakan memikirkan apa yang hendak dikatakan. "Kau tidak buta bukan? Itu bukan jalan menuju Hospital Wings."

Gadis itu diam saja. Masih menatapnya dengan raut menyebalkan. Malfoy sedikit tergagap, "A- aku ha- hanya, lupakan saja. Jangan berpikir aku peduli. Aku hanya akan memperingatkan mu bahwa Gryffindor sialan bisa dikurangi 10 poin karena dirimu."

Rambut semak diam. Sesungguhnya ia menahan tawa dengan ekspresi Malfoy. Pria itu berbalik dan berjalan dengan sangat cepat. Bahkan nyaris berlari kecil. Yang ia pikirkan saat ini adalah segera pergi menjauh.

Hermione memegang dadanya setelah kepergian Platina. Ia terduduk lemas. Bagaimana ia bisa bertahan jika Malfoy masih bersikap seperti itu? Ia merasa tidak gagal dalam melancarkan mantra penghilang ingatan. Tapi bukan berarti hal itu bisa menghilangkan rasa bukan?

"Maafkan aku Malfoy," bisik Hermione.

Time TurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang