[12.]

390 47 15
                                    

Sore itu, hujan kembali turun dengan derasnya. Membuat Jinho menggerutu. Tidak, tidak ada siapapun yang bisa di hubungi.

Shinwon tidak memiliki jadwal kuliah dan sibuk kerja sambilan di cafe. Yuto sedang menjadi korban kakaknya dalam tiga hari terakhir ini, sebagai model untuk rancangan pakaian baru sang kakak. Hyunggu? Sedang kencan adik-kakak. Hui juga tidak bisa diganggu, dirinya sudah sangat sibuk sejak beberapa hari kemarin. Hongseok? Sudah beberapa hari ini dia disibukkan dengan berbagai macam tugas.

Hanya ada dua pilihan yang tersisa,
Menunggu hujan reda,
Atau meminta tolong kepada Wooseok.

Jangan salah paham, Jinho bukannya tidak mau. Namun, dirinya juga Wooseok masih sangat canggung semenjak Jinho mengetahui bila pemuda jangkung itu diam-diam menaruh perasaan padanya.

Dengan rasa yang masih kesal, Jinho kembali memasuki gedung kampus dan terduduk di tangga. Bahkan dirinya tidak ada niatan untuk pergi ke perpustakaan atau sekedar duduk di kursi yang sudah di sediakan di setiap lorong.

"Jinho hyung?"

Jinho yang sedang melamun hanya bisa mengumpat kecil di dalam hatinya, melihat Wooseok berada di belakangnya dengan beberapa barang di tangannya. Anak ini memang selalu berkeliaran dari gedung satu ke gedung lain, ya?

"Ah, Wooseokkie! Kebetulan, apa kau punya payung?" Tanpa basa-basi, Jinho segera beranjak dari duduknya dan menghampiri pemuda jangkung itu.

Wooseok terdiam, "eh, ah... Hanya ada payung ini. Kalau hyung ingin menggunakannya tidak apa," sebuah payung hijau diberikannya kepada Jinho. 

Jinho tersenyum sumringah, akhirnya rasa kesalnya terusir begitu dia memikirkan kalau dirinya bisa pulang dengan cepat menuju rumahnya. Setelahnya Jinho menatap Wooseok yang masih terdiam di hadapannya, "oh iya, kalau payungnya aku pakai, bagaimana kau pulang?" 

Wooseok menggidikkan bahunya. Dari hal itu, Jinho sudah tau apa jawaban yang akan di berikan pemuda itu. "Aku bisa menunggu hujan reda di kantin, yang penting hyung bisa cepat pulang, 'kan?"

Jinho kembali tersenyum, "besok akan aku kembalikan!"

.

-- yeo-yeoboseyo? Ani geuge anira! Ani jeo geuge a, a ani geuge anira!
Neo jigeum danghwanghaesseo.

Jinho yang baru saja merebahkan dirinya di atas kasur dengan segera mengambil ponselnya yang berada di atas meja nakas. Awalnya tidak ada niatan sama sekali untuk mengangkatnya, tapi begitu melihat display name, Jinho segera terduduk.

Pip!

"Halo?" Jinho segera menjawab telepon itu. Rasanya benar-benar senang ketika mengetahui pemuda itu menelponnya ditengah hujan yang deras. 

"Halo, hyung! Mau makan di luar? Aku akan menjemputmu kalau kau mau,"  Pemuda dari seberang sana menyahut.

Senang? Tentunya. Mungkin ini sudah kali ke empatnya dia diajak bertemu bersama dengan pemuda itu di luar kampus. 'Sudah seperti kencan saja,' kalimat itu terngiang di kepalanya.

Anggukan kecil menjadi respon awal pemuda Jo itu, sebelum dirinya sadar bila dia sedang berada di sambungan telpon. "Hm, baiklah! Akan aku tunggu di rumah." 

"Aku akan menjemputmu, sampai nanti, hyung!" Mendengar jawaban itu, Jinho dengan segera mematikan ponselnya.

Bolehkah dia berteriak dengan lantang sekarang? Untuk melampiaskan kebahagiaannya? Padahal dirinya sendiri sadar bila dirinya dan pemuda itu masih belum memiliki status apapun selain teman, tapi entah kenapa pikirannya terus mengatakan bila mereka kini tengah berkencan.

"Aish, kalau Hongie tidak maju duluan, aku saja yang maju!"

.

Tatapan tajam di dapatkan oleh pemuda itu begitu dirinya menutup ponsel, tatapan penuh penghakiman dari pemuda manis yang duduk tidak jauh darinya.

"Bagaimana? Kau mau langsung pergi?" Yuto duduk di sebelah pemuda manis itu, bertanya kepada Hongseok yang masih memancarkan senyuman anehnya sejak satu menit yang lalu.

Yang ditanya segera bangkit dan mengangguk, "ya. Sepertinya begitu," Hongseok menatap pemuda manis yang masih nampak menghakiminya, "Hyunggu, ada apa?"

Yuto mengalihkan atensinya kepada Hyunggu, melihat kekasihnya nampak tidak rela melihat Hongseok menelpon Jinho. Demi apapun, Hyunggu sangat ingin membanting Hongseok.

"Ugh-- bagaimana playboy seperti dia boleh mendapatkan hati seorang Jinho hyung?! Sumpah, aku lebih ikhlas melihat Jinho hyung bersama Wooseok daripada bersama mahluk halus seperti dia!" Hyunggu protes. Tidak mau sahabatnya itu menangis lagi akibat mahluk halus yang membohonginya.

Entah kenapa, Hongseok merasa kesal. Dirinya balas menatap Hyunggu, "yak! Siapa yang kau panggil mahluk halus?! Yang merupakan mahluk halus itu adalah Wooseok, dia menjadi orang ketiga yang selalu berada disekitar kami berdua!"

Yuto yang berada di tengah argumentasi antara kekasinya juga kakak kelasnya, hanya bisa terdiam untuk sesaat.

"Ekhem," suara beratnya membuat kedua insan dengan emosi yang meluap-luap itu menatapnya sejenak.

"Hongseok hyung, kalau kau ada janji dengannya, segera jemput. Kino-ya, kamu mau kekamarku saja? Agar tidak berurusan dengan mahluk halus ini?"

Hongseok mencibir kearah Hyunggu yang semakin melekatkan diri kepada pemuda di sebelahnya. Sialan, kalau saja Hyunggu tidak malas, dia benar-benar sudah bangkit dari duduknya dan akan menghajar pemuda itu.

"Ck, kau--!"

Belum sempat Hyunggu bangkit, Yuto sudah memeluknya agar dia tidak melanjutkan niatan brutalnya terhadap Hongseok.

Hongseok sendiri kembali mencibir, "cih, sensitif sekali! Dah, aku pergi kencan dulu!" Dengan senyuman meledek, Hongseok pergi.

Yuto menyahut kecil, masih menahan agar pacarnya tidak menyerang Hongseok kala itu juga.

"Yup, hati-hati hyung! Semoga berhasil!"

Blam!

Pintu depan rumah itu dibanting, begitu mendengar suara mesin mobil dihidupkan dan mulai terdengar menjauh, barulah Yuto melepaskan Hyunggu yang masih emosi.

"Yak! Kenapa kau sangat mendukung Hongseok itu?! Dia hanya seseorang yang suka memainkan perasaan orang lain!" Hyunggu masih melanjutkan protesnya.

Yang lebih tua menunduk, menatap Hyunggu yang hendak kembali meledakkan emosinya.

Cup.

Kecupan kecil mendarat dibibir Hyunggu, membuat pemuda itu terdiam. Tanpa di sadari wajahnya mulai merona.

"Ish, kak Hyunggu, bilang saja ingin di ajak kencan juga! Kau juga ingin di ajak pergi keluar dan berpacaran di tengah dinginnya hujan, iya kan?" Adiknya, Minju, muncul dari salah satu kamar.

Taklama suara tawa ringan menyusul, "Yuto, ajak kekasihmu keluar! Aku rasa dia iri karena belum kencan denganmu selama tiga hari ini," Akari, saudari Yuto, ikut memunculkan dirinya dari salah satu kamar.

Yuto menoleh sebentar dan kembali menatap Hyunggu, "...kamu mau jalan bareng? Ya udah, ayo--"

"--Minju, Akari! Sialan kalian berdua!" Hyunggu mengumpat, disembunyikan wajah merahnya di balik dada bidang sang kekasih.

"...Hm, ayo kencan," Hyunggu kembali berbicara. Namun dengan suara yang cukup bisa didengar oleh Yuto.

Yuto tersenyum, "oke, aku akan bersiap."

-----

A/n :
Mpsh udh dapet asupan JinHongseok, ujung-ujungnya nulis YuKi.

Thx for vomment!
Gtw mo bilang apa lagi soalnya:)))

[1.✔] Him ▪ Pentagon [JinHongseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang