Sore itu cuaca tidak bersahabat, membuat mood pemuda Jo menurun drastis. Kenapa? Karena hujan biasanya akan digunakan sebagai kesempatan untuk modus oleh banyak orang. Mungkin juga Hongseok, siapa tau?
Jinho terus menghentakkan kakinya pelan, menggerutu di dalam hatinya. Kenapa jarak perpustakaan kampus dengan kelasnya haruslah jauh?
"Jinho hyung?" Suara berat mengejutkannya.
Wooseok, pemuda itu memegang sebuah payung juga sebuah tote bag. Entah siapa pemilik barang itu, tapi yang pasti Jinho sangat beruntung bertemu dengan Wooseok.
Budak tercintanya.
"Wooseok! Pas sekali. Bisa kau antarkan aku ke perpustakaan? Aku ada janji dengan junior di sana," Jinho memberikan senyum ramah miliknya. Wooseok menggidikkan bahunya, "baiklah. Biar aku taruh barang ini di salah satu kelas terlebih dahulu. Pemiliknya meninggalkan barang ini sembarangan, huh!"
Tentu saja Jinho senang ketika Wooseok tidak membantah perintahnya seperti saat ini. Biasanya pemuda yang satu itu akan terus menggerutu bahkan saat membawakan barang milik Jinho.
Hari ini berbeda dari hari lainnya.
Wooseok tidak memperdebatkan apapun. Ransel milik Jinho dibawanya, begitu juga dengan buku yang awalnya memenuhi tangan Jinho. Payung di pegangnya untuk melindungi dirinya juga sang kakak tingkat agar tidak kebasahan. Benar-benar tidak ada satupun perkataan protes yang keluar dari mulut pemuda jangkung itu.Tap.
"Terimakasih Wooseok-a. Tumben sekali kau tidak menggerutu seperti biasanya?" Jinho bertanya seraya hendak mengambil kembali barang yang di bawa oleh pemuda jangkung di hadapannya.
"Ah? Um, ya. Aku tidak terlalu ingin membuang tenagaku untuk mempersalahkan hal kecil-- Tidak, hyung. Biar aku saja yang bawa," Wooseok menjawab. Tangannya sibuk mengangkat barang juga menaruh payung yang sudah basah akibat hujan deras. "Akan aku bawakan sampai kau menemukan buku yang mau kau baca," Wooseok kembali berujar.
Jinho menggelengkan kepalanya, "tidak. Biar aku saja. Lagi pula aku hanya akan berada di perpustakaan sebentar, setelahnya aku akan pergi bersama temanku."
"Teman?" Wooseok menatap Jinho, yang lebih tua mengangguk. "Ya, teman. Namanya Yang Hongseok," jawaban diberikan oleh Jinho.
Mata pemuda Jung tersebut membulat. Rasa tidak percaya juga kesal mulai mengusai dirinya. Batinnya mulai berbunyi, memperdebatkan sisi baik maupun sisi buruk seorang Yang Hongseok.
'Dia itu seorang player! Hyung bisa di celakakan begitu saja. Aku tidak dapat membiarkan hal ini!'
'Ah, tidak. Mereka hanya akan pergi ke toko buku. Mana mungkin Hongseok akan melakukan hal buruk kepada Jinho hyung?'
'Tentu saja dia akan melakukan hal buruk kepada Jinho hyung! Apa yang aku pikirkan?! Hongseok itu termasuk pemuda brengsek. Tidak, Jinho hyung tidak boleh pergi dengannya!'
"Wooseok?"
Suara lembut dari Jinho membuat Wooseok tersadar. Seluruh pemikiran baik maupun buruk dilenyapkan olehnya untuk sementara waktu. Bukan berarti dia sudah tidak cemas.
Wooseok memberikan senyuman canggung dan melangkahkan kakinya kedalam perpustakaan. "Dimana dia, hyung?" Wooseok bertanya, bertingkah layaknya ia tidak mengenali Hongseok yang sudah jelas sangatlah terkenal seantero kampus.
Jinho menggidikkan bahunya. Jemari kecilnya mengetik dengan cepat di gawai yang digunakannya. Tidak perlu waktu lama, pemuda bertubuh kecil itu segera berjalan menuju tempat pertemuannya. Diikuti oleh Wooseok yang menggerutu di dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.✔] Him ▪ Pentagon [JinHongseok]
Fanfiction"It's all about him." Ini semua kisah tentang dia, Yang berjuang untuk mendapatkan hati seseorang yang disukainya. . . . . . . Warning : - B x B - [Probably] Harsh-words - [Probably] Out of Character Baru pertama kali ngetik dan publish cerita di W...