Sore itu cuaca tidak menentu, langit gelap mendung tapi tidak setetespun rintik hujan yang jatuh. Suasana dingin, tapi tidak ada air hujan yang menyentuh bumi. Membuat Jinho menjadi ragu.
Haruskah dia pulang?
Atau menunggu?Sudah kurang lebih setengah jam pemuda itu duduk, membaca buku, di Library Cafe tempat perjanjiannya dengan Hongseok. Sekedar membantu pemuda itu mengerjakan tugasnya, sebagai hutang budi karena sudah mau mengantarnya pulang selama lebih dari seminggu.
Helaan nafas dikeluarkannya. Novel yang dibacanya terus berganti halaman, berganti kisah, berganti tokoh, tapi sampai novel itu hendak habis dibacanya, sosok pria gentle itu belum juga datang.
Ini yang paling di benci Jinho. Hal yang paling tidak dia sukai ketika sudah mempercayai seseorang.
Dia tidak suka di tipu,
Tidak suka di bohongi.
Tidak suka menunggu terlalu lama,
Tidak suka menaruh harapan lebih kepada seseorang.
Dan bodohnya dia malah melakukan sebaliknya.Semenjak bertemu dengan pemuda Yang itu,
Dia semakin terbuka, semakin tulus.Ini salah, ini tidak seperti dirinya yang selalu membenci hubungan apapun.
Hanya seorang Hyunggu yang bisa dipercayainya, dan sekarang dia malah menunggu dan mempercayakan orang yang baru saja dia kenal secara dekat selama tiga minggu terakhir.
Merutuki dirinya, memang sudah terlambat, tapi dia benar-bebar menyesal. Kenapa dia harus mempercayai pemuda Yang itu?
.
Jinho mendengus sebal, meringkuk di sofa dengan selimut peach untuk melindungi tubuhnya. Matanya sembab akibat menangis terlalu lama.
'Dia tidak pantas untuk di tangisi seperti itu, Jinho.'
Matanya menatap kosong kearah televisi yang menampilkan beragam drama dan adegan. Wah, suasananya sangat mendukung pemuda Jo ini untuk kembali menangis.
"Hyung, makanlah dulu," Hyunggu memberikan semangkuk sup rumputlaut juga nasi. Cemas dengan keadaan sahabatnya.
Kembali dia menuju ke dapur, "sudah aku bilang jangan mempercayakan orang seperti dia. Sudah di peringati malah melunjak!" Hyunggu menggerutu.
Jinho semakin kesal, tapi semuanya dipendam olehnya.
Yuto yang berada disana menjadi bingung dan rasa ingin tau menjalar ke otaknya. "Hm, jadi Yang Hongseok ini membuat perjanjian tapi tidak menepatinya?" Dia bertanya, seolah tidak mengenali siapa Hongseok. Padahal dia berteman dekat dengan anak pengusaha Yang itu.
Hyunggu mengangguk sebagai balasan.
"Aku bodoh, kenapa malah menunggu?" Jinho bermonolog sambil terus menyuap makanan dihadapannya.
Terkekeh pelan, Yuto kembali sibuk menata peralatan dapur. Dia sendiri tidak tau kemana perginya Hongseok. Mengetahui Hongseok tidak menepati janjinya sebenarnya lumayan aneh, pasalnya pemuda itu selalu menepati janjinya.
.
"Baiklah, aku akan mengurusnya sebentar lagi." Anak bungsu pemilik perusahaan BlueSuit itu melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya begitu dirinya selesai bertatap mata dengan salah satu klien. Sesak bila seharian penuh harus berpakaian formal. Dia sangat membencinya.
Matanya tertuju kepada ponsel miliknya. Tangannya sudah gatal ingin memainkan gawai itu, tapi terus dikurungnya niatan itu. Memang dia meraa bersalah karena tidak memberitahukan perihal dirinya yang tidak dapat menepati janji kepada Jinho akibat ada tanggung jawab lain yang harus di pegangnya.
Memang bertemu dengan Jinho suatu hal yang besar dan penting baginya tapi, maaf, urusan perusahaan ayahnya jauh lebih penting saat ini.
Seorang pria yang sekiranya lebih tua tiga tahun darinya muncul dari balik pintu, memberikan tatapan lembut kepada sang adik. "Ini, aku membuatkanmu makan siang. Bagaimana pekerjaannya? Kalau kamu tidak bisa mengatasinya sendiri, bilang kepadaku Hong. Jangan membebani dirimu sendiri," pria itu, Junseok, menaruh sebuah kotak bekal di meja kerja Hongseok dan berlanjut untuk mengelus kepala si adik.
Hongseok menepis pelan tangan kakaknya, "jadi bagaimana keadaan ayah sekarang?" Hongseok mengalihkan topik, menggunakan kembali kacamata yang sempat di lepasnya saat bertemu dengan klien tadi. Jun masih memperhatikan Hongseok, "sudah berangsur pulih. Tapi masih tidak di izinkan untuk bekerja terlalu keras. Perusahaan di Singapura juga tidak memiliki kendala, sih," Junseok terus fokus memperhatikan Hongseok yang lihai dalam membaca beberapa berkas.
Tentu saja Jun tau perihal Hongseok yang mengorbankan kencannya demi memegang perusahaan ayahnya yang berada di Korea agar terus berjalan lancar dengan para klien yang lain. Dia tau hal itu berat untuk adiknya.
"Jadi kau sudah memberitahukan crush-mu perihal kau yang harus bekerja?"
Melihat adiknya, Jun sudah tau,
Bahwa tidak lama lagi Hongeok harus memulai membangun kepercayaan pemuda yang disukainya dari awal kembali.'Ya tuhan, kenapa adikku bodoh sekali...'
-----
A/n :
...apa fungsi aku naruh tulisan slow update kalo aku update jaraknya 4-6 hari? Wwwww.
Oh iya, ini mending aku bikin spin-off YuKi tidak? 👀
Percuma nanya sih soalnya udh ada di draft h3h3Thank you for vomment, always support Pentagonies!! UwU))
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.✔] Him ▪ Pentagon [JinHongseok]
Fanfic"It's all about him." Ini semua kisah tentang dia, Yang berjuang untuk mendapatkan hati seseorang yang disukainya. . . . . . . Warning : - B x B - [Probably] Harsh-words - [Probably] Out of Character Baru pertama kali ngetik dan publish cerita di W...