💫 Chapter 11 💫

739 36 5
                                    

*90% chapter ini isinya jirose momen*

Happy reading!❤️

--------------------------------------------------------

Rose dan jimin sekarang berada di mobil jimin.

"Ga perlu sih lo nganterin gue.." ucap rose saat jimin sudah menghidupkan mobilnya.

"Kenapa ga bilang dari tadi? Pas udah berangkat aja baru bilang" jimin sedari tadi bete. Rose pun menatap wajah jimin yang bete itu.

"Kenapa sih lo? Bete mulu dah" jimin mengendus kasar lalu ia sesekali menatap mata gadis disampingnya itu sambil berkendara.

"Nama aku itu ..."

"Jimmy kan?" Potong rose dengan senyuman polosnya. Membuat jimin naik darah.

Ia pun kembali menatap rose dengan wajah merahnya. "Nama gue jimm-"

BRUUKK

Jimin terkejut saat melihat kedepan ternyata ia telah menabrak mobil di depannya dengan sangat keras.

Wajahnya berdarah, jimin pun melihat ke arah rose yang pingsan dengan wajah berlumuran darah.

*Karna rose engga pake sabuk pengaman sedangkan jimin pake ya*

"ROSE! YAA! PENDEK! EH ROSE BANGUN!!" Jimin meneriaki rose sambil mengguncang guncangkan tubuhnya jimin lalu langsung keluar dari mobil tersebut dan beralih ke bangku rose.

Jimin membuka pintu mobil bangku rose lalu menggendongnya ala bridal-style.

Tiba-tiba seorang laki laki kelar dari supermarket dan meneriaki jimin.
"YAAA!! KAU! MOBILKU RUSAK! GANTI RUGI!" Jimin melemparkan kartu namanya pas di tangan pria tersebut.

***

Di rumah sakit jimin terlihat sangat cemas, tentang gadis yang tidak tau namanya itu.

Jimin menunggu rose di luar ruangan operasi. Jimin tidak mengerti hanya saja dokter menyarankan agar rose di
operasi dengan jimin sebagai wali.

'sebagai suami pasien'

Ya, jimin terpaksa melakukan itu agar gadis itu dapat mendapatkan pertolongan dengan cepat, juga jimin masih tidak mengetahui keluarga rose karna rose tidak membawa ponselnya.

Hari sudah berganti malam jimin masih bersedia menunggui rose. Sampai seorang dokter akhirnya keluar dari ruangan tersebut.

"Dokter dia masih hidupkan?!" Ucapan itu yang terlontar di mulut jimin. Dokternya hanya terkekeh lalu menjawab.

"Istri anda sudah saya tangani, rose memiliki hanya memiliki cidera ringan pada wajahnya. Dan juga mengalami shock. Kini kami akan memindahkan pasien ke ruangannya. Apakah anda sudah membayar biaya rumah sakit?" Tanya dokter diakhir penjelasannya

"S-sudah dok, jadi.. boleh saya melihat ros- ah maksud saya, istri saya?" Jimin dengan gugup. Lalu dokter tersebut menujukan ruangan rose.

"OMO CHAGIYA!" Jimin mendekati rose sambil berakting khawatir sambil menunggu dokter tersebut keluar.

DUG

Sebuah tangan menampol jimin. "AW"
jimin kemudian melihat ke arah rose yang sudah bangun namun masih lemas.

"Pabo!" Ejek rose. "Ya kau yang pabo! Kenapa kau tidak menggunakan sabuk pengamanmu?!" Serbu balik kepada rose.

"Ya aku juga manusia yang punya kelemahan 'LUPA' OKEY?!" Rose dengan mata berapi-api.

Jimin hanya mengelusi dadanya. "..sabar jimin.. cewe selalu benar.." gumamnya yang dapat didengar gadis yang berada di tempat tidur pasien itu.

"Aish! Sekarang aku jadi lupa ingin bertanya apa!" Rose marah sendiri.

"YA kau itu nenek-nenek yang menjelma menjadi perempuan 19 tahunan ya? Dasar pikun!" Jimin menampol jidat rose tanpa sadar.

"AWW!!" Rose berteriak. Jimin lalu bangkit dari tempat duduk dan mengecek dahi rose dan meniupinya.

"MAAF! SENGA- ENGGA SENGAJA"

***

"Huh.. aku benci rumah sakit tanpa temanku" gumam rose. Yang membuat jimin yang tadinya ingin tidur jadi kembali terbangun.

"Tidur saja! Ini sudah jam 11 malam" jimin dengan malas menyuruh rose tertidur.

"Wait- kenapa kau tidur disini?" Tanya rose heran, untuk apa juga jimin menunggui rose hingga tidur disini.

"K-karna.. gaada yang nungguin lo!" Seru jimin membela diri.

"Kan aku bisa telfon tem- LAH HPKU KETINGGALAN!" Seru rose

"Jimmy pinjem hp dong.." jimin kembali dibuat marah oleh perempuan di depannya ini.

"JIMIN OKEY?!" Ucap jimin lalu merogoh kantongnya dan mebgeluarkan ponsel berwarna hitam memberikannya kepada rose.

Rose mengambil hpnya. "Uh.. gaada pasword huh?" Rose laku mengetik nomor dari jisoo.

"Thank you jimmy" ejek rose dengan sengaja. Membuat jimin hampir berkata kasar namun tidak jadi karena ia sudah menelfon.

"Hai jis.. gue dirumah sakit nih.."  dengan suara yang rose manipulasi menjadi sangat lucu. Membuat jimin ingin muntah.

"Pengen muntah.. dimana?" Jawab jisoo yang rose speaker. Membuat jimin tidak bisa menahan tawanya.

"Rumah sakit MMC" sahut rose dengan wajah masam.

"Lah sama siapa neng mawar?! Kaya ada laki" rose kemudian terkesigap.

"5mnt sampe"

"Ya rumah gue jauh bodo-"

***

Jisoo sampai di rumah sakit MMC sesuai dengan yang di katakan rose tadi, jisoo pikir bahwa rose tidak terlalu sakit dari gaya bicaranya jadi jisoo tidak perlu bertanya kenapa gadis itu ada di rumah sakit.

Setelah sampai jisoo pergi ke front office lalu bertanya "kamar park chaeyoung dimana ya?"

"Lantai 5 nomor 125, perlu saya antar?"

"Oh.. engga perlu deh, makasi ya mbak" jisoopun menuju lift dan menyentuh nomor 5 pada elevator tersebut.

Saat menunggu, lift tersebut berhenti di lantai 3. Lalu pintu terbuka dan menampilkan seorang pria dengan jubah dokter, ia tersenyum ke pada jisoo dan memasuki lift tersebut.

Keadaan didalam sana sangat sunyi sampai pintu tertutup. Pria itu tanpak terus menatap jisoo hingga risih.

Jisoo pun membalikkan badannya dan menatap pria tersebut dengan kemarahan. "APA KAU LIAT-LIAT! MESUM" namun pria itu malah tertawa dan mengingatkannya pada seseorang.

"Kim jisoo?"

"Kau?.. Kim seokjin?!"

© SsummerBearr

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stockholm Syndrome || LiskookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang