Percakapan itu dimulai ba'da Isya.
Dia berkata, "Menyebalkan, berisik sekali nyamuk ini terbang di dekat telingaku."
Kawannya menyahut, "Alhamdulillah.''
"Ini lelucon bagimu? Dari tadi aku menepuk nyamuk itu dan tak satu ekor pun yang mati. Mengapa nyamuk sekecil itu membuat mataku kesulitan untuk mengetahui dimana keberadaannya, hanya suara berisik yang kudengar."
"Alhamdulillah."
"Bagian mana yang kau syukuri dari suara berisik ini?"
"Alhamdulillah. Nyamuk yang kecil membuat matamu kesulitan untuk mengetahui keberadaannya."
"Aku tak mensyukurinya. Ketidakmampuanku untuk membunuh nyamuk membuatku lebih emosi."
"Alhamdulillah. Kau emosi dengan nyamuk kecil."
"Berhentilah mengucapkan Alhamdulillah, karena tak ada yang pantas disyukuri dari seekor nyamuk."
"Alhamdulillah, nyamuknya kecil membuatmu emosi."
Dia berpikir sejenak lalu berucap, "Alhamdulillah, nyamuknya kecil. Alhamdulillah, jika nyamuk sebesar kecoa, suaranya mungkin seperti blender. Alhamdulillah, aku emosi pada nyamuk kecil, andai nyamuk itu besar kemungkinan aku tak dapat marah, karena aku telah mati kehabisan darah. Alhamdulillah."
"Ya, Alhamdullillah kau tak mati kehabisan darah."
___|||___
#selfreminder

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekelumit Kisah
Cerita Pendek"Kamu tak tahu oleh sebab apa rahmat-Nya akan datang padamu, mungkin sebab sabarmu, senyummu, tulisanmu. Kamu tak tahu. Maka dari itu lakukanlah kebaikan meski hanya menyingkirkan batu di jalan." Inilah sekelumit kisah menyambut kata tamat, semoga m...