04 : Arion Kalandra Adipura

62.3K 7.2K 210
                                    

Sesuai janjiku dengan Inggrit, hari ini aku menjemput Inggrit di toko kue miliknya. Inggrit mengabariku bahwa dia harus mengurus toko kue sebentar karena harus ditinggal untuk beberapa hari. Dia menginfokan bahwa menitip toko kue untuk diawasi oleh Mami selama kami pergi ke Bogor.

"Mami lo nggak papa nih gue nggak pamit dulu?" tanyaku pada Inggrit saat dia masuk ke dalam mobil.

Inggrit melihatku sekilas sambil menarik sabuk pengaman yang sedikit keras. Aku mendekat dan mengambil alih sabuk pengaman Inggrit, membantunya menarik dan memasangkan sabuk pengaman tersebut dengan benar. Aku dapat mencium wangi parfume Inggrit yang seperti bau susu, terkesan manis.

"Mami belum datang. Masih di rumah Aunty Dea, nanti agak siang baru ke sini," jelas Inggrit yang aku angguki paham.

Aku melihat Inggrit yang hanya membawa satu buah ransel, aku kira dia akan membawa paling sedikit satu buah koper berukuran sedang. Ternyata Inggrit tipe perempuan yang bisa diajak untuk backpacker-an.

Aku pun mulai mengendarai mobil menuju Bandung dengan santai, tidak begitu mengebut karena ini sedang hari kerja. Semalam Inggrit sempat bertanya padaku melalui chat, dia bertanya apa aku tidak bekerja hari ini. Aku memberikan alasan bahwa aku sedang mengambil cuti.

"Kenapa lo milih buat buka toko kue?" tanyaku penasaran dengan hal ini. Setahuku, Inggrit mempunyai posisi yang bagus di Saladin Group, tentunya gaji yang harus Inggrit relakan tidaklah sedikit.

Terdengar suara plastik kresek yang dibuka, saat aku melirik, Inggrit sedang mengaduk-aduk isi plastik putih berlogo mini market. Sepertinya Inggrit mengeluarkan teman mengunyah kami selama perjalanan.

"Gue suka makan kue," sahut Inggrit santai.

Sesederhana itu?

"Lo suka makan kue dan lo buka toko kue? Sesimpel itu?" tanyaku.

Inggrit menatapku sambil mengangguk dengan yakin. "Lo kerja di Adipura karena apa?" kini Inggrit bertanya kembali.

Setelah dipikir-pikir, Inggrit memang benar. Aku mendirikan Adipura Techno karena sangat menyukai game online. Aku juga sangat awar akan pentingnya teknologi di masa seperti ini.

"Gue suka main game," jawabku.

Inggrit menepuk tangannya semangat sambil berseru. "Nah! Itu lo paham perasaan gue. Jadi udah jangan banyak tanya," ujarnya membuatku tersenyum tipis.

Mobil kami masuk ke dalam kemacetan, kami belum masuk ke jalan tol dan sinar matahari sudah mulai sangat terik. Aku membuka laci dashboard mobil di depan Inggrit, mengambil kaca mata hitam yang ada di sana.

"Anjir! Sok kecakepan banget lo!" ledek Inggrit membuatku tertawa.

"Emang cakep kali gue," timpalku bangga.

Inggrit menggelengkan kepalanya sembari mengangsurkan keripik kentang yang bungkusnya sudah terbuka lebar ke hadapanku. "Nanti aja, nanti tangan gue minyakan. Males stirnya jadi licin," tolakku yang mulai melajukan mobil saat kemacetan mulai terurai.

"Manja banget sih lo!" cibir Inggrit yang tidak kusangka justru mengangsurkan dua keping keripik kentang yang disatukan. Dia menyuapiku dengan tangannya sendiri, jari panjang Inggrit yang putih membuatku sedikit kehilangan fokus.

Aku menerima suapan Inggrit, menggigit dan menghabiskan dua buah kripik kentang sekaligus di dalam mulut. "Ya lo kan harus peka lah sebagai pacar," ucapku membuat Inggrit mendengus.

"Pacar gadungan!"

Aku dan Inggrit kompak tertawa, setuju dengan label pacar gadungan yang disematkan Inggrit.

Pin On Top (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang