"Lo yakin sudah dicek semua?" tanyaku pada Angga yang wajahnya terdapat di layar laptop.
Angga mengangguk yakin. Saat ini kami baru selesai membahas mengenai masalah pengembangan sebuah game yang diberikan kepada perusahaanku. Menurut Angga, tim pengembang membutuhkanku karena mereka menumakan masalah yang cukup sulit. Posisi Angga merupakan wakilku dan orang kepercayaanku.
"Terus kerjakan sampai aku kembali. Dua minggu tidak akan lama," jelasku yang membuat Angga siap protes. "Jangan lupa jemput Daniela. Nanti kalau dia ngambek padaku, kau akan aku pecat," lanjutku mengingatkan Angga.
"Lo tuh ya. Gue ini bukan pacarnya Daniela! Gue punya pacar sendiri," pekik Angga tidak terima.
Aku tidak lagi mendengar Angga dan lebih memilih mematikan sambungan video call begitu saja. Aku memperhatikan orang sekitar yang sepertinya sibuk dengan urusan masing-masing. Saat ini aku berada di sebuah toko kue yang cukup modis dan keren untuk dijadikan tempat nongkrong.
Kumasukkan laptopku ke dalam tas ransel yang aku bawa. Seorang perempuan dengan tinggi semampai dan tidak terlihat cocok sebagai pemilik toko kue ini menghampiriku. Namanya Inggrit, dia cantik dan berusia matang. Untuk saat ini hingga dua minggu ke depan, status kami adalah berpacaran. Bersandiwara saja memang, tapi aku cukup penasaran dengan sosok Inggrit ini.
"Lo kalau Mami gue ngoceh ngangguk-ngangguk aja," pesan Inggrit.
Aku tidak menjawab dan hanya tersenyum tipis. Apa lagi tidak lama kemudian seorang perempuan cantik berdarah bule kental datang memekik histeris menyongsong Inggrit. Aku meringis pelan menyaksikan pertemuan alay tersebut, berapa lama ibu dan anak ini tidak bertemu?
Inggrit melotot padaku saat melihat aku tertawa tanpa bersuara. Dia melepaskan pelukan Maminya dan menatap Maminya dengan mata protes malu. "Bagaimana perjalanan Mami? Seharusnya semalam Mami langsung temui Inggrit saja," ujar Inggrit yang membawa Maminya lebih mendekat ke arah kursi.
Mata Mami Inggrit menatapku dengan penasaran, aku dengan sopa mengangguk dan menyalami tangan beliau sembari berkata, "Saya Arion Aunty. Pacarnya Inggrit."
Aku dapat menangkap raut kaget dari wajah Mami Inggrit. Beliau mendelik pada Inggrit, meminta anak perempuannya itu mengaku. Mungkin beliau sudah curiga dengan Inggrit, ibu mana yang tidak paham dengan tingkah laku anaknya sendiri bukan?
"Iya Mam. Arion ini pacar Inggrit," kata Inggrit dengan senyum manis.
Mami Inggrit duduk di kursi dengan tangan terlipat di depan dada. Dia menatapku dan Inggrit bergantian. "Senang bisa bertemu Aunty. Bagaimana perjalanan kemari Aunty?" tanyaku dengan akrab dan kembali duduk di kursiku.
Mami Inggrit berdeham pelan, dia menatapku lekat dan aku membalas dengan senyum terbaikku. "Tidak ada yang special," sahut beliau yang masih memandangku penasaran. "Sejak kapan kalian pacaran? Kenapa kamu nggak pernah cerita sama Mami, Inggrit?" Beliau bertanya kepada Inggrit yang duduk di sebelahku.
Aku cukup kagum dengan reaksi Inggrit yang sangat natural, dia bahkan merangkul tanganku dengan santai. "Inggrit sengaja mau kasih kejutan sama Mami. Rencananya bulan depan Inggrit sama Arion mau ke London, eh keburu Mami datang ke sini," jelas Inggrit lugas.
Boleh juga ini cewek ngelesnya.
Baru saja aku ingin menimpali ucapan Inggrit, ponselku berdering dan menampilkan nama Daniela bertanda love di layar ponsel. Kenapa Daniela harus menelepon disaat seperti ini?
"Siapa sayang?" tanya Inggrit yang menatapku dengan mata tajam.
Aku tahu Inggrit mengintip ke layar ponselku, mungkin dia memintaku untuk tidak bertingkah aneh dan membuat Maminya curiga. "Teman kerja. Sebentar ya baby. Aku balas chat-nya dulu," kataku pelan.
Bukannya mengabari Daniela, aku justru mengabari Angga. Memintanya untuk lekas menjemput Daniela sekarang juga. Aku tahu Angga pasti telat datang menjemput Daniela.
∞∞∞
"Jadi, kapan kamu mau melamar Inggrit?" tanya Mami Inggrit to the point saat Inggrit pergi izin mengecek dapur toko.
Buset! Baru juga pertama kali ketemu sudah main todong saja!
"Secepatnya Aunty," sahutku pelan dan tidak bernai menjanjikan lebih jauh. Bisa-bisa nanti aku kena karma.
Mami Inggrit menatapku dengan mata memicing, aku tidak takut dan justru siap memperlihatkan pesonaku. "Kamu kerja dimana?" tanya beliau lagi.
Khas ibu-ibu yang bertemu pacar putrinya, menanyakan bibit, bebet dan bobot. Atau mungkin mengecek calon besannya merupakan ibu-ibu arisan di kelompok mana.
"Saya kerja di Adipura Techno," jawabku dengan yakin dan sengaja tidak membeberkan lebih jauh soal identitasku.
Bahaya, kalau nanti beliau tahu aku dan Inggrit dan hanya main-main saja. Kemudian dia akan datang mencariku dan menuntut pembalasan. Aku tidak berani ambil resiko terlalu jauh, lagi pula Inggrit saja tidak tahu aku bekerja di bagian apa.
Mami Inggrit menganggukkan kepalanya pelan. "Punya gaji tetap, nggak papa. Kamu oke juga," puji beliau yang membuatku bisa bernapas lega.
"Terima kasih Aunty."
"Nanti kapan-kapan kamu main-main lah ke London," pinta Mami Inggrit yang untuk saat ini aku setujui.
"Kalau tidak merepotkan Aunty."
"Kamu ini tampan sekali. Lebih tua dari Inggrit ya? Saya kira Inggrit itu nantinya bakalan dapat brondong," komentar Mami Inggrit yang membuatku tertawa pelan.
Inggrit dapat brondong? Yang ada dia akan kena porotin itu brondong. Bukan sugar daddy tapi sugar mommy.
"Jarang loh di Indonesia umur kamu begini belum taken. Apa lagi ganteng dan punya kerjaan tetap," lanjut Mami Inggrit yang sepertinya mulai menginterogasiku.
Aku tersenyum dengan sangat manis. "Bisa saja Aunty ini. Saya baru ketemu cocoknya sama Inggrit," jelasku dengan nada suara dibuat seramah mungkin.
Selagi menunggu Inggrit, kami mengobrol sejenak. Atau mungkin lebih tepatnya aku mengalami sesi wawancara dadakan. Walaupun begitu, aku tetap yakin bahwa aku sudah membuat kesan yang baik dan bagus di depan Mami Inggrit.
Saat Inggrit kembali dari dapur, jam sudah menunjukkan sore hari. Aku ada janji dengan beberapa teman saat kuliah dulu. Ingin berkumpul dulu sebelum besok menghadiri acara reuni.
"Saya pamit dulu Aunty," kataku berpamitan seraya menyalami Mami Inggrit. Wajah Inggrit terlihat bingung menatapku. "Kamu lupa ya sayang? Aku ada janji sama Joan dan anak-anak lainnya," kataku mulai berimprovisasi.
Untunglah Inggrit paham dan mengangguk dan berpura-pura menjadi ingat. "Oh iya. Aku lupa sayang," sahut Inggrit yang berjalan mengantarku menuju depan pintu toko kue.
Aku mengangguk sekilas pada Mami Inggrit yang kembali duduk dan menikmati teh melati miliknya. Saat kami sudah di luar toko kue Inggrit langsung bernapas lega. Sedang aku tertawa geli melihat reaksinya.
"Oke juga acting lo," kataku memuji Inggrit. "Besok malam lo temani gue ke acara reuni. Oke pacar?" lanjutku dan mendapat anggukkan setuju dari Inggrit. Gemas, aku mengacak rambut Inggrit dan kemudian berlalu sambil mendengar teriakan protes Inggrit. Aku melambaikan tangan tanpa berbalik menatap Inggrit, tangan kiriku membenarkan letak ransel yang aku bawa.
Bersambung
Yuk ramaikan gaes! Kalau rame aku update lagi deh. Kalau sepi besok aja wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Pin On Top (Sudah Terbit)
ChickLit(Spin Off End Up With Him, Bisa dibaca Terpisah) Inggrit Clarissa Surendra tinggal jauh dari kedua orangtuanya yang menetap di London. Tapi, tiba-tiba Chloe Lee -Mami Inggrit datang ingin menyeret putri satu-satunya untuk menikah dengan laki-laki pi...