Katakan bahwa aku sudah gila, awalnya hanya iseng belaka berujung suka benaran. Oke, aku katakan aku suka dengan Inggrit, itu karena pembawaan perempuan itu yang menurutku luar biasa. Seolah-olah aku sedang melihat seorang perempuan dengan baju zirah dan siap berperang.
Awal aku menganggap Inggrit sedikit kehilangan akal karena terlalu berani dan bar-bar membuat status whatsapp mencari teman kencan. Tapi, saat dipikir-pikir, aku pun sama hilang akalnya.
Oke, aku pria yang hal pertama aku perhatikan dari perempuan adalah wajah dan penampilannya. Jujur Inggrit mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata. Dia cantik dan modis, tidak malu-maluin untuk diajak jalan.
Gara-gara ajakan pacaranku semalam Inggrit menjadi menghindariku. Dia tidak mengatakan apa pun, setelah mengataiku salah makan Inggrit langsung mematikan video call begitu saja. Bukannya aku tidak berani mengatakannya secara langsung, sayangnya Inggrit menghindar sejak tadi.
Inggrit bahkan berpura-pura tidur selama perjalanan kembali ke Jakarta. Atau dia akan menyumpal telinganya dengan earphone, membuatku tidak enak mengganggunya. Alhasil aku hanya bisa menggerutu di dalam hati dengan tingkah Inggrit.
"Besok jam berapa?" tanyaku pada Inggrit saat dia turun dari mobil.
Alis Inggrit bertautan, sepertinya dia lupa tentang janjinya akan mengajakku bertemu Laksa. "Aji Group," kataku memberikan clue pada Inggrit.
"Acaranya sore," sahut Inggrit.
"Oke. Nanti aku chat." Aku berhenti sejenak. "Soal yang semalam, gue serius Ing. Gue tunggu jawaban lo," lanjutku membuat Inggrit tersenyum salah tingkah.
"Hati-hati di jalan Mas," kata Inggrit yang terkesan ingin aku cepat-cepat pergi.
Aku tertawa pelan dan berkata, "Udah diusir aja. Oke! Gue balik ya Ing."
Jika Inggrit menolakku sampai waktu dua minggu habis, maka aku akan datang lagi pada Inggrit. Bukan sebagai seorang Arion si pegawai Adipura, tapi sebagai Arion pemilik Adipura.
Mengingat soal Inggrit, aku jadi ingat Angga mengomel karena mendengar aku pergi jalan-jalan ke Bogor dengan seorang perempuan. Dia bahkan mengancamku dengan banyak hal, dia sudah ribut ingin aku segera kembali dan mengurusi perusahaan.
Berhubung masih sore, aku tidak langsung pulang ke apartmen. Aku melaju menuju ke sebuah mall. Aku sangat menyukai dimsum yanga da di sebuah restoran di dalam mall ini. Bunda juga memintaku untuk nantinya pulang ke Singapore membawa dimsum di sini.
"Arion!" seseorang meneriakkan namaku di depan pintu restoran dimsum. Aku melihat seorang perempuan dengan wajah yang sangat aku kenal melambai.
"Udah lama?" tanyaku pada Nisya yang masih terlihat sama.
Nisya tersenyum manis dan berkata, "Lumayan lama nih. Aku udah pesanin kesukaan kamu, nggak papa kan?"
Aku mengangguk singat dan duduk di hadapan Nisya dengan santai. Terakhir aku bertemu Nisya itu satu tahun lalu dan penampilan Nisya masih sama. Kecuali dia sedikit lebih kurus.
∞∞∞
Selama di Jakarta, bukannya aku tidak ada pekerjaan. Aku harus melobi Aji Group untuk melakukan kerjasama. Kebetulan Aji Group juga bergerak di bidang teknologi, sebenarnya ini sub perusahaan Saladin Group yang sudah marger dengan Aji Group.
Siang hari aku memilih mampir ke toko kue Inggrit. Aku masuk ke dalam toko kue yang ternyata sedang ramai. Beberapa ibu-ibu yang terlihat memilih kue dengan label discount di etalasenya.
Aku melihat Inggrit ada di balik kasir, dia sedang melayani pelanggan yang terus mengantri. Aku pun ikut mengantri dan melihat-lihat kue apa yang kira-kira bisa aku bawa untuk ke acara Laksa nanti. Tidak mungkin aku datang dengan tangan kosong saja, lagi pula kue Inggrit ini hanya pelengkap. Sebelumnya aku sudah bertanya pada Inggrit mengenai jenis kelamin anak Laksa dan membelikannya perlengkapan.
"Semuanya tujuh puluh lima ribu, ini kembaliannya dua puluh lima ribu. Terima kasih dan datang kembali." Inggrit bersikap ramah dan tersenyum cerah melayani pelanggan yang datang.
Aku maju selangkah, hanya tinggal satu orang di depanku dan itu membuat Inggrit sadar dengan sosokku. Dia melirikku sekilas dan kembali melayani dan menghitung kue yang dibeli ibu-ibu di depanku.
Aku memperhatikan Inggrit yang mengenakan dress motif flower yang pas dengan kulit putihnya. Rambut Inggrit dijepit kiri dan kanannya ke belakang, sisanya dibiarkan tergerai. Cantik dan berkelas, itu kesan yang aku dapatkan.
"Mas Ion mau pesan apa? Kok belum ambil kuenya?" tanya Inggrit begitu giliranku.
"Pesan hati lo boleh nggak Ing?" tanyaku dengan raut menggodanya. Inggrit mendelik sebal, beberapa karyawan Inggrit melirik ingin tahu ke arah kami. "Canda elah Neng! Gue mau lapis nanasnya Ing, dibungkus yang rapi ya," pesanku.
Inggrit langsung memasukkan kode pesananku ke dalam mesin kasir, dia kemudian berbalik sejenak. "Siapkan satu ukuran besar lapis nanas. Nanti yang bungkus saya saja," pesan Inggrit pada karyawannya.
Kini Inggrit berbalik menatapku dan menyebutkan harga kue pesananku. "Seratus lima puluh lima ribu Mas," ucapnya.
Aku merogoh dompetku yang ada di dalam kantong celana. Mengeluarkannya dan mencari satu kartu di sana. Aku mengangsurkan kartu tersebut pada Inggrit, aku memang jarang sekali memegang uang cash.
"Kalau I'ing mau maharnya berapa banyak?" tanyaku membuat Inggrit menghela napas kesal.
"Mas Ion! Tolong jangan bercanda deh1" gerutu Inggrit yang hanya aku balas dengan kekehan pelan.
Inggrit mengangsurkan mesin EDC yang meminta pin kartuku. Aku mengetikkan pelan pin dan melirik ke arah Inggrit yang menatap ke arah lain. "Lihat aja Ing, nggak papa. Nanti juga bisa jadi punya I'ing kartunya," kataku semakin menjadi-jadi menggombali Inggrit.
"Ngaco!" seru Inggrit. "Silahkan selanjutnya," panggil Inggrit pada pelanggan di belakangku saat dia mengembalikan kartu dan nota milikku.
Aku hanya tertawa pelan dan kemudian menunggu Inggrit di salah satu meja. Aku memperhatikan Inggrit yang kemudian bertukar tempat dengan karyawannya. Sepertinya Inggrit akan menyiapkan pesananku di belakang.
Aku melihat-lihat sekeliling toko saat Mami Inggrit masuk ke dalam toko kue. Refleks aku berdiri dan menyalami beliau dengan baik.
"Saya dengar Aunty mau kembali ke London besok?" tanyaku pada Chloe, Mami Inggrit yang masih terlihat segar dan cantik di usia yang tidak begitu muda.
Sepertinya Inggrit mewarisi gen Aunty Chloe dengan kuat. Terlihat bola mata keduanya yang sama-sama berwarna cokelat gelap.
"Iya. Papinya Inggrit tiba-tiba sakit. Kamu sama Inggrit Aunty tunggu di London segera ya," pesan Mami Inggrit yang kini duduk di hadapanku.
"Sampaikan salam saya untuk uncle. Maaf saya baru bisa memperkenalkan diri sekarang," ujarku yang disahuti Aunty Chloe dengan anggukkan santai.
Aku tadi membawa sebuah paper bag masuk ke dalam toko. Aku angkat paper bag yang sejak tadi aku letak di kaki meja. "Untuk Aunty," kataku menyerahkan paper bag tersebut kepada Aunty Chloe.
"Kamu nggak perlu repot-repot begini Arion," ujar Aunty Chloe yang tetap menerima pemberianku dan berterima kasih dengan tulus.
Bersambung
Duh ini si Arion maunya apa sih? Kok bikin bingung ya? Kalau mau marah sama Arion aja ya, jangan sama aku hahaha
Jangan lupa vote dan komentarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Pin On Top (Sudah Terbit)
Romanzi rosa / ChickLit(Spin Off End Up With Him, Bisa dibaca Terpisah) Inggrit Clarissa Surendra tinggal jauh dari kedua orangtuanya yang menetap di London. Tapi, tiba-tiba Chloe Lee -Mami Inggrit datang ingin menyeret putri satu-satunya untuk menikah dengan laki-laki pi...